Loading...
HAM
Penulis: Bayu Probo 12:07 WIB | Kamis, 25 Juni 2015

Capres Kulit Hitam dari Partai Republik Tolak Rasisme AS

Benjamin Solomon “Ben” Carson, kandidat calon presiden kulit hitam dari Partai Republik. Ia adalah warga Gereja Adven. (Foto: wnd.com)

WASHINGTON DC, SATUHARAPAN.COM – Pensiunan ahli bedah saraf dan calon presiden Amerika Serikat dari Partai Republik, Ben Carson mengatakan Rabu (24/6) bahwa dia khawatir tentang perpecahan di negaranya. Dan, ia menyayangkan kebiasaan warga AS yang meributkan ini.

Pria bernama lengkap Benjamin Solomon Carson, Sr ini mengatakan ketika ia pindah ke rumahnya di Maryland, salah satu tetangga memasang bendera Konfederasi besar di gudang mereka. “Saya kira itu adalah pesan kepada kami,” tapi kemudian semua tetangganya yang lain segera memasang bendera Amerika dan “malu” pada orang yang memasang bendera Konfederasi ini.

“Dan sungguh, itulah yang kita harus benar pikirkan,” katanya kepada CNN. “Kita adalah makhluk sosial sebagai manusia: Mari kita mengirim pesan yang tepat untuk satu sama lain. Dan, saya kira itu akan mengurangi banyak masalah kita. Mari kita tidak menutup mata untuk hal-hal itu.”

Dalam penembakan pekan lalu di Carolina Selatan, kandidat calon presiden satu-satunya kulit hitam dari Partai Republik ini muncul untuk mengundang masyarakat menolak terikat pada kematian akibat penembakan sembilan warga kulit hitam AS di sebuah gereja kulit hitam bersejarah di Charleston dengan rasisme. Diduga pria bersenjata itu tergabung dalam kelompok supremasi kulit putih. Gambar tersangka dengan bendera Konfederasi muncul secara online.

“Mari kita sebut ini penyakit ini sebagai penyakit, sehingga kita bisa melanjutkan penyembuhan,” tulis Carson di USA Today. “Jika ini adalah penyakit medis, dan semua dokter mengakui gejala, tetapi menolak untuk membuat diagnosis karena takut menyinggung pasien, kita bisa menyebutnya sebagai kegilaan. Tapi, ada orang-orang yang mengklaim bahwa mereka dapat memimpin negeri ini yang tidak berani menyebut tragedi ini sebagai tindakan rasisme, kejahatan kebencian, karena takut menyinggung segmen tertentu dari pemilih mereka.”

Carson mengatakan Rabu dia sangat prihatin tentang “perpecahan” yang terjadi di masyarakat.

“Kita punya ‘perang’ dalam topik perempuan, kita punya perang ras, perang pendapatan, perang usia, perang agama, Anda dapat menyebut juga yang lainnya,” katanya. “Orang-orang menyalakan api kontroversi dan perpecahan, dan itu hampir membuat kita terlihat seperti punya masyarakat disfungsional. Dan kita lebih baik dari itu, dan kita rakyat Amerika harus mengakui bahwa hanya karena kita mungkin memiliki perbedaan pendapat tentang sesuatu tidak membuat kita musuh bebuyutan. Itu tidak membuat kita orang-orang yang harus menghancurkan reputasi atau bisnis sesama Amerika kami. Sudah ada orang luar, seperti Jihadis radikal, yang ingin menghancurkan kita. Mengapa kita harus terlibat dalam menghancurkan diri kita sendiri?”

Namun, dia menolak untuk menunjuk langsung pada orang lain.

“Saya pikir semua orang merespons dengan cara yang mereka rasakan adalah yang paling dapat diterima, dan saya tidak pernah mencoba untuk memprediksi atau menganalisis apa yang orang lain pikirkan. Lebih baik bertanyalah langsung pada mereka,” katanya.

Carson yang pernah tersandung di masa lalu terkait komentarnya tentang hak-hak gay, keberatan ketika ditanya tentang menyamakan seruannya untuk menurunkan bendera Konfederasi dengan gagasannya untuk menurunkan bendera kebanggaan para gay.

“Saya memutuskan bahwa saya benar-benar ingin berbicara tentang bendera Konfederasi saja,” katanya. “Jika Anda ingin berbicara tentang hal lain, mari kita lakukan itu pada segmen yang berbeda.” (washingtontimes.com)

Ikuti berita kami di Facebook


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home