Loading...
INSPIRASI
Penulis: Endang Hoyaranda 09:30 WIB | Senin, 05 Oktober 2015

Cari Gampang, Bawa Petaka

Temukan akar masalah dengan 5 ”Mengapa?”!
Mengapa? (foto: istimewa)

SATUHARAPAN.COM – Mencari gampangnya memang enak. Persoalan yang belum diketahui akar masalahnya, dengan cepat dicarikan solusinya jika mencari gampangnya.

”Mengapa adik menangis?”

”Karena ia dicubit kakaknya.” 

Sesederhana itukah?  Selesaikah masalah dengan jawaban ”kakak mencubit”, lalu menegur Sang Kakak agar tidak mencubit adiknya? Nyatanya, Sang Kakak lalu mencubit lagi, adik pun menangis lagi. Beberapa kali seperti itu. Ibu Merry pun berkesimpulan bahwa ”Kakak jahat kepada adik dan harus dihukum.”

Ibu Susan, tetangga sebelah, yang lebih jeli melihat tabiat kedua anak ini, menghampiri ibu Merry dan menanyakan alasan kakak dihukum. Ibu Susan memerhatikan bahwa Ibu Merry sering terlihat menuntut Sang Kakak berkorban bagi Si Adik dan Si Adik lebih sering mendapatkan apa yang dimintanya dari orangtuanya. Ibu Merry terlalu cepat mengambil kesimpulan. Cari gampangnya, tetapi tidak menyelesaikan masalah. Dan jika dibiarkan, tak mustahil menjadi bom waktu yang ledakannya akan amat dahsyat dan memakan korban besar.

Dalam berkawan, bekerja, bersosialisasi, tak jarang terjadi hal yang sama. Cari gampang memang enak. Namun, dampaknya bisa tak tertanggungkan.

Baagaimana sebaiknya?

Ada nasihat para pakar manajemen yang sangat bermanfaat dan tak terlalu sulit dilakukan, yaitu: ajukan lima kali pertanyaan ”Mengapa?”.

Contoh: Pelanggan tidak puas ketika menerima produk yang menurutnya tak memenuhi spesifikasi yang diminta.

Pertanyaan pertama: Mengapa pelanggan dikirimi barang yang ternyata tak memuaskannya? Jawaban pertama:  Karena pembuat produk membuat barang dengan spesifikasi yang berbeda dengan yang disepakati antara pelanggan dan petugas penjualan (sales).

Pertanyaan kedua: Mengapa produsen membuat produk yang berbeda dengan yang dijanjikan oleh petugas penjualan? Jawaban kedua: Karena petugas penjualan mempercepat proses dengan langsung menelepon pemimpin untuk langsung membuat produknya. Proses dipercepat itu menyebabkan adanya kesalahan pada saat menuliskan spesifikasi

Pertanyaan ketiga: Mengapa petugas penjualan menelpon langsung pimpinan produksi dan tidak mengikuti prosedur yang sudah ada dan sudah ditetapkan serta dijalankan selama ini? Jawaban ketiga: Karena ”mulai memproduksi” dalam proses operasi baku membutuhkan tanda tangan direktur penjualan; sementara direktur penjualan sering meninggalkan prabrik.

Pertanyaan keempat: Mengapa produksi harus mendapatkan persetujuan direktur penjualan? Jawaban keempat: Karena direktur penjualan merasa selalu perlu di-update mengenai hasil penjualan melengkapi pelaporannya kepada direktur utama.

Dalam kasus ini, dengan empat jenjang pertanyaan ”Mengapa?”, persoalan di atas mendapatkan jawaban dan jalan keluarnya: Direktur penjualan harus menemukan cara lain untuk mendapatkan update, agar tidak memperlambat proses produksi.

Contoh sederhana lainnya: 1. Mengapa mobilmu  mogok? Karena kehabisan bbm. 2. Mengapa sampai kehabisan bbm? Karena saya tidak mampir beli bbm dalam perjalanan menuju kerja. 3. Mengapa tidak mampir beli bbm? Karena saya tak punya uang.  4. Mengapa tak punya uang? Karena uang saya habis untuk bermain judi tadi malam. 5. Mengapa kau kehilangan semua uangmu di meja judi? Karena saya semakin bernafsu menang jika berada pada posisi kalah.

Terkuaklah bahwa penyebab segala masalah kecil bertubi itu sebenarnya tak sanggup mengendalikan diri di meja judi. Penyelesaiannya? Berhenti berjudi.

Banyak sekali persoalan yang akan lebih menemukan akar masalah dengan menanyakan 5 kali mengapa. Sekali lagi, jangan cari gampang! Cari gampang bisa menimbulkan petaka.

 

Editor: ymindrasmoro

Email: inspirasi@satuharapan.com


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home