Loading...
LAYANAN PUBLIK
Penulis: Kartika Virgianti 21:39 WIB | Sabtu, 27 Desember 2014

Catatan Akhir Tahun: Transportasi Umum Andalan Masih Impian

Ilustrasi bus Transjakarta. (Foto: Antara)

JAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Impian Indonesia memiliki transportasi massal yang murah, nyaman, aman, dan canggih seperti yang dimiliki negara tetangga, rupanya masih dalam angan-angan. Padahal saat ini hampir di semua benua sejak tahun 1990-an sudah menikmati canggihnya transportasi umum di negeri mereka.

Tetapi di Indonesia, masih banyak potret nyata sulitnya masyarakat mendapatkan transportasi yang memadai, dan memudahkan mobilitas seseorang berpindah dari satu lokasi ke lokasi lain.

Buruknya sarana dan prasarana transportasi ternyata juga membuat biaya distribusi di tanah air menjadi sangat mahal. Biaya distribusi bisa mencapai 30 persen dari ongkos produksi. Banyak perusahaan yang akhirnya bangkrut karena tingginya biaya distribusi.

Ketika negara lain sudah menyadari pentingnya transportasi umum, pemerintah Indonesia baru belakangan menyadari bahwa transportasi bisa menjadi kunci pembuka ekonomi masing-masing daerah di negeri ini.

Tetapi tidak semudah itu. Pasalnya, niat baik membenahi  transportasi massal masih terus dicari formulasinya. Mulai dari perbaikan transportasi dalam setahun terakhir ini, terutama di wilayah ibu kota. Dan di tahun 2014 ini, harus diakui menjadi tahun sibuk bagi pembenahan transportasi tanah air.

Infrastruktur < Pertambahan Jumlah Kendaraan Pribadi

Rasio pembangunan infrastruktur tidak berbanding lurus dengan laju pertumbuhan kendaraan pribadi sekaligus pertumbuhan penduduk. Faktanya saat ini, bahwa kualitas sarana dan transportasi darat, udara, laut, angkutan sungai dan penghubung antarpulau tidak terintegrasi dengan maksimal. Maka, solusinya adalah transportasi massal yang memadai.

Animo masyarakat selaku pengguna transportasi umum (demand) tidak bisa ditampung oleh pasokan (suply) yang ada, ini masalah klasik tetapi sekaligus menunjukkan kesalahan-kesalahan pemerintah jauh sebelum Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). Artinya, sejak zaman reformasi dimulai, pemerintah terus membiarkan  gap antara infrastruktur jalan dengan pertambahan jumlah kendaraan.

Salah satu kabar baik di masa pemerintahan SBY, yakni pembangunan jalur tol Manado-Bitung dimulai. Jalur ini menghubungkan Manado dengan pusat pengembangan kawasan ekonomi khusus Bitung, digadang-gadang menjadi jalan cepat yang akan menghemat biaya logistik sekaligus menjadi pertumbuhan baru di kawasan Asia pasifik.

Bandar Udara dan Pelabuhan

Sejumlah infrastruktur darat, laut maupun udara, di tahun 2014 ini ramai-ramai dibangun sekaligus diperbaiki. Sebuah bandara yang diklaim termegah di tanah air pun dibangun, yang sekaligus terbesar setelah Bandara Soekarno Hatta, yakni Bandara Internasional Kuala Namu di Sumatera Utara. Bandara Internasional Kuala Namu dibangun di lahan seluas 1.365 hektar dengan beragam fasilitas. Hadirnya bandara ini diharapkan menjadi garda terdepan penerbangan dari Eropa, Timur Tengah, dan Tiongkok. Berada di Kuala Namu juga diklaim mirip seperti di Bandara Changi Singapura.

Menteri Perhubungan, Ignasius Jonan meresmikan serentak 20 pelabuhan dan 10 bandara untuk lebih membuka konektivitas antarpulau yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia. Pelabuhan tersebar di lima wilayah Barat, delapan di wilayah Tengah dan tujuh pelabuhan di wilayah Timur.

Berikut 20 pelabuhan yang diresmikan.

- Pelabuhan Kalatoa, Selayar, Sulawesi Selatan
- Pelabuhan Malenge, Tojo Una-Una, Sulawesi Tengah
- Pelabuhan Paniti, Halmahera Tengah, Maluku Utara
- Pelabuhan Sagea, Halmahera Tengah, Maluku Utara
- Pelabuhan Matangisi, Tojo Una-Una, Sulawesi Tengah
- Pelabuhan Jinato, Selayar, Sulawesi Selatan
- Pelabuhan Tinombo, Parigi, Sulawesi Tengah
- Pelabuhan Populi, Tojo Una-Una, Sulawesi Tengah
- Pelabuhan Karimun Jawa, Jepara, Jawa Tengah
- Pelabuhan Pokai, Kepulauan Mentawai
- Pelabuhan Branta, Pamekasan, Jawa Timur
- Pelabuhan Melano, Ketapang, Kalimantan Barat
- Pelabuhan Satai, Sukadana, Kalimantan Barat
- Pelabuhan Buhias, Kepulauan Sitaro
- Pelabuhan Tangkiang, Banggai, Sulawesi Tengah
- Pelabuhan Moti, Ternate, Maluku Utara
- Pelabuhan Weda, Halmahera Tengah
- Pelabuhan Jojame, Labuha, Maluku Utara
- Pelabuhan Dawai, Yapen, Papua
- Pelabuhan Mansinam, Manokwari, Papua Barat

Sementara 10 bandar udara sebagai berikut.

- Bandara Enggano, Bengkulu
- Bandara Bone, Sulawesi Selatan
- Bandara Tanjung Api, Sulawesi Tengah
- Bandara KS Tubun, Maluku Tenggara
- Bandara Jos Orno Imsula, Maluku Barat Daya
- Bandara Waghete, Paniai, Papua
- Bandara Stevanus Rumbewas, Serui, Papua
- Bandara Matahora, Wakatobi, Sulawesi Tengah

Dua terminal lainnya baru diresmikan pengoperasiannya, yakni Bandara I Gusti Ngurah Rai, Denpasar, Bali dengan biaya dari APBN sebesar Rp 2,8 triliun, dan Bandara Mutiara Sis Al Jufri, Palu sebesar Rp 180 miliar. Sedangkan pembangunan 20 pelabuhan menelan biaya Rp 1 triliun yang dimulai sejak 2005. 

Kereta Api

Pembangunan jalur kereta sejauh 143 kilometer juga menjadi mega proyek pemerintah di tahun 2014, misalnya Transmakassar yang ditargetkan menyelesaikan jalur 2000 kilometer dari Makassar menuju Manado.

Pelabuhan Dermaga III Tanjung Priok, Jakarta Utara, menjadi saksi bisu pembelian 176 unit kereta api listrik bekas asal Jepang yang didatangkan ke ibu kota. Kereta bekas ini akan dimanfaatkan untuk mengangkut ribuan penumpang se-Jabodetabek.

Namun faktanya, penumpang Kereta Api Listrik (KRL) Commuter Line masih harus berdesakan setiap hari, terlebih ketika jam berangkat dan pulang kerja. Kenyamanan, masih menjadi harga mahal yang harus dibayar. Meski diakui, kondisi stasiun kini jauh lebih manusiawi dan bersih.

Catatan Pembenahan Transportasi Jakarta

Tata kelola sistem transportasi di Jakarta seolah menjadi simbol baik buruknya kondisi negeri ini. Jika transportasi antardaerah menjadi perhatian serius pada era SBY, transportasi ibu kota masih menyisakan sederet persoalan di pemerintahan Presiden Joko Widodo dan Wakil Presiden Jusuf Kalla (Jokowi-JK).

Jakarta masih tetap macet, pertambahan mobil masih tetap banyak, jalan banyak yang rusak dengan perbaikan yang lamban, jalur transportasi umum yang ada belum dapat mengintegrasikan setiap lokasi, serta miskin jalur pedestrian (pejalan kaki) bagi pengguna transportasi umum dan Ruang Terbuka Hijau (RTH) yang belum sampai 10 persen, dari standar 30 persen agar bisa menjadi penyeimbang polusi akibat emisi kendaraan. Terlebih, lalu lintas Jakarta bahkan menempati urutan paling macet ke-14 di seluruh dunia.

Sementara terdapat angkutan pendukung seperti angkot, bus sedang seperti metromini, kopaja, kopami, kondisinya masih sangat memprihatinkan. Antara lain misalnya, usia bus yang sudah tua dengan jelaga yang dikeluarkan dari knalpotnya, belum lagi perilaku sang sopir yang ugal-ugalan, tarif lebih mahal, keamanan tidak terjamin, sampai gangguan seperti pengamen atau anak-anak jalanan yang bergaya punk. 

Pembangunan Mass Rapid Transit (MRT) saat ini masih terseok. Pasalnya, sejumlah jalur yang seharusnya sudah dibangun, masih terkendala pembebasan lahan. Tercatat lebih dari 100 lahan yang bermasalah dan belum bisa dieksekusi menjadi stasiun MRT.

Sarana yang tidak saling terhubung mengakibatkan transportasi di Indonesia terbilang mahal. Contohnya bus Transjakarta yang diklaim bisa menjadi pengurai kemacetan ibu kota, belum menjadi primadona.

Jumlah penumpang Transjakarta sepanjang tahun 2014 justru mengalami penurunan, hingga Oktober 2014 tercatat kurang dari 10 juta penumpang, padahal di tahun sebelumnya mencapai 112 juta lebih penumpang.

Kendati demikian, dengan sistem baru e-ticketing, moda transportasi yang beroperasi hampir 11 tahun di ibu kota ini, terus berjuang merebut simpati penumpang.

Transportasi massal memang tidak mudah dilakukan investor tanpa didukung pemerintah. Pasalnya, transportasi umum yang apabila dilakukan oleh pihak swasta sendiri, biayanya pasti tidak lagi bisa dijangkau masyarakat.

Ini semua adalah pekerjaan rumah yang harus diselesaikan pemerintahan Jokowi-JK selama kurun waktu lima tahun ke depan, agar mimpi Indonesia memiliki transportasi andalan bisa terwujud. (Ant)

 

Editor : Eben Ezer Siadari


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home