Loading...
SAINS
Penulis: Sabar Subekti 18:46 WIB | Kamis, 30 Januari 2020

China Akan Hukum Pejabat Yang Malas Atasi Virus Corona

Warga Yang Pulang dari Wuhan Dipantau. Rusia Tutup Perbatasan Dengan China.
Penumpang pesawat yang baru turun diperiksa suhu badannya di bandar udara di Kenya. (Foto: dari AP)

BEIJING, SATUHARAPAN.COM-Badan pengawas anti-korupsi China mengatakan pada hari Kamis (30/1) bahwa pihaknya akan menghukum para pejabat yang malas pada pekerjaan dalam memerangi virus corona baru yang menyebar di seluruh negeri.

Komisi Pusat untuk Inspeksi Disiplin (CCDI) mengatakan di situs webnya bahwa siapa pun yang tidak secara efektif melaksanakan instruksi Presiden Xi Jinping dalam perang melawan virus akan dihukum, menurut laporan Reuters.

CCDI juga mengatakan akan menghukum mereka yang menerlantarkan orang dalam tugas mereka dan menyalahgunakan dana penyelamatan dan material lain.

Virus corona yang mematikan dilaporkan telah menyebar ke setiap wilayah China ketika jumlah kematian meningkat menjadi 170 orang pada hari Kamis (30/1). Daerah Otonomi Tibet yang terpencil adalah wilayah terakhir di China yang mengkonfirmasi kasus virus pertama.

Data terakhir dalam  24 jam sebelumnya menunjukkan 38 pasien meninggal dan 1.737 kasus baru ditemukan sehingga menjadi total 7.711. Dari kematian terbaru, 37 pasien berada di episentrum wabah di Provinsi Hubei dan satu di Provinsi Sichuan.

Pemantauan Warga Yang Pulang

Warga Amerika Serikat sebanyak 195 orang yang dievakuasi dari Wuhan sedang menjalani tiga hari pengujian dan pemantauan di pangkalan militer California Selatan untuk memastikan mereka tidak menunjukkan tanda-tanda virus.

Sedangkan 210 orang Jepang yang dievakuasi dari Wuhan mendarat pada hari Kamis (30/1) di bandara Haneda, Tokyo. Ini adalah penerbangan evakuasi kedua. Laporan mengatakan sembilan dari mereka di dalam pesawat menunjukkan tanda-tanda batuk dan demam.

Pada evakuasi hari Rabu (29/1), tiga dari 206 orang Jepang yang kembali dari Wuhan dinyatakan positif terkena virus corona baru, kata Perdana Menteri Jepang, Shinzo Abe dalam sidang parlemen.

Rusia Tutup Perbatasan Dengan China

Sementara itu, Perdana Menteri Rusia, Mikhail Mishustin, mengatakan pada hari Kamis (30/2) bahwa Rusia akan menutup perbatasannya dengan China untuk mencegah penyebaran virus corona.

Turki, Prancis, Selandia Baru, Australia, Singapura, Indonesia dan negara-negara lain juga menarik warganya dari Wuhan atau membuat rencana untuk melakukan hal itu.

Ketika negara-negara asing mengevakuasi warganya dari Wuhan, kekhawatiran akan dampak ekonomi semakin meningkat. Banyak maskapai penerbangan telah menangguhkan layanan ke China dan perusahaan menutup toko dan jalur produksi di China. Pemerintah China juga mengambil langkah besar dengan menetapkan beberapa kota di Provinsi Hubei dalam karantina.

WHO Kembali Bahas Situasi

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) disebutkan mendapat kecaman setelah pekan lalu menolak menyatakan keadaan darurat kesehatan global. Kepala WHO, Tedros Adhanom Ghebreyesus, menyatakan penyesalannya atas apa yang disebutnya "kesalahan manusia" dalam penilaian WHO.

Komite Darurat WHO bertemu Kamis (30/1) di Jenewa, Swiss untuk memutuskan apakah akan mengumumkan keadaan darurat, yang dapat menyebabkan hambatan bagi perjalanan atau perdagangan.

"Seluruh dunia perlu mengambil tindakan," kata Michael Ryan, kepala Program Kedaruratan Kesehatan WHO, mengatakan kepada wartawan di Jenewa.

Hingga saat ini, sekitar 99% kasus virus corona ada di China. Ryan memperkirakan tingkat kematian virus baru sebesar 2%, tetapi dia mengatakan angka itu sangat awal. Dengan jumlah kasus dan kematian yang berfluktuasi, para ilmuwan hanya dapat memperkirakan secara kasar tingkat kematian dan kemungkinan banyak kasus yang lebih ringan dari virus yang terlewatkan.

Sebagai perbandingan, virus SARS membunuh sekitar 10% orang yang terinfeksi. Virus baru ini berasal dari keluarga virus corona, yang dapat menyebabkan pilek serta penyakit yang lebih serius seperti SARS (Severe Acute Respiratory Sydrome) dan MERS (Midle East Respiratory Syndrome).

Para ilmuwan mengatakan ada banyak pertanyaan yang harus dijawab tentang virus baru ini, termasuk seberapa mudah penyebarannya dan seberapa parahnya akibat virus itu.

Dalam sebuah laporan yang diterbitkan hari Rabu (29/1), para peneliti China menyebutkan bahwa penyebaran dari orang ke orang dalam kontak dekat terjadi pada pertengahan Desember.

Upaya yang cukup besar akan diperlukan untuk mengendalikan penyebaran virus ini, jika sampai bertahan di tempat lain, tulis para peneliti dalam laporan tersebut, yang diterbitkan dalam New England Journal of Medicine. (Reuters/AP/AFP/Xinhua/ Antara)

Editor : Sabar Subekti


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home