Loading...
DUNIA
Penulis: Sabar Subekti 08:43 WIB | Sabtu, 01 Februari 2020

China Marah Pada AS Yang Larang Warga Pergi Karena Wabah

Perngatan AS menempatkan China setingkat dengan Afganistan dan Irak
China berusaha membangun dengan cepat dua rumah sakit untuk mengatasi wabah virus korona di kota Wuhan. (Foto: dari Xinhua)

BEIJING, SATUHARAPAN.COM-Amerika Serikat membuat marah China terkait peringatan kepada warga AS untuk tidak melakukan perjalanan ke sana karena epidemi virus korona yang telah mengguncang ekonomi global dengan meningkatnya gangguan jalur pasokan bisnis.

Departemen Luar Negeri AS menaikkan peringatan waspada ke tingkat tertinggi, mengatakan kepada orang Amerika "jangan bepergian" ke China dan mendesak mereka yang sudah ada di sana untuk pergi. Pada hari Jumat (31/1) ada enam kasus virus corona di AS yang telah dikonfirmasi.

Selain itu, AS juga mengatakan bahwa warga negara asing, selain keluarga dekat warga negara AS dan penduduk tetap, yang telah melakukan perjalanan ke China dalam 14 hari terakhir akan ditolak masuk ke AS.

Tentang peringatan itu, China, pada hari Jumat (3/1), mengkritik pernyataan AS itu sebagai tidak bersahabat" di tengah situasi China menghadapi perang melawan wabah virus corona baru. China mengatakan apa yang dilakukan pihak AS "tentu saja bukan isyarat niat baik."

Juru bicara Kementerian Luar Negeri China, Hua Chunying, membuat pernyataan setelah pejabat AS tertentu membuat beberapa komentar tidak ramah.

Sekretaris Perdagangan AS mengatakan virus itu dapat membantu mengembalikan pekerjaan ke Amerika Serikat. Selain itu, Departemen Luar Negeri AS mengeluarkan pemberitahuan untuk menaikkan travel advisory tentang China ke tingkat peringatan tertinggi, tingkat yang sama yang saat ini diberlakukan untuk di Irak dan Afghanistan.

Saat ini orang-orang China berjuang keras melawan epidemi, kata Hua. Dia menekankan bahwa bertindak dengan keterbukaan, transparansi dan rasa tanggung jawab yang tinggi, pemerintah China menjaga komunitas internasional termasuk Amerika Serikat dengan menyampaikan informasi lengkap dengan pembaruan tepat waktu dan berbagi data yang relevan.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah menetapkan keadaan darurat kesehatan masyarakat global atas wabah virus ini. Namun menurut Hua WHO merekomendasikan untuk pembatasan perjalanan, sedangkan AS melakukan dengan cara yang berlawanan.

Membatasi Perjalanan

Perkembangan terakhir tentang wabah ini disebutkan bahwa pasien yang meningal mencapai 213 orang dan pusat wabah, kota Wuhan, telah berada dalam karantina. Lebih dari 9.800 orang telah terinfeksi di China dan lebih dari 130 kasus dilaporkan di setidaknya 25 negara.

Beijing, yang baru saja mulai memperbaiki hubungan dagang yang hancur dengan Washington. Namun terkait peringatan itu merespons dengan tajam.

Banyak negara lain juga telah menyarankan warga untuk menunda perjalanan yang tidak mendesak ke China. Setelah melaporkan dua kasus pertama, Rusia pada hari Jumat (31/1) juga membatasi penerbangan langsung ke China, mitra dagang terbesarnya.

Otoritas terusan Panama mengatakan kapal yang telah melewati negara-negara di mana virus corona telah dikonfirmasi harus melaporkannya kepada pihak berwenang.

Singapura, pusat perjalanan utama di Asia, menghentikan masuknya penumpang dengan sejarah perjalanan baru-baru ini ke China dan juga menangguhkan visa bagi pemegang paspor China.

Dampak Ekonomi Global

Wabah virus corona berdampak pada ekonomi global, dengan kejatuhan besar yang tak terhindarkan pada ekonomi China, yang merupakan terbesar kedua di dunia. Saham global pada hari Jumat (31/1) dilaporkan menuju kerugian mingguan yang terbesar sejak Agustus.

Para analis menyatakan bahwa wabah ini dapat bergaung secara global. Dampak terbaru terkait Hyundai Motor Korea Selatan yang mengatakan pihaknya berencana untuk menghentikan produksi kendaraan sport pada akhir pekan ini karena gangguan pasokan yang disebabkan oleh wabah. Sangyong Motor mengatakan akan menghentikan pabriknya di kota Pyeongtaek Korea Selatan mulai 4-12 Februari karena alasan yang sama. Sementara itu, Pembuat alat rumah tangga Electrolux mengeluarkan peringatan serupa.

Pembuat mobil Perancis PSA Peugeot Citroen mengatakan tiga pabriknya di Wuhan akan tetap ditutup hingga pertengahan Februari.

Statistik China menunjukkan lebih dari dua persen orang yang terinfeksi telah meninggal, menunjukkan bahwa virus ini tidak lebih mematikan dibandingkan dengan Sindrom Pernafasan Akut yang Parah (SARS / Sever Acute Respiratory Syndrome) tahun 2002-2003 yang parah, melanda China dan Hong Kong.

Tetapi para ekonom mengatakan dampak keuangannya bisa lebih besar daripada SARS, yang menewaskan sekitar 800 orang dengan biaya sekitar US $ 33 miliar untuk ekonomi global, karena bagian China dalam ekonomi dunia sekarang jauh lebih besar.

Episentrum Wabah

Sekitar 60 juta penduduk Provinsi Hubei, di mana Wuhan adalah ibu kotanya, memiliki gerakan untuk mencegah dan memperlambat penyebaran penyakit. Tetapi beberapa orang pergi dan memasuki daerah itu dengan berjalan kaki di jembatan di atas sungai Yangtze, kata seorang saksi mata, dan infeksi melonjak di dua kota yang mengapit Wuhan.

Ketua Partai Komunis Wuhan mengatakan kota itu seharusnya bertindak lebih awal untuk mengendalikan virus.

WHO telah melaporkan setidaknya ada delapan kasus penularan dari manusia ke manusia, yang berbeda dengan orang yang terinfeksi dari China. Itu terjadi di empat negara: Amerika Serikat, Jerman, Jepang dan Vietnam. Thailand mengatakan mereka juga memiliki kasus seperti itu.

Meningkatnya kekhawatiran publik atas epidemi ini  juga telah membawa gelombang sentimen anti-China ke luar negeri dan membuat maskapai penerbangan membatalkan atau mengurangi penerbangan, dengan kru maskapai menekan operator untuk bertindak.

Maskapai penerbangan AS, Delta Air Lines dan American Airlines menjadi maskapai besar terbaru untuk menunda penerbangan setelah keluarnya peringatan perjalanan AS.

Pemerintah di seluruh dunia telah dan sedang mengevakuasi warga mereka dari Hubei. Sebuah pesawat dengan 83 warga Inggris dan 27 warga negara asing mendarat di Inggris pada hari Jumat (31/1), sementara Amerika Serikat mengeluarkan perintah karantina untuk 195 orang Amerika dievakuasi ke California pekan ini. Jepang, dengan 14 kasus yang dikonfirmasi, telah mengirim tiga penerbangan untuk membawa warganya pulang. (Reuters/AFP/AP/Xinhua)

Editor : Sabar Subekti


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home