Loading...
DUNIA
Penulis: Sabar Subekti 09:43 WIB | Kamis, 05 Maret 2020

Data Kasus COVID-19 Iran Diragukan Anggota Parlemen

Masoud Pezeshkian, anggota parlemn dan mantan Menteri Kesehatan Iran, salah satu yang menuduh data resmi kasus virus corona Iran tidak nyata. (Foto: Ist)

TEHERAN, SATUHARAPAN.COM-Data kasus virus corona di Iran yang dilaporkan secara  resmi diragukan oleh sejumlah pihak. Laporan adalah angka yang "tidak nyata," kata Masoud Pezeshkian, wakil ketua pertama parlemen Iran, pada hari Selasa (3/3).

Dia adalah anggota parlemen pro reformasi dan salah satu yang meragu laporan itu. Pada hari Rabu (4/3), kementerian kesehatan Iran melaporkan 92 pasien virus corona meninggal, dan ada 2.922 kasus terinfeksi yang dikonfirmasi.

Pada hari Rabu (4/3), ada laporan yang belum dikonfirmasi bahwa Wakil Presiden Pertama, Is'haq Jahangiri, dan Menteri Perindustrian, Tambang dan Perdagangan, Reza Rahmani, telah dites positif terinfeksi virus corona.

Pezeshkian, mantan menteri kesehatan, mengecam pemerintah yang menolak penutupan kota Qom, yang telah menjadi pusat penyebaran penyakit Iran, menurut Al Monitor.

Data kasus virus corona di Iran yang dilaporkan secara  resmi adalah  angka yang "tidak nyata," kata Pezeshkian, wakil ketua pertama parlemen Iran, pada hari Selasa (3/3), menurut Al Arabiya.

Angka yang dilaporkan oleh kementerian kesehatan "tidak nyata," katanya dan menambahkan bahwa angka-angka itu tidak termasuk semua orang yang telah terinfeksi di negara itu.

Rumah Sakit Penuh

Pezeshkian bukan pejabat Iran pertama yang membantah angka-angka kementerian kesehatan. Anggota parlemen Iran lainnya, Gholamali Jafarzadeh Imenabadi, sebelumnya mengatakan bahwa jumlah kematian akibat virus corona di Iran "jauh lebih tinggi" daripada jumlah korban resmi.

"Rumah sakit saat ini tidak memiliki ruang yang cukup untuk pasien... situasinya akan semakin buruk dari hari ke hari," kata Pezeshkian, dikutip Al Arabiya. Dia adalah mantan menteri kesehatan.

Wakil kepala Universitas Medis Qom sebelumnya mengatakan bahwa pihak berwenang dapat memilih untuk mendirikan rumah sakit lapangan di Qom, karena rumah sakit telah mencapai kapasitas maksimum, karena wabah virus corona di kota.

Sebelumnya BBC Persia juga melaporkan jumlah kasus kematian akibat virus yang dinamai CODID-19 jauh lebih tinggi daripada yang dilaporkan secara resmi.

Dikarantina

Wabah coronavirus akan merusak "ekonomi dan semua yang lain" di Iran, kata Pezeshkian.

"Jika saya yang bertanggung jawab, Qom akan dikarantina sejak hari pertama dan tidak ada yang diizinkan meninggalkan kota," katanya.

Kota suci Syiah, Qom, telah menjadi pusat penyebaran virus di Iran dan negara-negara tetangga.

Kesehatan anggota parlemen yang terinfeksi "lima hingga enam" telah memburuk, menurut Pezeshkian. Dua puluh tiga anggota parlemen Iran sejauh ini dinyatakan positif terinfeksi virus corona, menurut seorang pejabat parlemen.

Beberapa pejabat lain telah terinfeksi virus itu di Iran, yang memiliki angka kematian tertinggi di dunia di luar China, pusatpertama penyebaran penyakit itu.

Sementara itu, kelompok oposisi Iran, menurut situs kelompok ini, nrc-iran.org, menyebutkan bahwa Iran bukannya mengambil langkah-langkah pencegahan, tetapi beralih ke lebih banyak merahasiakan wabah ini.

Organisasi Rakyat Mujahidin Iran (People’s Mojahedin Organization of Iran / PMOI / Mujahedin-e Khalq / MEK) mengumumkan pada hari Selasa (3/3) bahwa jumlah kematian telah melebihi 1.200 orang, sebagian berasal dari Kota Qom dan Teheran.

Editor : Sabar Subekti


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home