Loading...
BUDAYA
Penulis: Moh. Jauhar al-Hakimi 13:05 WIB | Jumat, 28 Desember 2018

Delapan Belas Tahun Penantian Dona dalam “Cosmic Turn”

Delapan Belas Tahun Penantian Dona dalam “Cosmic Turn”
Pameran tunggal Dona Prawita Arissuta dengan tema “Cosmic Turn” berlangsung di Miracle Prints, Jalan Suryodiningratan MJ II/853, Mantrijeron, Yogyakarta hingga 18 Januari 2019. (Foto-foto: Moh. Jauhar al-Hakimi)
Delapan Belas Tahun Penantian Dona dalam “Cosmic Turn”
Love – various dimension - stoneware, pigment colour, transparant glaze – Dona Prawita Arissuta.
Delapan Belas Tahun Penantian Dona dalam “Cosmic Turn”
Pilgrim #1 – various dimension – wood, stoneware, pigment colour, transparant glaze – Dona Prawita Arissuta.
Delapan Belas Tahun Penantian Dona dalam “Cosmic Turn”
Karya-karya Dona Prawita Arissuta (dari kiri ke kanan): “Pilgrim #2”, “Hard worker”, “Best Friend”.

YOGYAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Setelah menunggu hampir 18 tahun, perupa perempuan Dona Prawita Arissuta akhirnya menggelar pameran tunggal perdananya di penghujung tahun 2018. Mengusung tajuk “Cosmic Turn”, Dona menyajikan sebelas project karya. Pameran dibuka oleh pengajar jurusan Seni Rupa ISI Yogyakarta Edi Sunaryo, Jumat (21/12) sore di Miracle art shop.

Di sela-sela aktivitas sebagai pengajar di Fakultas Seni Rupa dan Desain Universitas Negeri Sebelas Maret Surakarta, Dona terhitung cukup produktif dalam berkarya serta mengikuti pameran bersama. Medium keramik menjadi eksplorasi ide kreatifnya. Setidaknya dalam tahun 2018 Dona telah mengikuti tujuh pameran di berbagai kota.

Keramik sebagai medium karya seni dalam tiga tahun terakhir cukup menggeliat di Yogyakarta. Sebutlah beberapa pameran yang diselenggarakan beberapa waktu lalu: "Reload" dan "Physis" di Pendhapa art space, pameran "Clay Say Hay" di Kersan art studio, pameran "Rooted in art: a Lasting Footprint" di GAIA Hotel, yang digelar tahun lalu, serta beberapa pameran tahun ini di antaranya pameran "Jebule Akeh" di Galeri Lorong, pameran ">1000 0 C" di Pendhapa art space, pameran keramik "Air Mata Api" dan pameran "Pengilon" di BBY, pameran "To the Soul" di Ruang Dalam art house, pameran "Reracik" di Bale Banjar Sangkring, pameran “Trance” di Kebun Bibi, yang kesemuanya mengangkat karya-karya berbasis pada kerja craftmanship dengan medium keramik.

Memadukan platform dua matra dan tiga matra menjadi sebuah karya menjadi salah satu ciri khas karya Dona. Pada seri karya berjudul “Pilgrim #1” sebanyak dua belas telenan kayu direspons Dona dengan lukisan bergaya dekoratif-naif dengan objek figur-figur deformasi manusia-binatang. Pada masing-masing telenan, Dona melengkapi dengan objek-figur dengan medium keramik. “Pilgrim #1” menjadi perjalanan ziarah Dona menjelajahi dimensi ruang-waktu.

Rekaman kejadian-peristiwa pada lingkungan terdekat dan menuangkan dalam karya kerap menghasilkan karya yang menarik dan tidak jarang menjadi karya yang tidak “sederhana”. Karya berjudul “Cosmic Turn” yang menjadi tajuk pameran adalah gambaran bagaimana Dona merangkai masa lalu, hari ini, dan esok hari sebagai trilogi waktu yang selalu menyertai setiap individu. Dalam bahasa yang sederhana, Dona tidak berusaha untuk bergenit-genit dengan tampilan visual karya ketika unsur-unsur tradisional dan modern bahkan kontemporer dihadirkan dalam kesatuan karya.

“Cosmic Turn” seolah menjadi pengembaraan dan wilayah bermain-main Dona dengan membebaskan kerumitan-kerumitan problematika kehidupan. Di dalam “Cosmic Turn” Dona membebaskan dirinya layaknya anak-anak yang sedang bermain: ada keriangan, kejujuran, dan apa adanya.

Medium keramik menjadi tawaran menarik dalam sebuah karya seni terlebih ketika sesungguhnya objek benda tersebut bisa difungsikan tidak sekadar menjadi penghias. Dalam karya berjudul “Pilgrim #3”, “Love”, dan “Wajah yang Hangat” Dona merespons karya keramiknya berbentuk piring dengan gambar-lukisan suasana hatinya. Sementara pada karya berjudul “Selamat Pagi” Dona menyajikan sapaan hangat menyambut pagi hari dengan sebuah tea set dan toples keramik dalam rona warna merah jambu.

Selain “Love” tema keluarga yang hangat terekam pula dalam karya “Ibu dan Anak”, dua anak kembar bersama ibunya yang kerap menyertai karya-karya Dona.

“Tahap yang paling menegangkan adalah saat menunggu penuh kecemasan, saat benda-benda berada dalam tungku, hanya bisa pasrah menunggu esok hari, kejutan-kejutan apa yang akan tungku berikan. Rasa bahagia, lega ketika kejutan-kejutan itu penuh dengan “keindahan” tetapi seketika menjadi “shock” lemas, lunglai ketika benda keramik itu pecah, hancur, retak, warna tidak muncul, dan kesalahan-kesalahan lainnya,” Dona menjelaskan.

Melihat karya Dona dengan medium keramik ada banyak kesulitan yang lebih banyak berhubungan dengan teknis semisal pewarnaan, komposisi material keramik, hingga temperatur ruang tungku bakar yang kerap membuat was-was saat membuat karya. Pada satu titik pewarnaan, Dona berhasil menyajikan karya lukisan di atas keramik dimana karya keramiknya bisa memiliki warna merah, biru, kuning, dan bukan lagi warna alam.

Pameran tunggal Dona Prawita Arissuta dengan tema “Cosmic Turn” berlangsung di Miracle Prints, Jalan Suryodiningratan MJ II/853, Mantrijeron, Yogyakarta hingga 18 Januari 2019.

Editor : Sotyati


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home