Loading...
FOTO
Penulis: Sotyati 20:21 WIB | Selasa, 30 Juni 2015

Deru Bercampur Debu di Sepanjang Kalimalang

Deru Bercampur Debu di Sepanjang Kalimalang
Tiang pancang untuk pembangunan jalan layang di ruas Sumber Arta, perbatasan Bekasi - Jakarta Timur. (Foto-foto: Sotyati)
Deru Bercampur Debu di Sepanjang Kalimalang
Pemasangan tiang pancang menyebabkan penyempitan arus lalu lintas di perempatan Pangkalan Jati mengakibatkan kemacetan di jam-jam sibuk.
Deru Bercampur Debu di Sepanjang Kalimalang
Pelebaran jalan di sisi kiri Jalan Kalimalang dari arah Jakarta sedang dikebut untuk persiapan jalur mudik, menimbulkan polusi debu.
Deru Bercampur Debu di Sepanjang Kalimalang
Penebangan pohon-pohon yang selama ini meneduhi komuter dalam penempuh perjalanan Bekasi-Jakarta-Bekasi.
Deru Bercampur Debu di Sepanjang Kalimalang
Penebangn pohon di ruas Pangkalan Jati-Pangkalan Bemo, Jakarta Timur.
Deru Bercampur Debu di Sepanjang Kalimalang
Pohon-pohon berdiameter sedang yang selama ini meneduhi Jalan Raya Kalimalang, ditebangi.
Deru Bercampur Debu di Sepanjang Kalimalang
Jalan Raya Kalimalang ruas Kodam - Pangkalan Jati, gersang dan berdebu.

SATUHARAPAN.COM – Sebut Kalimalang, yang terlintas pertama kali adalah kemacetan. Citra itu bertambah lagi belakangan ini. Jalan raya utama bagi komuter asal wilayah Bekasi menuju tempat kerja di Jakarta yang tadinya teduh dan rindang itu sekarang panas dan berdebu setelah pohon-pohon di pinggir Saluran Kalimalang ditebangi.

Data Jabodetabek Public Transportation Policy Implementation Strategy (JAPTraPIS) menyebutkan tak kurang dari 2,5 juta perjalanan di Ibukota datang dari Bekasi, sementara dari Bogor dan Depok sebanyak 2,2 juta perjalanan, dan dari Tangerang 2,1 juta perjalanan.

Volume perjalanan dari daerah penyangga itu memberikan kontribusi hampir separuh dari total volume perjalanan di Jakarta, yang sebanyak 18,7 juta perjalanan.

Kalimalang, seperti dibaca dari wikipedia.org, memang sudah identik dengan nama jalan yang bersisian dengan saluran, yang resminya bernama Saluran Induk Irigasi Tarum Barat, saluran untuk pasokan air PAM/PDAM.

Menyusuri dari arah Jakarta, Kalimalang memiliki panjang 20 km, dari Cawang Baru mengarah ke timur melalui Cipinang Melayu, Pondok Bambu, Pondok Kelapa, Lampiri, Sumber Arta, Transito, Perumahan Jakapermai, Perumahan Galaxy, Perumahan Bumi Satria Kencana, Mal Metropolitan Bekasi, terus sampai wilayah Bekasi. Dari arah yang melintang itu nama Kalimalang diambil.

Dari letak geografisnya, Kalimalang memiliki beban berat, karena pembangunan di kedua sisinya sangat pesat. Pertambahan penduduk yang sangat cepat, menyebabkan makin hari Jalan Kalimalang makin macet, terutama di pagi hari pada saat orang berangkat kerja ke arah Jakarta, dan sore hari saat pekerja pulang.

Untuk mengurai kemacetan yang menjadi pemandangan sehari-hari itu, pada 1997 dirancang pembangunan Tol Becakayu (Bekasi-Cawang-Kampung Melayu), namun terganjal krisis moneter pada 1998. Pada Oktober 2014, Kementerian Pekerjaan Umum kembali melanjutkan pembangunan tol tersebut.

Berdasarkan informasi dari situs resmi Kementerian PU, Tol Becakayu akan dibangun sepanjang 21 kilometer. Pembangunan tol terdiri atas dua seksi, yaitu Seksi Kasablanka-Jaka Sampurna sepanjang 11 kilometer dan Seksi Jaka Sampurna-Duren Jaya sepanjang 10,04 kilometer.

Pemerintah Provinsi DKI juga membebaskan lahan untuk melebarkan Jalan Raya Kalimalang, mulai dari ruas Jalan Kyai Haji Noer Alie hingga Jalan Inspeksi Saluran Kalimalang di Cawang sepanjang hampir 5 kilometer, yang saat ini masih selebar 8 meter. Lahan yang dibebaskan itu berada di sepanjang Jalan Raya Kalimalang arah Bekasi. Areal lahan yang dibebaskan selebar 15 meter dari bibir jalan.

Atas nama pembangunan di kiri-kanan jalan itu pohon-pohon, mulai dari angsana, mahoni, beringin, flamboyan, dan lain-lain, yang selama ini meneduhi komuter, pun ditebang, ditumbangkan, dan hanya menyisakan jalanan yang panas dan berdebu. (Teks: Dewasasri M Wardani, Foto-foto: Sotyati)  

Editor : Sotyati


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home