Loading...
BUDAYA
Penulis: Dewasasri M Wardani 10:41 WIB | Jumat, 26 Juli 2019

Detoks Gadget, Banyuwangi Gelar Festival Permainan Tradisional

Festival Permainan Tradisional rutin digelar di Banyuwangi dengan nama Festival Memengan yang dalam bahasa lokal berarti permainan. Festival itu digelar di Taman Blambangan Banyuwangi, Selasa (23/7). (Foto: banyuwangikab.go.id)

BANYUWANGI , SATUHARAPAN.COM – Pemkab Banyuwangi rutin menggelar pesta permainan tradisional. Dibalut ajang Festival Permainan Tradisional, ribuan pelajar SD-SMP memainkan aneka dolanan tradisional Nusantara dengan gembira.

“Kami rutin bikin festival permainan tradisional ini sebagai bagian dari detoks gadget untuk anak. Anak-anak kita sekarang sudah kecanduan gadget. Ada riset yang bilang 72 persen anak usia 8 tahun ke bawah sudah menggunakan perangkat mobile. Rata-rata bahkan ada yang menyebut, anak-anak menggunakan gadget hingga 4 jam per hari,” kata Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas, Rabu (24/7), yang dilansir situs resmi banyuwangikab.com.

Dengan kecanduan gadget, selain mempengaruhi gaya bersosialisasi anak, juga menimbulkan gaya hidup kurang sehat pada anak.

“Ada riset, di kota besar di Indonesia ini, 8 dari 10 anak kurang gerak. Secara jangka panjang tidak baik untuk tubuh anak. Makanya perlu detoks gadget, hidupkan permainan tradisional berkarakter Indonesia yang di dalamnya kaya filosofi dan mengajak anak untuk bergerak,” kata Anas.

Atas dasar itulah, lanjut Anas, Festival Permainan Tradisional rutin digelar di Banyuwangi dengan nama Festival Memengan yang dalam bahasa lokal berarti permainan. Festival itu digelar di Taman Blambangan Banyuwangi, Selasa (23/7), juga sekaligus menyambut Hari Anak Nasional.

Festival itu juga dihadiri Wakil Ketua KPK Saut Situmorang, yang menilai permainan tradisional mampu menghidupkan nilai-nilai integritas pada jiwa anak sejak dini.

Anas menambahkan, selain kaya interaksi dan gerak fisik, permainan tradisional juga merupakan bagian dari pendidikan karakter. Mulai proses pembuatannya yang membutuhkan ketekunan, tidak bisa instan, hingga butuh kerja bareng saat memainkannya. Bahkan seperti lompat tali dan gobak sodor mengajarkan pentingnya kerja sama dalam tim.

“Gotong royong sebagai intisari Pancasila juga diajarkan dalam banyak permainan tradisional, yang dalam beberapa tahun kita semarakkan dalam festival,” kata Anas. 

 

 

 


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home