Loading...
DUNIA
Penulis: Dany Brakha 14:03 WIB | Kamis, 30 Mei 2013

Dewan Gereja-gereja Dunia Dorong Perdamaian di Timur Tengah

(foto: dw.de)

LIBANON, SATUHARAPAN.COM - Dewan Gereja-gereja Dunia (World Council of  Churces / WCC) dan Dewan Gereja-gereja Timur Tengah (Middle East Council of Churches  /MECC) berkomitmen untuk mendorong PBB, Amerika Serikat, Uni Eropa, Russia dan negara yang berkepentingan politik lainnya untuk menciptakan kebijakan yang damai dan adil bagi seluruh masyarakat.

Komitmen ini dinyatakan dalam konfrensi internasional dan ekumenis dengan judul “Kehadiran dan Kesaksian Umat Kristen Di Timur Tengah,” pekan lalu (21-25/05). Pada kegiatan itu WCC dan MECC juga berkomitmen membebaskan Timur Tengah dari nuklir. Mereka juga berusaha mewaspadai perubahandan  ketegangan yang ada di Timut Tengah.

WCC dan MECC berkomitmen untuk melakukan advokasi bahwa keberadaan Kota Yerusalem tidak terpisah dengan keberadaan dua bangsa dan tiga agama. Peningkatkan sumber daya manusia dalam bentuk kualitas pendidikan masyarakat Timur Tengah juga menjadi salah satu komitmen pernyataan sikap itu. Selain itu WCC dan MECC juga berusaha membuka lapangan kerja bagi orang muda sebagai pengendali migrasi penduduk dari Timur Tengah yang berlatar belakang dorongan sosioekonomi.

Ke depan, WCC dan MECC berkomitmen untuk memfasilitasi dialog lintas agama bagi pemimpin agama seperti Islam dan Kristen dengan pemimpin kelompok gerakan masyarakat serta wanita dan anak-anak. Melalui dialog itu diharapkan dapat menciptakan kerja sama saling menguntungkan bagi keberadaan mereka masing-masing terutama dalam penerimaan dan penghormatan atas keberagaman.

Latar Belakang

Pernyataan sikap ini lahir karena beberapa hal yang melatar-belakangi di antaranya adalah bahwa  keberadaan kekeristenan memiliki ikatan dengan Timur Tengah. Sejarah juga mencatat kelahiran kekeristenan berada di tengah konteks masyarakat Timur Tengah yang plural.

Meskipun mendapat perlakuaan diskriminatif dengan cap sebagai minoritas karena jumlah orang Kristen yang ada Timut Tengah, mereka tetap menjadi  bagian dari warga negara. Negara berkewajiban memberikan perlindungan bagi warganya tanpa membedakan latar belakang.

Adanya krisis Timur Tengah terkesan muncul karena pembiaran terjadinya kekerasan bermotif intoleransi, kemiskinan, kelangkaan kesempatan kerja yang berkepanjangan. Hal ini tidak hanya berdampak buruk pada hubungan Kristen, Islam, dan Yahudi, tetapi berdampak pada seluruh sendi kemanusiaan.

Sementara itu, di belahan dunia lain, perundingan 27 utusan negara di Eropa (Uni Eropa) yang berlangsung sampai dengan awal Juni esok gagal mencapai kesepakatan untuk membertahankan embargo senjata bagi negara Suriah.

(sumber: oikoumene.org/ dw.de)

Editor : Windrarto


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home