Loading...
RELIGI
Penulis: Prasasta Widiadi 11:05 WIB | Minggu, 07 Februari 2016

Dewasa Ini Agama Terlalu Mementingkan Ritual

Sekretaris Dewan Kerohanian Majelis Tinggi Agama Konghucu Indonesia (Matakin) Budi Santoso Tanuwibowo (kiri) saat menyampaikan materi dalam Forum Jumatan Gusdurian Jakarta, Gus Dur dan Imlek, di Wahid Institute, Jl. Taman Amir Hamzah, Jakarta, hari Jumat (5/2). (Foto: Prasasta Widiadi).

JAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Agama di Indonesia dalam era modern menjadi sebuah hal yang mementingkan ritual, namun pemeluk agama atau kepercayaan  acapkali melupakan hakekat agama.

“Agama menjadi sesuatu yang hanya mementingkan ritual, hakekatnya dilupakan. Sekarang saya tanya berapa banyak waktu kita gunakan untuk berkelahi hanya gara gara kita berbeda agama atau kepercayaan,” kata Sekretaris Dewan Kerohanian Majelis Tinggi Agama Konghucu Indonesia (Matakin) Budi Santoso Tanuwibowo dalam Forum Jumatan Gusdurian Jakarta, Gus Dur dan Imlek, di Wahid Institute, Jl. Taman Amir Hamzah, Jakarta, hari Jumat (5/2).

“Saya tanya lagi berapa banyak uang kita yang dibangun untuk masjid, untuk gereja, pura, vihara, tapi akhirnya  saling menghujat, berapa banyak khotbah pagi di televisi tapi masyarakatnya korupsi semua,” Budi menambahkan.

Budi merasa prihatin karena saat dia bepergian ke semua tempat dia dapat menjumpai berbagai tempat peribadatan, namun dia merasa ada sesuatu yang percuma.

“Kalau ada semua (tempat ibadah, red) tapi masyarakatnya korup buat apa, lebih baik dibongkar semua bikin sekolah, bagi saya  yang penting agama  bukan dilhat dari KTP-nya (Kartu Tanda Penduduk, red) dan kitab apa yang dibaca tapi dari perbuatan kita,” dia menambahkan.

Dalam kaitannya dengan umat Konghucu dia mengemukakan bila ada sesama warga Indonesia pemeluk Konghucu yang melakukan perbuatan tidak terpuji seperti terorisme atau korupsi.

“Sekarang banyak politisi muda contohnya Mas Anas (mantan Anggota DPR Partai Demokrat, Anas Urbaningrum, red)  dia itu organisatoris yang hebat penampilannya santun, jelas lebih ganteng dari saya, tapi dia anda tau sendiri kan sekarang nasibnya bagaimana di KPK (Komisi Pemberantasan Korupsi, red),” dia memberi contoh.

Dalam kaitannya dengan politikus generasi muda, Budi memberi nasihat  kalau generasi muda mau masuk politik diperbolehkan, namun jangan sampai tergiur kepentingan jangka  pendek. 

“Karena  saat kita berkuasa (memegang jabatan politis, red) semua orang menganggap kita saudara, ketika kita megang kekuasaan semua orang menganggap kita saudara, jadi maunya merangkul setiap hari, sementara giliran kita tidak bisa bayar hutang dan bangkrut banyak orang menjauhi kita,” kata dia.

Dalam kaitannya dengan pendidikan dan agama, Budi mengatakan orang Indonesia tidak bodoh, namun terlalu banyak orang yang mudah ditipu oleh orang yang lebih licik.

“Makanya jangan sampai pelajaran yang nggak baik dari leluhur kita ditiru, tapi bagaimanapun juga itu leluhur kita,” dia menambahkan.

Budi berharap banyak politikus berusia muda mengajarkan contoh-contoh yang baik dalam politik kesantunan dan kepemimpinan yang relijius.

“Kalau  saya yang udah 50 (usia 50 tahun, red) nggak bisa deh jangan diharapkan deh kita mengharapkan kepada yang muda aja bangun republik ini dengan kesungguhan dengan cinta,” kata dia.

Editor : Bayu Probo


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home