Loading...
INSPIRASI
Penulis: Esther GN Telaumbanua 01:00 WIB | Kamis, 27 November 2014

Di Nias ”böi”, di Jawa ”jangan”

Ujung tanaman pakis yang berbentuk melingkar itu tidak cepat layu, sehingga menjadi simbol keberlangsungan dan keberlanjutan hidup.
Pakis sayur (Diplazium esculentum), foto: istimewa

SATUHARAPAN.COM – Ada kata beragam makna, ada juga benda dengan sebutan beragam.   Minggu lalu di Nias, keluarga saya menyediakan menu sayuran khas. Ketika saya tanya apa namanya, mereka menyebutnya  ”böi” (baca: bei). Dalam bahasa Nias, böi berarti ”jangan”. Contohnya, böi olifu atau jangan lupa. Atau, böi kete nakhimö, jangan mencubit adikmu.  Saya teringat bahwa masyarakat  Jawa juga menyebut sayuran sebagai ”jangan”.  Di Nias kita memiliki sayuran böi  yang berarti ”jangan”. 

Orang Nias  sangat mengenal  jenis sayuran yang dihidangkan siang itu.  Böi adalah sejenis tanaman pakis (Diplazium esculentum) yang tumbuh di Nias.  Pakis mudah tumbuh di Nias yang struktur tanahnya berbukit-lembah dan agak lembab karena curah hujan tinggi. Masyarakat Nias memetik bagian daun pakis sayur  yang muda dan belum mekar sempurna. Pakis sayur yang memiliki daun indah seperti sulur  ini   memiliki tekstur rasa yang empuk, lembut, dan enak.  Orang Nias biasanya menghidangkannya setelah ditumis, direbus untuk campuran atau digulai dengan santan kelapa Nias. 

Dari manfaat kesehatan, pakis sayur ini mengandung cukup vitamin C dan kolagen, juga bermanfaat sebagai antioksidan. Untuk  beberapa jenis pakis yang tidak dimakan, ternyata berfungsi antipolusi dan bermanfaat dalam penyediaan air tanah yang bersih.

Sambil menyantap ”jangan böi” ini, saya merenung. Jangan-jangan karena akrab dan sering menyantap pakis sayur,  masyarakat Nias di pedesaan menjadi sehat,  berumur panjang,  dan berkulit bersih serta halus. Meski pakis dicap bukan makanan modern, tetapi makanan kampung, saya meyakini bahwa sayuran tersebut merupakan salah satu solusi bagi berbagai masalah kesehatan di kehidupan modern.

Karena erat dengan kehidupan Nias, maka pakis sayur menjadi simbol dalam tradisi budaya. Ujung tanaman pakis yang berbentuk melingkar itu tidak cepat layu, sehingga menjadi simbol keberlangsungan dan keberlanjutan hidup.  Dalam tradisi Nias, pakis disimbolkan sebagai  makna kelangsungan hidup dan kesejahteraan. 

Gambar pakis  ini dapat dilihat dalam ornamen-ornamen Nias, baik itu di dinding rumah adat, di dalam motif anyaman bolanafo,  bahkan dalam motif pakaian dan perhiasan. Bila melihat ornamen itu, saya merasakan sebuah sentuhan semangat kehidupan orang Nias: keagungan hidup, penghargaan atas ciptaan,  dan harapan.

 

Editor: ymindrasmoro

Email: inspirasi@satuharapan.com


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home