Loading...
RELIGI
Penulis: Yan Chrisna 12:51 WIB | Jumat, 19 April 2013

Diskusi Pakar PGI: Kemiskinan Ketidakadilan Radikalisme dan Perusakan Lingkungan Harus Dibenahi

Gomar Gultom Sekum PGI (foto: koleksi Demian Demanta)

JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - "Dari berbagai isu yang dipergumulkan oleh PGI bersama gereja-gereja di Indonesia mengerucut pada empat isu: kemiskinan, ketidakadilan, radikalisme dan perusakan lingkungan" demikian dikatakan Pdt Gomar Gultom dalam pengantarnya pada diskusi pakar yang berlangsung di aula Lembaga Alkitab Indonesia (LAI) Jakarta, Kamis, 18 April 2013.

Pdt Gultom melanjutkan, bahwa kemiskinan telah menjadi masalah akut. Sekalipun pemerintah selalu mengklaim pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi, bahkan menyebut ekonomi (makro) kita kuat, namun resonansinya kurang kelihatan ditingkat mikro. Dan yang paling memiriskan hati adalah terjadinya politisasi masalah kemiskinan, dimana alih-alih ditanggulangi dengan baik, kemiskinan justru dijadikan objek politik bagi para elite untuk mendapatkan kekuasaan.

Sementara itu Sri Palupi dari ECOSOC saat menjawab pertanyaan peserta, apakah pemerintah tahu dengan masalah ini, menjawab, "Mereka tahu! Buktinya, ketika angka kemiskinan begitu tinggi dan tidak matching dengan pertumbuhan ekonomi yang mereka klaim, maka indikator kemiskinan itu diubah, sehingga angka kemiskinan secara drastis turun. Tapi itu sangat semu dan manipulasi"

Romo Hery B Priono menyebutkan, sesungguhnya masalah yang lebih krusial dewasa ini adalah kemiskinan, intoleransi umat beragama dan perusakan lingkungan, sementara ketidakadilan adalah alat analisis untuk menilai masalah-masalah tersebut. Dan yang paling penting lagi, menurutnya, adalah penentuan prioritas atas masalah-masalah itu.

Sementara mengenai perusakan lingkungan, Gomar Gultom, Sekretaris Umum PGI berpendapat bahwa akar kerakusan manusia yang tak terbatas sebagai salah satu sumber dalam pemakaian teknologi yang tak ramah lingkungan, ketidakadilan global dan pemaksaan alam melebihi batas-batas yang ditetapkan ketika Allah menciptakannya.

Diskusi pakar yang diselenggarakan dalam rangka persiapan reformulasi Pokok-pokok Tugas Panggilan Bersama (PTPB) juga memberi perhatian akan kecenderungan peningkatan radikalisasi agama yang merasuki angkatan muda kini. Komaruddin Hidayat pernah menulis di Sindo tentang 10 ciri remaja radikal yang mulai banyak di sekolah-sekolah dan perguruan-perguruan tinggi, antara lain mengkafirkan orang lain termasuk orang tuanya sendiri, meminta uang untuk berbagai keperluan kepada orangtua, atau bahkan mencuri untuk disetorkan ke organisasinya.

Dr Zakaria Ngelow yang datang dari Makasar mengkritik perumusan-perumusan gereja yang tak mengangkat pergumulan masalah konkrit umat dan malah mengangkat rumusan-rumusan dogmatik dari warisan zending dari Eropa. Ngelow menantang gereja mengangkat dan mendokumentasikan apa yang nyata dalam kehidupan umat, dan inilah dokumen teologi yang hidup. Dia juga mengkritisi dominasi pendeta, tua, lelaki dan domisili Jakarta dalam perumusan-perumusan teologis tersebut.

Menurutnya perlu keterlibatan angkatan muda, perempuan warga non teologi dan dari daerah-daerah dalam merumuskan arak-arakan keesaan komunitas gereja-gereja di setiap wilayahnya, untuk menghidupi kenyataan riil dan sekaligus menjawab realitas tersebut.

Diskusi yang dipandu oleh Trisno Sutanto dan Dr Marin L Sinaga ini merasakan perlunya setiap umat membangun jaringan bersama seluruh umat dari berbagai tradisi, wilayah dan agama dalam membangun teologi bersama.


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home