Loading...
RELIGI
Penulis: Diah Anggraeni Retnaningrum 12:32 WIB | Kamis, 28 April 2016

Djarot Ingatkan Pilkada DKI Rentan Isu Sara

Wakil Gubernur DKI Jakarta Djarot Saiful Hidayat saat membuka acara Forum Koordinasi dan Sinkronisasi Memperteguh Kebhinekaan di Royal Hotel Kuningan, Jakarta Selatan, hari Kamis (28/4).

JAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Wakil Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama mengingatkan seluruh pemangku kepentingan baik di daerah maupun pusat untuk tetap menjaga kerukunan umat beragama menjelang Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) DKI Jakarta 2017. Hal ini perlu dilakukan karena Pilkada 2017 mendatang rentan dengan isu suku, agama, ras dan antargolongan (SARA).

“Kita, khususnya DKI, akan menghadapi isu besar Pilkada 2017. Ini rentan isu SARA yang akan mengganggu stabilitas keamanan maupun toleransi antarumat beragama,” kata dia saat membuka acara Forum Koordinasi dan Sinkronisasi Memperteguh Kebhinekaan di Royal Hotel Kuningan, Jakarta Selatan, hari Kamis (28/4).

Sebenarnya, lanjut dia, peran pemerintah daerah maupun pusat sangat besar untuk menekan isu sensitif seperti SARA yaitu dengan cara menanamkan jiwa nasionalisme kepada masyarakat sejak dini melalui program pendidikan. Dia meminta agar masyarakat terus menjaga persatuan supaya terhindar dari praktik adu domba.

Menurutnya, kalau pemerintah dan masyarakat tidak bisa mengelola kebinekaan, maka jalan menuju persatuan ini akan terganjal.

Dia mencontohkan di DKI saat ini sudah melaksanakan Sekolah Agama dan Bina Damai (Sabda) yang pesertanya terdiri atas enam agama yang diakui di Indonesia serta seluruh aliran kepercayaan. Dalam acara tersebut semua peserta akan belajar semua agama dan mencoba memahami perbedaan yang ada.

Djarot berharap peserta yang lulus dari acara tersebut akan membantu pemerintah menyebarkan semangat kebinekaan di mana pun mereka berada.

Mantan Wali Kota Blitar itu kemudian mengutip lagu Maju Tak Gentar, di mana bangsa Indonesia harus membangun jiwa baru kemudian membangun raga. Menurutnya, membangun gedung bertingkat, rumah sakit, sekolah, jembatan jauh lebih mudah bila dibandingkan dengan membangun mental maupun karakter bangsa.

“Benar apa yang dikatakan para pendiri bangsa bahwa pembelajaran karakter nasional itu tidak akan pernah berakhir,” kata dia.

Kader Partai PDI Perjuangan itu juga mengungkapkan keprihatinannya terhadap arus yang datang dari luar negeri seperti budaya dan teknologi. Selain itu, tingkat konsumsi masyarakat juga saat ini sudah terlalu tinggi (konsumtif).

Menurutnya, tidak semua yang datang dari luar negeri itu cocok dengan budaya Indonesia. Tetapi juga tidak semuanya buruk. Kita, tambah dia, harus pintar menyeleksi sehingga budaya Indonesia tetap terjaga.

Editor : Sotyati


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home