Loading...
INDONESIA
Penulis: Dewasasri M Wardani 10:28 WIB | Rabu, 23 Oktober 2019

Dr Terawan, Menkes yang Sudah Berbekal Inovasi

Jadi Menkes, Dokter Terawan akan lepas semua jabatan (Foto: Antara/Hanni Sofia)

JAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Mayjen TNI Dr dr Terawan Agus Putranto Sp Rad(K) menjadi satu-satunya dokter yang dipanggil Presiden Joko Widodo ke Istana dalam momen "perkenalan" kabinet menteri, Selasa (22/10).

Ia menyatakan Presiden Joko Widodo menugaskannya sebagai Menteri Kesehatan.

Nama dokter Terawan tak lagi asing di kalangan publik lantaran inovasinya tentang metode "cuci otak", yang telah terbukti menyembuhkan banyak pasien stroke, ditambah lagi ramai diberitakan media-media nasional karena pernah diisukan dipecat oleh PB Ikatan Dokter Indonesia (IDI).

Dokter kelahiran Yogyakarta 5 Agustus 1964 tersebut merupakan lulusan Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada (UGM), yang kemudian mengabdi menjadi dokter TNI AD dan menjabat Kepala RS Pusat Angkatan Darat Gatot Subroto sejak 2015-2019.

Sekitar awal April 2018, mencuat kabar dr Terawan, yang dikatakan menyembuhkan ribuan pasien stroke, diberhentikan sementara oleh Mahkamah Kode Etik Kedokteran (MKEK) IDI.

Pemberhentian tersebut lantaran dr Terawan dianggap melanggar kode etik kedokteran, yaitu mengiklankan metode "cuci otak" yang bisa menyembuhkan pasien stroke.

Anggapan tersebut dibantah oleh dr Terawan, ia tidak pernah sekalipun mengiklankan metodenya.

Metode "cuci otak" yang mulai diperkenalkan sejak 2004 dan banyak dilakukan sejak 2011 tersebut, sebenarnya merupakan salah satu metode bernama digital subtraction angiography (SDA), yang tujuannya ialah untuk mendiagnostik dan untuk mengevaluasi pembuluh darah otak sehingga bisa diketahui penyakit dari pasien dan menentukan pengobatan yang tepat.

Namun, Terawan menggunakannya sebagai metode pengobatan stroke dengan memasukkan obat heparin dalam proses SDA, yang dipercaya dapat menyembuhkan penyakit stroke.

Meskipun metode cuci otak melalui DSA telah diuji dalam disertasi dr Terawan di Universitas Hasanuddin Makassar pada 2016, beberapa pakar menilai metode itu masih butuh kajian secara ilmiah lebih mendalam.

Kendati demikian, banyak dukungan yang mengalir kepada dr Terawan seperti dari Komisi IX DPR, Kementerian Ristekdikti, masyarakat yang menjadi pasiennya, dan bahkan para pejabat dan tokoh negeri yang merasakan manfaat luar biasa dari metode tersebut.

Beberapa tokoh yang pernah menjalani terapi DSA dr Terawan ialah Wakil Presiden 2014-2019 Jusuf Kalla, Ketua Dewan Pembina Partai Golkar Aburizal Bakrie, Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto, mantan Ketua MK Mahfud MD, dan lainnya.

Para tokoh tersebut memberikan testimoni atas pengalamannya ditangani dr Terawan dan mendukung metode "cuci otak" terus dilanjutkan.

Ketua Umum PB IDI saat itu Prof Ilham Oetama Marsis menyatakan tidak melaksanakan putusan MKEK dan menyebut dr Terawan tetap sebagai anggota IDI dan bisa terus berpraktik.

Melalui metode DSA tersebut dr Terawan juga mendatangkan 1000 warga negara Vietnam ke Indonesia untuk melakukan terapi "cuci otak". Ia sudah mengantongi nota kesepahaman dengan Pemerintah Vietnam, yang kemudian menjadikan terapi cuci otak sebagai wisata medis.

Meski masih kontroversi, yang dilakukan oleh dr Terawan adalah inovasi di bidang dunia kedokteran yang sudah sepatutnya dikembangkan, agar dapat diterima sebagai tindakan medis yang resmi dengan penelitian lebih mendalam. Presiden Joko Widodo, sebelumnya berkali-kali mengatakan tidak ingin para menteri melakukan hal yang monoton dan sekadar menjalankan rutinitas. Dr Terawan sudah berbekal inovasi ciptaannya sendiri sebelum didapuk sebagai Menteri Kesehatan.

Dr Terawan juga merupakan dokter kepresidenan di pemerintahan Joko Widodo. Ia pernah ditugasi oleh Presiden Joko Widodo untuk merawat mendiang Ani Yudhoyono, istri dari Presiden Keenam RI Susilo Bambang Yudhoyono, sebelum meninggal karena kanker darah di Singapura. Dr Terawan juga turut memantau kondisi kesehatan Presiden Ketiga RI BJ Habibie saat dirawat di RSPAD sebelum wafat.

Terawan datang ke Istana memenuhi panggilan Presiden Joko Widodo saat petang. Ia mengaku berdiskusi mengenai persoalan BPJS Kesehatan dan kekerdilan pada anak atau stunting.

Ia menyatakan, akan melepas semua jabatannya untuk berfokus mengurusi masalah kesehatan bangsa Indonesia. Terawan akan pensiun sebagai anggota TNI dan mengundurkan diri dari Kepala RSPAD Gatot Subroto.

Dr Terawan melanjutkan kiprah Mayjen TNI Prof Dr Satrio yang menjabat sebagai Menteri Kesehatan di era Presiden Soekarno sejak 1959 hingga 1966.

Profil Dr Terawan Agus Putranto

Mayjen TNI Dr dr Terawan Agus Putranto Sp Rad (K) mempersunting Ester Dahlia dan dikaruniai seorang anak Abraham Apriliawan.

Lulus dari Fakultas  Kedokteran Universitas Gadjah Mada (UGM), Yogyakarta, pada tahun 1990. Terawan Agus Putranto langsung mengabdi sebagai dokter TNI Angkatan Darat. Ia kemudian ditugaskan ke beberapa daerah, di antaranya Bali, Lombok, dan Jakarta.

Untuk memperdalam ilmu kedokterannya, ia mengambil Spesialis Radiologi di Universitas Airlangga (Unair), Surabaya., dan lulus pada tahun 2004. Yang melatarbelakangi dirinya untuk mengambil spesialisasi radiologi pada saat itu, karena bertujuan untuk mengembangkan ranah radiologi intervensi yang kebetulan pada saat itu belum berkembang.

Tak cukup di sana, Terawan lagi-lagi untuk menunjang pelayanan dan menambah keilmuannya, ia menempuh program doktor di Universitas Hasanuddin (Unhas), Makassar, dan lulus pada 2013.

Dalam pergumulannya dengan dunia medis, Terawan terbilang cerdas. Ia menemukan metode baru untuk penderita stroke. Metode yang biasa disebut brain flushing itu juga tertuang dalam disertasinya bertajuk “Efek Intra Arterial Heparin Flushing Terhadap Regional Cerebral Blood Flow, Motor Evoked Potentials, dan Fungsi Motorik pada Pasien dengan Stroke Iskemik Kronis".

Disertasi tersebut ia sertakan dalam studi doktoratnya di Universitas Hassanuddin. Tentu saja, metode ini mengundang pro dan kontra di kalangan praktisi dan akademisi kedokteran. Namun, Terawan Agus Putranto mampu membuktikannya. Dalam pengalamannya, pasien bisa sembuh dari stroke selang 4-5 jam pasca operasi. Metode pengobatan tersebut bahkan telah diterapkan di Jerman dengan nama paten ‘Terawan Theory’.

Kualitas sosok Terawan makin sempurna setelah diangkat menjadi Kepala Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat (RSPAD) Gatot Soebroto pada 2015.

Atas pengabdiannya, Terawan mendapatkan sejumlah penghargaan. Di antaranya penghargaan Hendropriyono Strategic Consulting (HSC) tahun 2015, dan dua rekor Muri sekaligus sebagai penemu terapi cuci otak dan penerapan program Digital Substraction Angiogram (DSA) terbanyak tahun 2017. Selain itu ia menerima Bintang Mahaputra Naraya tahun 2013, dan penerima penghargaan bidang kedokteran Achmad Bakri (PAB) tahun 2017.

Karier

Lulus dan berprofesi sebagai dokter tahun 1990, terus mengabdi di RSPAD Gatot Subroto Jakarta, dan RS Gading Pluit, Kelapa Gading Jakarta. Masuk dalam Tim Dokter Kepresidenan pada tahun 2009.

Beberapa posisi yang pernah ia jabat, Ketua Perhimpunan Dokter Spesialis Radiologi Indonesia, Ketua World International Committee of Military Medicine, Ketua ASEAN Association of Radiology, Kepala Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat (RSPAD) Gatot Soebroto, 2015-sekarang, dan Angggota, Akademi Ilmu Pengetahuan Yogyakarta (AIPYo), 2016. (Ant/berbagai sumber)

 

 


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home