Loading...
DUNIA
Penulis: Melki Pangaribuan 16:09 WIB | Senin, 02 November 2020

Dua Gereja Prancis Diserang Saat Perayaan Hari Besar Kristen

Seorang polisi berjaga di depan gereja Notre Dame di Nice, Prancis, Jumat, 30 Oktober 2020. (Foto: AP)

NICE, SATUHARAPAN.COM - Pihak berwenang Prancis telah mengumumkan penangkapan baru terkait dengan serangan teroris Islamis di sebuah gereja di Nice minggu lalu. Bahkan selagi penyeledikan berlangsung, terjadi serangan di gereja terpisah di kota lain tidak lama kemudian.

Minggu ini Prancis merayakan hari besar Kristen, Hari Semua Orang Kudus. Prancis adalah negara yang secara tradisional Katolik dan walaupun banyak warga Prancis saat ini tidak lagi terlalu religius, mereka belum pulih dari serangan dua kali berturut-turut yang menargetkan gereja.

Pertama, serangan pisau di Nice yang menewaskan tiga orang, dan serangan kedua adalah penembakan pada hari Sabtu yang menarget seorang pendeta Ortodoks Yunani di gerejanya di kota Lyon.

Media Prancis melaporkan pihak berwenang telah menangkap lebih banyak orang terkait dengan serangan di Nice, yang digambarkan oleh Presiden Emmanuel Macron sebagai tindakan terorisme. Tersangka utama, imigran Tunisia Ibrahim Issaoui, masih dirawat di rumah sakit karena tembakan polisi.

Penyelidik Tunisia dan Prancis berusaha mengumpulkan informasi mengenai motif Issaoui dan siapa yang mungkin membantunya melakukan penikaman brutal di Basilika Notre Dame di Nice pada Kamis pagi itu. Dia tampaknya baru tiba di Prancis beberapa hari sebelumnya.

Sementara itu, seorang tersangka lain telah ditangkap dalam penyerangan di Lyon, namun motifnya sejauh ini belum diketahui.

Serangan itu adalah yang terbaru dari beberapa serangan yang melanda Prancis dalam beberapa pekan terakhir, yang tampaknya terkait dengan penerbitan ulang kartun Nabi Muhammad.

Bulan lalu, seorang guru sekolah Samuel Paty dipenggal oleh seorang ekstremis Islamis, karena menunjukkan karikatur itu di kelas dalam diskusi tentang kebebasan menyatakan pendapat.

Umat Islam menganggap kartun itu sangat ofensif, dan publikasi ulangnya — bersama dengan pembelaan Presiden Macron atas hak untuk menerbitkannya demi kebebasan berekspresi — telah menyebabkan protes dan boikot di beberapa negara Muslim.

Dalam wawancara dengan jaringan televisi Al Jazeera, Presiden Macron mengatakan dia mengerti orang bisa dikejutkan oleh kartun itu, tapi itu tidak membenarkan kekerasan fisik. Dia mengatakan dia akan selalu membela kebebasan berekspresi di Prancis.

Prancis telah melewati beberapa serangan teroris Islamis dalam beberapa tahun terakhir, termasuk serangan di Paris tahun 2015 dan serangan di Nice tahun 2016. Kini, sekali lagi, peringatan keamanan nasional Prancis berada pada tingkat tertinggi. Negara itu juga memberlakukan PSBB sebagai tanggapan atas krisis terpisah dalam pandemi virus corona.

Di Nice, di mana karangan bunga bertumpuk di depan Basilika Notre Dame, penduduk mengatakan kepada radio Prancis bahwa mereka merasa tidak aman.

Serangan tersebut juga memicu perdebatan tentang pertahanan kuat Prancis terhadap sekularisme dan seberapa jauh kebebasan berekspresi harus diterapkan. Komunitas Muslim di negara itu khawatir mereka akan distigmatisasi.

Pada hari Senin, anak-anak kembali ke sekolah setelah liburan selama dua minggu. Sekolah-sekolah di seluruh Prancis akan mengheningkan cipta selama satu menit untuk mengenang kematian tragis guru Samuel Paty yang dipenggal kepalanya. (VOA)

 


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home