Loading...
EKONOMI
Penulis: Eben Ezer Siadari 14:43 WIB | Senin, 02 Maret 2015

Dua Warganya akan Dieksekusi, Mendag Australia Batal ke RI

Majell Hind (kanan), konsul jenderal Australia di Bali, mendampingi Raji Sukumaran (tengah), ibunda dari Myuran Sukumaran, satu dari dua warga Australia yang akan menjalani eksekusi mati, ketika akan meninggalkan penjara Kerobokan. (Foto:Reuters)

SYDNEY, SATUHARAPAN.COM - Secara diam-diam kunjungan sebuah delegasi bisnis Australia ke Indonesia yang sedianya dipimpin oleh Menteri Perdagangan Andrew Robb  bulan ini batal  seiring dengan meningkatnya ketegangan hubungan kedua negara menjelang eksekusi mati dua warga Negara Kangguru tersebut.

Hal yang sama terjadi pada festival terbesar antara Indonesia dengan Australia yang dikenal sebagai INDOfest. Festival ini ditunda karena khawatir menciptakan kesan tidak sensitif di dalam negeri Australia sendiri.

Sydney Morning Herald, hari ini (2/3) melaporkan sejumlah perusahaan Australia juga menunda melakukan perjanjian bisnis ke Indonesia sehubungan dengan ketidakpastian dampak yang terjadi pascaeksekusi apabila dilaksanakan, semisal kemungkinan embargo bisnis atau pemanggilan pulang duta besar Australia di Indonesia.

Tahun lalu Mendag Australia mengatakan salah satu tujuannya tahun ini adalah meningkatkan posisi Indonesia menjadi satu dari 10 mitra perdagangan teratas.

CEO Austrade, Bruce Gosper, mengatakan dalam sebuah konferensi pada bulan Desember bahwa Robb akan memimpin delegasi perdagangan ke Indonesia pada bulan Maret. Namun tampaknya rencana itu kini ditunda. Seorang juru bicara untuk kantor Mendag mengatakan Robb akan memimpin misi bisnis ke Indonesia tahun ini pada waktu yang tepat.

"Pada titik ini tidak ada tanggal yang telah ditetapkan," katanya. "Memperkuat hubungan ekonomi Australia dengan Indonesia masih menjadi prioritas yang penting," demikian kata juru bicara.

Presiden Australia Business Council Indonesia, Debnath Guharoy mengatakan dari kaca mata pebisnis, pelaksanaan eksekusi hukuman mati tidak membantu bagi peningkatan hubungan kedua negara. "Yang saya pahami, situasi saat ini bukan waktu yang tepat bagi Menteri untuk datang dan membicarakan bisnis," kata Guharoy.

"Hampir tanpa kecuali, setiap tahun terjadi peristiwa buruk antara kedua negara. Kalau bukan tentang kapal, tentang sapi. Atau penyadapan telepon," kata dia.

Namun dia mengatakan kedua negara sudah terbiasa dengan hubungan yang bergolak dan bisnis tidak berhenti karena itu.

Presiden Australia Indonesia Institute, Ross Taylor, mengatakan "logis dan masuk akal" untuk tidak melanjutkan kunjungan delegasi Australia Maret ini ke Indonesia, mengingat situasi yang tengah berkembang.

Dia mengatakan kunjungan delegasi perdagangan memang sangat penting, tetapi akan dianggap tidak menghormati  keluarga yang berduka apabila kunjungan itu dilakukan dalam pekan-pekan dilaksanakannya eksekusi.

INDOfest, yang diadakan setiap tahun di Adelaide sejak 2008, tahun ini ditargetkan menarik pengunjung hingga 15.000 orang. Namun sejumlah even besar dalam festival ini, termasuk Hari Keluarga di sebuah taman yang direncanakan diadakan pada 12 April nanti, berserta sebuah forum perdagangan, telah dibatalkan. Sponsor sponsor menarik diri sehubungan dengan kekhawatiran bahwa orang Indonesia enggan datang.

"Kami memutuskan bahwa dalam konteks saat ini tidak akan sesuai dan agak sensitif untuk terus melanjutkan acara yang lebih besar," kata Sekretaris Asosiasi Indonesia Ausralia Selatan, Chris Majewski.

Hubungan perdagangan Australia dengan Indonesia sejauh ini memang belum berkembang, meskipun secara teritorial kedua negara dekat, apalagi pasar Indonesia sangat besar. Volume perdagangan kedua negara hanya US$14,9 miliar pada tahun 2013, membuat Indonesia hanya berada di urutan ke-12 dari mitra dagang terbesar Australia.

"Investasi Australia di Selandia Baru sudah mencapai $46 miliar, padahal penduduknya hanya 4 juta, sedangkan investasi di Indonesia hanya  $ 9 miliar pada akhir tahun 2013," kata Guharoy.

Sampai saat ini hanya sekitar 400 pengusaha Australia memiliki kehadiran di Indonesia.

Spesialis perdagangan internasional dan investasi, Danny Burrows, mengatakan pengusaha Australia menunda berbagai keputusan signifikan dan strategis karena menunggu kejelasan eksekusi.

"Dari pihak Australia saya telah melihat keengganan untuk merampungkan perjanjian usaha patungan atau menyelesaikan kesepakatan bisnis karena orang tidak yakin apa yang akan terjadi, seperti apakah akan ada embargo atau pemanggilan pulang duta besar," kata dia.

"Saya sudah melihat terjadinya penundaan bisnis di sektor infrastruktur maupun di usaha produk konsumen dan manufaktur," tambah dia.

Editor : Eben Ezer Siadari


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home