Dunia Hampir Bebas Polio, Kecuali Pakistan dan Afganistan

SATUHARAPAN.COM – Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyebutkan bahwa penyakit polio hampir bisa diberantas di seluruh dunia. Hari Kamis (24/10) badan ini mengumumkan berdasarkan kesimpulan para ahli bahwa WPV3, tipe tiga penyakit polio telah diberantas sepenuhnya.

Penyakit akibat virus mematikan itu sudah "sangat dekat" untuk menghilang sama sekali, dengan jumlah anak-anak yang terkena penyakit ini turun 99 persen sejak tahun 1988, menurut  Dana PBB untuk Anak-anak (UNICEF), pada Hari Polio Sedunia, Kamis (24/10).

Jumlah kasus polio tercatat turun drastis dari 350.000 pada tahun 1988, menjadi kurang dari 40 pada hari ini. Penyakit yang terjangkit di 125 negara di seluruh dunia, sekarang tinggal dua negara saja, yaitu Pakistan dan Afganistan.

Afghanistan dan Pakistan adalah dua negara yang tersisa dengan kasus polio yang dilaporkan. Nigeria yang merupakan negara endemik polio ketiga menunjukkan penyakit ini tidak lagi muncul selama tiga tahun tanpa infeksi yang dilaporkan. Ini menempatkan Nigeria di antara negara yang mendapatkan sertifikat bebas polio pada tahun 2020.

"Setelah pemberantasan cacar dan polio (dari virus tipe dua), berita ini merupakan pencapaian bersejarah bagi umat manusia", kata WHO, dengan hanya satu jenis virus yang tersisa.

18 Juta Diselamatkan

Tiga strain ketiga polio memiliki kesamaan dalam gejalanya yang menyebabkan kelumpuhan, dan otot menjadi lemah, tidak bisa digerakkan, dan penyakit tersebut menyebabkan kematian. Pada awalnya, tanda-tanda lain adalah demam, kelelahan, dan kekakuan di leher dan anggota badan, meskipun kebanyakan orang yang terinfeksi (90 persen) memiliki gejala yang sangat ringan, atau tidak ada gejala sama sekali.

Program pengendalian penyakit Global Polio Eradication Initiative (GPEI) dari WHO, UNICEF dan mitra kesehatan telah menyelamatkan 18 juta orang yang terinfeksi saat ini bisa berjalan lagi. Jika tidak mereka akan lumpuh akibat virus itu. Namun untik itu, dunia mengeluarkan 27 miliar dolar AS selama 30 tahun untuk melawan virus itu.

Editor : Sabar Subekti