Loading...
RELIGI
Penulis: Martahan Lumban Gaol 21:11 WIB | Jumat, 06 Maret 2015

Eksistensi Terancam, Masjid Dituntut Kreatif Buat Program

Ilustrasi. Aktivitas anak muda di masjid. (Foto: Ist)

JAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Dewan Masjid Indonesia (DMI) dan Majelis Ulama Indonesia (MUI) Jakarta Selatan mendatangi Wakil Ketua MPR RI, Hidayat Nur Wahid, Rabu (4/3), untuk menyampaikan sejumlah persoalan terkait eksistensi masjid di wilayah Jakarta Selatan.

Menurut Sekretaris Umum DMI Jakarta Selatan Edi KS, jumlah masjid di Jakarta Selatan kian berkurang, salah satu penyebabnya masyarakat enggan mengurus IMB dan lebih memilih melakukan perlawan ketika masjid hendak digusur.

Selain itu disampaikan pula keprihatian DMI dan MUI terhadap kehidupan anak muda yang kian tidak peduli dengan masjid. Menurut Edi, anak-anak muda lebih memilih berada di minimarket daripada duduk berlama-lama di masjid untuk mengkaji ilmu agama. Apalagi, keberadaan minimarket di Jakarta Selatan semakin banyak.

Menanggapi hal tersebut Anggota DPD dari daerah pemilihan DKI Jakarta, Fahira Idris mengaku fenomena seperti itu benar-benar terjadi di Ibukota. Namun dia menampik bila hal tersebut digeneralisasi, karena menurut Fahira masih banyak  anak muda yang aktif dan kreatif di berbagai kegiatan keagamaan.

“Memang harus kita akui fenomena kehidupan anak muda (Jakarta Selatan, Red) yang kian tidak peduli dengan masjid benar terjadi, namun saya masih menemui banyak anak muda yang sangat aktif dan kreatif menggelar berbagai kegiatan keagamaan,” kata Fahira kepada satuharapan.com, di Jakarta, Jumat (6/3).

Menurut dia, menjamurnya minimarket yang tumbuh tak kenal, bahkan berdekatan dengan masjid dan sekolah, mempengaruhi kehidupan anak muda. Namun, Senator asal DKI Jakarta itu berpendapat keberadaan tempat tersebut tidak bisa jadi alasan ketidakpedulian anak muda terhadap kegiatan di masjid.

“Idealnya, para orang tua dan pengurus masjid harus lebih melibatkan anak muda untuk beraktivitas dan berkreativitas di masjid, dengan kata lain harus ada strategi kreatif untuk menjadikan masjid sebagai pusat ilmu dan pengetahuan anak muda,” ucap Fahira.

“Jangan hanya soal agama, tetapi menjadi solusi persoalan lain, terutama yang dihadapi anak muda seperti masalah ketidakpercayaan diri, eksistensi diri, pencarian jati diri, atau yang lainnya,” dia menambahkan.

Peran Kementerian Agama

Putri mantan Menteri Perindustrian Fahmi Idris itu berpandangan masjid harus menjadi pusat kegiatan anak muda, mulai dari kesenian ataupun olahraga. Intinya, dia melanjutkan, bagaimana menjadikan masjid sebagai wadah asyik bagi generasi muda untuk beribadah dan berkrativitas.

“Selama ini, pelibatan generasi muda di masjid  sering terjebak dalam kegiatan rutinitas semata, misalnya peringatan hari-hari besar Islam dan sejenisnya, padahal banyak sekali peran dan fungsi anak muda yang bisa dikembangkan di masjid,” kata Fahira.

Menurut dia, bila diberi anak muda diberi kesempatan bertumbuh di masjid, maka bisa menjadi aktor pemberdayaan umat, sekaligus penyebar syiar Islam ke tengah-tengah masyarakat, dengan program-program pembinaan dan pemakmuran masjid.

Untuk itu, Fahira mengharapkan pemerintah dan stakeholder bisa memberi perhatian dan bantuan lebih. Menurut dia, Kementerian Agama bisa membentuk lembaga yang fokus membina dan memfasilitasi anak muda masjid, tentunya tetap melibatkan DMI dan MUI.

“Karena merekalah yang paling paham dan mengerti bagaimana menarik teman-teman seusianya untuk beraktivitas di masjid dan bermanfaat bagi umat,” ujar dia.

Editor : Yan Chrisna Dwi Atmaja


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home