Loading...
EKONOMI
Penulis: Diah Anggraeni Retnaningrum 22:07 WIB | Senin, 30 Maret 2015

Energy Watch Indonesia Duga Ada Permainan Dana di PGN

Ilustrasi sistem gas bumi. (Foto: energitoday.com)

JAKARTA, SATUHARAPAN,COM – Energy Watch Indonesia mengatakan Perusahaan Gas Negara (PGN) selama delapan tahun terakhir, tidak membangun fasilitas pipa transmisi maupun pipa distribusi untuk mempercepat penyaluran gas bumi, menyebabkan konversi BBM ke gas bumi tidak tercapai.

"Malah sebaliknya dana yang diperoleh dari bisnis industri dibelanjakan ke industri hulu melalui anak usahanya PT Saka Energi Indonesia (SAKA) dengan investasi sebesar 1 miliar dolar AS (Rp 13 triliun)," kata Direktur Eksekutif Energy Watch Indonesia Ferdinand Hutahaean dalam diskusi "Jokowi Harus Bongkar dan Usut Tuntas Mafia Gas di PGN" di Jakarta, Senin (30/3).

Ia menjelaskan investasi sebesar 1 miliar dolar AS tersebut meliputi akuisisi 100 persen saham Blok Ujung Pangkah milik PT Hess Indonesia, akuisisi Bolk Ketapang di Madura 20 persen dan Blok Bengkanai 30 persen di Kalimantan Tengah.

"Di samping itu, SAKA mengakuisisi 36 persen hak partisipasi area Shale Gas Faken di Amerika Serikat dari Swift Energy Company senilai 175 juta dolar AS (Rp 2 triliun) dengan saat ini nilai market capitalizatiom perusahaan tersebut hanya 132 juta dolar AS (Rp 1,7 triliun)," katanya.

Menurut Ferdinand, pembelian hak partisipasi area Shale Gas Faken senilai 175 juta dolar AS tersebut secara nyata telah merugikan negara dan diduga kuat kuat melibatkan mafia untuk kepentingan pribadi atau kelompok tertentu.

"PGN bukannya fokus pada bisnisnya malah terlibat dalam investasi di hulu dengan membeli mahal barang yang sesungguhnya sangat murah," tuturnya.

Ia berharap pemerintahan Jokowi dapat membongkar dan mengusut tuntas keberadaan mafia di PGN yang telah nyata-nyata merugikan keuangan negara.

"Saya juga mendesak semua lembaga penegak hukum yang terkait untuk segera melakukan upaya hukum yang tegas terhadap sindikat mafia yang bermain di sektor gas Indonesia," kata Ferdinand. (Ant)

Editor : Yan Chrisna Dwi Atmaja


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home