Loading...
RELIGI
Penulis: Prasasta Widiadi 19:59 WIB | Selasa, 21 Oktober 2014

Favor Bancin: Indonesia Perlu Waspada Kiamat Ekologis

Favor Bancin: Indonesia Perlu Waspada Kiamat Ekologis
Para petani di Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah melakukan panen. (Foto-foto: Prasasta Widiadi).
Favor Bancin: Indonesia Perlu Waspada Kiamat Ekologis
Para petani di Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah melakukan panen.
Favor Bancin: Indonesia Perlu Waspada Kiamat Ekologis
Pdt Favor Adelaide Bancin, Sekretaris Eksekutif Bidang Marturia Persekutuan Gereja-Gereja di Indonesia (PGI).

JAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Saat ini Indonesia perlu mewaspadai kiamat ekologis yang akan datang sewaktu-waktu. Pernyataan ini ditegaskan Pdt Favor Adelaide Bancin selaku Sekretaris Eksekutif Bidang Marturia Persekutuan Gereja-Gereja di Indonesia (PGI) kepada satuharapan.com, Senin (20/10) di Gedung PGI, Jalan Diponegoro Jakarta Pusat.   

“Ketakutan yang paling berbahaya merupakan kiamat ekologis, ketika kita secara sadar mengeksploitasi alam akan tetapi kita tidak paham dampaknya,” kata Favor.  Apabila dikaitkan dengan teologi lingkungan, maka para pemuka agama sebaiknya menegakkan kewajiban moral jemaat agar sadar terhadap lingkungan.

Makna dari kiamat ekologis sebenarnya menyadarkan manusia untuk merubah pola pikir dari menguasai alam demi kepentingan hidup akan tetapi lebih penting untuk menjaga alam semesta.

Favor menambahkan dalam upaya mencegah kerusakan alam maka dalam sektor pertanian kali ini sebaiknya Gereja memberikan sosialisasi konsep pertanian selaras alam.

“Apabila gereja dengan sungguh-sungguh memperhatikan petani maka seharusnya pertanian saat ini kembali kepada kearifan lokal yang dahulu sudah pernah terbentuk mulai dari awal nenek moyang kita,” Favor menambahkan.

“Yakni menggunakan kompos atau mengganti tanaman sesuai dengan musimnya,” Favor menambahkan.

Petani yang sebagian besar merupakan jemaat Kristen di wilayah pedesaan harus memiliki pengetahuan yang baik tentang pertanian yakni jenis tanaman yang baik untuk pertanian, dan sesuai dengan musim.

“Hal lain yang perlu dicermati dari pertanian selaras alam adalah menghindari pestisida berbahan kimia, nah kita kalau berbicara pertanian kita pasti akan berbicara itu, karena ini kan malah ada yang saya dengar menimbulkan kekebalan bagi hama itu tetapi malah mematikan tanaman dan tanah,” Favor menambahkan.    

Favor memberi contoh bahwa Jakarta merupakan contoh dari krisis ekologis, dan banjir yang sebelumnya hanya merupakan skala lima tahunan kini menjadi tahunan.    

“Bagaimana banjir semakin menjadi jadi nah biasanya itu dianggap lima tahunan kan sekarang sudah lumrah dianggap tahunan,” Favor memberi contoh.

Pada awal 2014, sejumlah titik di Jakarta dilanda banjir, salah satu tragedi banjir tersebut salah satunya terjadi pada Januari 2014 yang menyebabkan genangan di banyak ruas jalan  (29/1) termasuk di stasiun kereta terhambat.

Akibatnya, terjadi antrean di Stasiun Manggarai yang menyebabkan sejumlah kereta komuter mengalami keterlambatan.

Salah satu contoh pertanian di gereja, menurut sinodegmim.org adalah lomba pertanian yang diselenggarakan GMIM (Gereja Masehi Injili di Minahasa) mulai bergulir.

Waktu pelaksanaannya mulai Juli sampai September 2014. Menurut Sekretaris Departemen Bidang Sumber Daya Alam, Denny Jousi Sambow, SE, Peserta kegiatan terbuka bagi seluruh jemaat GMIM dan pendaftaran sampai 31 Juli 2014. Adapun jenis perlombaan yakni Kebun Expo, dan Tanaman Polybag atau pot.

Menurut Sambow, Lomba Kebun Expo dapat memanfaatkan lokasi kebun di luar teritorial jemaat dengan luas lahan minimal 20m X 30 m (isi 400 m). Kebun ditanami minimal 3 jenis tanaman, antaranya mentimun, melon, caisin , strobery, tomat, cabe, terong.  Sedangkan untuk polibak atau pot, dapat diletakkan di halaman gereja atau rumah, minimal 200 pot. Jenis tanaman, holtikultura bulanan yang dapat dipilih, timat, cabe, terong, mentimun, caisin, kangkung darat, strowberi dan kunyit. Juga tanaman bunga hias dan tanaman obat herbal.

Editor : Bayu Probo


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home