Loading...
BUDAYA
Penulis: Sotyati 12:23 WIB | Kamis, 11 Februari 2016

Festival Munaan, Bukti Kearifan Lokal Suku Dayak Tonyooi

Kegiatan lomba makan durian dalam Festival Munaan di Linggang Melapeh, Linggang Bigung, Kutai Barat, Kalimantan Timur, penggal akhir Januari lalu. Linggang Melapeh adalah kampung yang didampingi WWF (World Wildlife Fund for Nature) Indonesia sejak tahun 2012 untuk kegiatan pengelolaan hutan dan pengembangan ekowisata berbasis masyarakat. (Foto: WWF Indonesia)

KUTAI BARAT, SATUHARAPAN.COM – Pemerintah Kampung Linggang Melapeh, didukung seluruh lapisan masyarakat kampung dan mitra kerja lokal, memperkenalkan kekayaan tradisi suku Dayak Tonyooi kepada masyarakat luas melalui penyelenggaraan Festival Munaan Linggang Melapeh. Festival berlangsung di Kampung Linggang Melapeh, tanggal 29-31 Januari 2016.

Linggang Melapeh, di Linggang Bigung, Kutai Barat, Kalimantan Timur, seperti dikutip dari wwf.or.id, adalah kampung yang didampingi WWF (World Wildlife Fund for Nature) Indonesia untuk kegiatan pengelolaan hutan dan pengembangan ekowisata berbasis masyarakat, sejak 2012.

Dengan jumlah penduduk lebih kurang 1.500 jiwa yang menempati luas wilayah 80 km persegi, seperti dapat dibaca di Wikipedia, Linggang Melapeh dikenal melalui kekayaan alam dan budayanya. Linggang Melapeh menyimpan objek wisata Danau Aco, Djantur Tabalas, Djantur Atay, Hutan Lindung Eno, dan Lamin Adat Luuq Melapeh.

Dalam sambutannya pada acara pembukaan Festival Munaan, Musiman, Kepala Kampung, menyampaikan bahwa penyelenggaraan Festival Munaan itu ditujukan untuk mengangkat budaya dan kearifan lokal suku Dayak, khususnya Dayak Tonyooi.

Secara turun menurun, suku Dayak Tonyooi,  menjaga Munaan, kebun buah tradisional khas Dayak, sehingga setiap tahun bisa menikmati buah-buahan lokal di antaranya yang terkenal ialah durian, lai, Ihau, kapul, dan langsat.

“Melalui festival ini kami ingin memperkenalkan kepada anak-anak dan generasi muda untuk lebih peduli serta menjaga dan melestarikan Munaan yang ada di Kampung Linggang Melapeh, sekaligus promosi kampung sebagai kampung ekowisata di Kutai Barat,” kata Musiman, seperti dimuat dalam wwf.co.id .

Kegiatan itu nantinya akan diagendakan untuk dilaksanakan setiap tahun, sehingga bisa menjadi salah satu agenda wisata di Kutai Barat.

Kegiatan yang dilaksanakan dalam Festival Munaan antara lain lomba masak makanan tradisional yang berbahan dasar durian dari Linggang Melapeh, EduWisata Munaan bagi anak SD, Lomba Menggambar dan Mewarnai, Fun Run Eno – Aco, Lomba Durian Terbaik Munaan Linggang Melapeh, dan Lomba Makan Durian.

Pada festival itu pula dilaksanakan kegiatan WWF dan Friends’ Gathering dan Camping di Munaan melalui paket Calatn Lamp Munaan (Wisata Kampung). Kegiatan itu melibatkan komunitas lokal dan para Sahabat WWF di Kutai Barat dan Samarinda, yang bertujuan menjalin keakraban antaranggota komunitas – Sahabat WWF dan sinergi kegiatan di tahun 2016.

Menurut Sri Jimmy Kustini, Senior Communication Officer WWF Indonesia di Kutai Barat, kegiatan diikuti 16 komunitas lokal Sahabat WWF. 

Editor : Sotyati


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home