Loading...
SAINS
Penulis: Reporter Satuharapan 10:46 WIB | Jumat, 06 Juli 2018

Festival Taman Nasional dan Wisata Alam di Candi Prambanan

Ilustrasi. Pintu gerbang untuk menjelajahi Taman Nasional Bantimurung di Sulawesi Selatan, yang sangat dikenal dengan keragaman kupu-kupunya. (Foto: Wisata Nasional)

JAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Tanggal 10 Agustus mendatang diperingati sebagai Hari Konservasi Alam Nasional (HKAN). Menandai peringatan itu, Direktorat Jenderal Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem (Ditjen KSDAE) Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), menyelenggarakan Festival Taman Nasional dan Taman Wisata Alam (FTN TWA) di Candi Prambanan, pada tanggal 6 – 8 Juli 2018.

“Festival diselenggarakan agar masyarakat lebih mengenal keberadaan 54 TN dan 118 TWA yang tersebar di seluruh Indonesia, beserta potensi keindahan alamnya, keanekaragaman tumbuhan dan satwanya, serta berbagai atraksi wisata yang dimilikinya,” kata Direktur Pemanfaatan Jasa Lingkungan Hutan Konservasi (PJLHK), Ditjen KSDAE, Dody Wahyu Karyanto, Kamis (5/7/2018).

Beragam acara memeriahkan festival itu, seperti pameran yang diikuti Balai Besar/Balai Taman Nasional dan Balai Besar/Balai Konservasi Sumber Daya Alam, serta berbagai pihak yang bergerak di wisata alam. Kegiatan FTN TWA terdiri atas talkshow dengan berbagai tema, festival seni dan budaya, festival film pendek, festival fotografi, National Park Travel Fair, Open Trip ke Taman Nasional, serta Marathon Mountain Bike TN Gunung Merbabu ke TN Gunung Merapi.

Pada kesempatan yang sama, Direktorat PJLHK juga meluncurkan beberapa produk layanan wisata alam di kawasan konservasi yaitu aplikasi android “Wisata Alam Indonesia”, jingle “Ayo Ke Taman Nasional”, serta aplikasi tiket elektronik wisata konservasi.

“Masih banyak masyarakat yang kesulitan menemukan informasi yang tepat dan akurat mengenai TN dan TWA, sehingga kami membangun aplikasi informasi Wisata Alam Indonesia, yang dapat diunduh di Apps playstore, serta jingle ‘Ayo Ke Taman Nasional’, akan membangun kelekatan pesan kita dengan produk-produk wisata yang sedang kami promosikan,” Dody menambahkan.

Pesatnya pemakaian jaringan media sosial oleh masyarakat saat ini, menurut Dody, dapat meningkatkan efektivitas, dan memperluas jangkauan promosi dan publikasi. “Kami harap masyarakat semakin mudah mendapatkan informasi mengenai wisata di kawasan konservasi, tentunya untuk membangun kesadaran wisatawan dalam mendukung konservasi, dan menghargai budaya lokal,” ia menambahkan.

Aplikasi “Wisata Alam Indonesia”

Sementara itu, Direktur Jenderal KSDAE, Wiratno, menuturkan, “Konservasi bukan hanya menjadi tugas pemerintah, tetapi juga mengharuskan keterlibatan pihak-pihak lain sebagai mitra. Keterlibatan masyarakat dalam promosi dan publikasi, dapat menjadi langkah strategis membantu pemerintah menjadikan kawasan konservasi sebagai salah satu sumber devisa dari sektor pemanfaatan jasa lingkungan,” ia menjelaskan.

Sektor pariwisata merupakan salah satu sektor penyumbang devisa negara yang besar. Pada periode 2013-2015, peringkat sektor pariwisata naik dengan jumlah sumbangan terhadap devisa negara sebesar rata-rata USD 11,15 miliar per tahun. Dari total wisatawan mancanegara ke Indonesia dan perjalanan wisatawan nusantara, sebagian dari mereka berkunjung ke kawasan konservasi.

“KLHK mencatat selama tahun 2012 jumlah wisatawan nusantara naik dari 4,32 juta orang, menjadi 7,29 juta orang pada tahun 2016. Selama 2012-2016 rata-rata jumlah wisatawan ke kawasan konservasi sebanyak 5,30 juta orang per tahun, yang tersebar di TN dan TWA. Mayoritas wisatawan nusantara berkunjung ke TWA, sedangkan wisatawan mancanegara lebih senang berkunjung ke TN,” Wiratno menjelaskan.

Aplikasi “Wisata Alam Indonesia” menyajikan informasi kawasan TN dan TWA, agenda khusus bulanan, foto, infografis. Dengan aplikasi ini, masyarakat juga dapat merencanakan kunjungannya, melalui aplikasi tiket elektronik wisata konservasi, yang melengkapi informasi beberapa TN.

Adapun jingle “Ayo Ke Taman Nasional”, membawa pesan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat, agar menjadi pengunjung yang bertanggung jawab, dan turut berpartisipasi dalam menjaga kawasan konservasi. (rri.co.id)

 

 


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home