Loading...
FLORA & FAUNA
Penulis: Sotyati 16:24 WIB | Selasa, 07 Februari 2017

Flamboyan, Penyerap Polutan Kendaraan Bermotor Paling Jitu

Flamboyan (Delonix regia (Bojer ex Hook.) Raf.). (Foto: The Lovely Plants)

SATUHARAPAN.COM – Flamboyan adalah tumbuhan pelindung atau peneduh, yang tidak terlalu menarik perhatian jika sedang tidak berbunga. Penampilannya tidak jauh berbeda dengan tumbuhan peneduh lain, pohon tinggi bertajuk hijau yang rindang. Flamboyan baru menarik perhatian begitu tiba masa berbunga, biasanya pada musim pancaroba, pergantian dari musim kemarau ke musim penghujan.

Bunganya yang merah akan menutup tajuk daunnya yang hijau, biasanya pada pergantian musim kemarau ke musim penghujan. Pada beberapa ruas jalan di Jakarta dan sekitarnya saat ini, masih dapat dilihat flamboyan berbunga. Warna merah bunganya yang sangat terang menyelimuti sebagian hijau tajuk daun.

Flamboyan, yang memiliki nama ilmiah Delonix regia (Bojer ex Hook.) Raf., adalah tumbuhan pohon besar dari keluarga Leguminosae/Fabaceae – Caesalpinioideae.  Para ahli juga mencantumkan nama sinonim Poinciana regia.

Flamboyan, seperti dituliskan di “Flamboyant”, di situs web Royal Botanical Gardens, dan dikutip  Wikipedia, memiliki nama genus Delonix yang berasal dari kata Yunani delos (artinya mencolok), dan onyx, berarti cakar. Nama tersebut mengacu pada penampilan bunga yang memang mencolok dan bentuk mahkota bunga mengembang seperti cakar.

Flamboyan tumbuh melebar membentuk seperti kanopi atau payung dan dapat mencapai tinggi 30 meter. Kulit batang berwarna abu-abu pucat.

Daun flamboyan, seperti dituliskan di “Delonix regia (Fabaceae)" di situs National Tropical Botanical Garden dan dikutip di Wikipedia, memiliki bulu di bagian permukaannya. Sistem pertulangan daun berbentuk menyirip, dengan panjang 30,5-50,8 cm dan lebar 11–25 cm.

Bunga flamboyan memiliki diameter 8 - 15 cm dan memiliki empat kelopak berwarna merah atau oranye-merah dengan panjang 4–7 cm serta satu mahkota tegak. Benang sari berwarna merah gelap dan putik berwarna kuning.

Polongnya berwarna hijau, dengan panjang 40 – 70 cm dan lebar 7 cm, yang berubah menjadi cokelat gelap jika sudah tua, datar, dan berisi sekitar 50 biji tiap polong.

Bunga-bunga flamboyan mekar secara musiman, biasanya mekar saat pertengahan musim panas.

Walaupun dibudidayakan di negara-negara tropis sejak abad ke-19, mengutip dari situs web kew.org, para ahli belum dapat menyimpulkan habitat asli tumbuhan ini hingga tahun 1930 ketika tumbuhan ini ditemukan tumbuh liar di hutan-hutan Madagaskar.

Tumbuhan ini kemudian dibudidayakan di daerah tropis dan subtropis, untuk tanaman hias dan tanaman peneduh, di antaranya di kawasan Florida selatan di Amerika Serikat. Di sebagian wilayah di Australia, tumbuhan ini dikategorikan invasif.

Flamboyan yang tumbuh di daerah yang memiliki dua musim, daunnya akan gugur pada saat musim kemarau, tetapi di daerah dengan empat musim flamboyan akan tetap hijau pada musim semi dan dingin. Tumbuhan ini juga sering disebut tumbuhan semi-evergreen.

Manfaat dan Khasiat Flamboyan        

Sebuah penelitian menyebutkan flamboyan, bersama asam londo (Phithecellobium dulce), bungur (Lagerstroemia indica), dan glodogan bulat (Polyalthea fragrans), memiliki kapasitas serapan IsNO yang tinggi (> 30 microgram/g).

Nitrogen dioksida (NO2) merupakan salah satu gas pencemar udara yang berasal dari emisi kendaraan bermotor. Tanaman tepi  jalan, memiliki kapasitas sebagai penyerap polutan udara. Potensi tanaman dalam penyerapan gas dari udara dapat diketahui dari proses-proses fisiologi yang terjadi pada daun.

Pangesti Nugrahani  (Fakultas Pertanian UPN Veteran Jatim Surabaya), Nizar Nasrullah (Departemen Arsitektur Lanskap IPB Bogor), Elsje Louise Sisworo (Pusat Aplikasi Teknologi Isotop dan Radiasi – Batan), dalam penelitian “Faktor Fisiologi Tanaman Tepi Jalan yang Menentukan Kemampuan Serapan Polusi Udara Gas IsNOz)”, melakukan penelitian untuk mengukur kemampuan tanaman tepi jalan dalam menyerap polutan NO2 dan faktor-faktor fisiologi yang menentukan.

Selain flamboyan, asam londo, bungur, dan glodogan bula sebagai tanaman penyerap polutan paling baik, penelitian mereka juga menunjukkan tanaman bunga kupu·kupu (Bauhinia purpurea) memiliki kapasitas sedang (25.117 microgram/g), sedangkan angsana (Pterocarpus indicus), tanjung (Mimusops elengi), dan sawo kecik (Manilkara kauki), memiliki kapasitas serapan rendah (< 15 microgram/g).

Faktor fisiologi tanaman yang menentukan serapan NO adalah laju fotosintesis, laju transpirasi dan daya hantar stomata. Faktor-faktor itu berhubungan dengan stomata, meskipun kerapatan stomata tidak menentukan serapan NO2 oleh tanaman, demikian juga dengan faktor potensial air tanaman.

Karya ilmiah Maratus Sholihah seperti dimuat dalam researchgate.net, tahun 2007, menyebutkan bunga flamboyan (Delonix regia L.) merupakan salah satu tanaman yang dapat digunakan sebagai sumber pigmen atau zat pewarna alami karena banyak mengandung pigmen antosianin. Pigmen antosianin bisa dikembangkan sebagai alternatif pewarna alami pada makanan. Pigmen antosianin sebagai zat warna alami mempunyai sifat lebih stabil pada media yang bersifat asam dan sangat sensitif terhadap proses thermal (panas).

Melalui penelitian yang dilaksanakan pada tanggal 5 Maret sampai 3 April 2007 di Laboratorium THP Universitas Muhammadiyah Malang, Maratus Sholihah meneliti pengaruh berbagai kombinasi pH media dan suhu pasteurisasi, serta mengetahui kombinasi paling baik terhadap stabilitas warna ekstrak pigmen antosianin bunga flamboyan. Melalui penelitian itu ia mengeksplorasi penggunaan zat warna alternatif dari kekayaan tumbuhan yang ada di sekitar, khususnya bunga flamboyan dan sebagai informasi kepada masyarakat tentang teknologi pengolahan pangan alternatif, dengan menggunakan pewarna alami dari hasil ekstraksi bunga flamboyan.

Bagi generasi yang mengalami masa mudanya pada dekade 70 – 80, tentu masih ingat lagu Flamboyan yang dilantunkan grup vokal Bimbo. Kecantikan flamboyan memang menginspirasi banyak seniman, termasuk Iwan Abdulrachman, pencipta lagu tersebut.

Sayangnya, dalam kenyataan, tumbuhan itu, mengutip dari situs web kew.org masuk dalam daftar tumbuhan yang terancam kepunahan di habitat aslinya di Madagaskar,  akibat maraknya pertambangan dan meluasnya pembukaan lahan dengan cara pembakaran. International Union for Conservation of Nature, lembaga yang mengeluarkan daftar yang membahas status konservasi berbagai jenis makhluk hidup seperti hewan dan tumbuh-tumbuhan, memasukkan flamboyan dalam status “least concern”. 

Editor : Sotyati


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home