Loading...
INSPIRASI
Penulis: Katherina Tedja 01:00 WIB | Rabu, 03 September 2014

Florence Sihombing: Sabar Itu Subur

Banyak orang bisa belajar dari kesalahanmu… bahwa sabar itu subur, dan kesombongan tidak pernah memberikan kemenangan.
Berkomunikasi dalam kasih (foto: istimewa)

SATUHARAPAN.COM – Saya turut menghela nafas lega mendengar penahanan Frorence Sihombing ditangguhkan. Aduh, Flo… Flo… kenapa sih kamu ini? Saya sungguh tidak mengerti….

Saya bisa memahami dalam keadaan kurang enak badan, kamu memutuskan untuk membayar lebih ketimbang menghabiskan waktu lama untuk mengantre. Saya pun mungkin akan melakukan hal yang sama. Ini kan soal pilihan, membayar lebih mahal, atau menunggu lebih lama.

Saya juga percaya, kamu tidak menyerobot antrean, kamu kan mahasiswi S2 Hukum yang mengerti hak dan kewajiban. Tetapi, ternyata kamu tidak diperbolehkan membeli Pertamax. Apakah kamu sudah menjelaskan baik-baik, bahwa semua orang yang mau membeli, berhak dilayani, tidak peduli dia naiknya apa. Sudah? Saya harap sudah ya…. Saya juga berharap, petugas SPBU mau mengerti, lalu mengucurkan bensin ke tangki bensinmu. Kemudian sebagian pengantre bermotor yang melihat kamu meluncur pergi, pindah mengantre Pertamax. Bukankah itu yang diinginkan pemerintah, supaya orang yang mampu membayar tidak lagi mengantre bensin subsidi?

Namun, harapan saya tidak menjadi kenyataan ya? Apakah nada suaramu yang lebih tinggi dari sebagian orang telah menyebabkan petugas SPBU salah mengerti dan menjadi antipati? Atau sang petugas menjadi bingung karena belum pernah terjadi hal serupa? Entahlah… saya dapat mengerti kalau kamu kemudian merasa kesal. Tetapi, seharusnya kamu juga mengerti bahwa sang petugas berhak untuk menjual atau tidak menjual.

Kamu bisa melipur kekesalanmu dengan nonton bioskop, mendengarkan musik, bahkan membanting semua barang di kamarmu. Namun, kamu malah memposting uneg-unegmu… saya mengerti… media sosial sudah menjadi tempat curhat dan melegakan hati banyak orang….

Yang saya tidak mengerti, kenapa kamu malah jadi menghina kota hebat tempat kamu menuntut ilmu? Apa salahnya kota gudeg yang jalan Malioboronya tersohor sampai mancanegara? Kota pelajar dengan UGMnya yang bersejarah dan telah menghasilkan banyak orang besar? Toh, kamu juga mendatangi kota itu karena pesonanya?

Tetapi, kamu sudah membayar pelajaranmu dengan harga yang sangat mahal, Flo. Makian-makian dari orang yang mencintai kota Yogya dengan tulus. Malah kamu juga harus merasakan dinginnya dinding penjara. Banyak orang bisa belajar dari kesalahanmu… bahwa sabar itu subur, dan kesombongan tidak pernah memberikan kemenangan.

Salut kepada Sekretariat Komite Etik FH UGM yang mau merangkul anggota civitas academicanya yang sedang kesulitan. Dan Pak Polisi, sudahi saja ya, Pak… banyak suara telah memintakan kebebasan buat Florence. Sungguh… dia bukan pengedar narkoba, koruptor, perampok, pencuri… ia hanya manusia biasa yang masih harus belajar banyak dari sekolah kehidupan. Bukankah kita semua begitu?

 

Editor: ymindrasmoro

Email: inspirasi@satuharapan.com


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home