Loading...
OLAHRAGA
Penulis: Martahan Lumban Gaol 13:36 WIB | Senin, 29 September 2014

Ganda Putri Indonesia: Kemenangan Ini untuk Tuhan

Ganda Putri Indonesia: Kemenangan Ini untuk Tuhan
Pebulu tangkis Indonesia Greysia Polii. (Foto-foto: badmintonindonesia.org)
Ganda Putri Indonesia: Kemenangan Ini untuk Tuhan
Pasangan ganda putri Indonesia Greysia Polii/Nitya Krishinda Maheswari sukses sumbang medali emas di Asian Games 2014.

INCHEON, SATUHARAPAN.COM – Pebulu tangkis Indonesia Nitya Krishinda Maheswari mengatakan kemenangan yang diraihnya bersama Greysia Polii dipersembahkan untuk Tuhan, keluarga, pelatih, dan Persatuan Bulu tangkis Seluruh Indonesia (PBSI). Ia pun mengaku tidak dapat menggambarkan perasaan yang dirasakannya saat menyumbangkan medali emas pertama untuk kontingen Indonesia.

“Kemenangan ini kami persembahkan untuk Tuhan, keluarga, pelatih, dan PBSI yang tak pernah lelah memberikan dukungan kepada kami dan memberi kepercayaan kepada kami,” kata Nitya seperti dikutip dari badmintonindonesia.org, Senin (29/9).

“Kami tidak dapat menggambarkan perasaan kami saat ini, kami sangat bahagia untuk kami, pelatih, keluarga dan untuk masyarakat Indonesia,” dia menambahkan.

Sabtu (27/9) kemarin, cabang olahraga bulu tangkis perorangan baru saja menyumbangkan medali emas pertama bagi kontingen Indonesia di Asian Games 2014 lewat pasangan ganda putri Greysia Polii/Nitya Krishinda Maheswari. Pasangan unggulan ketujuh ini merebut kemenangan atas Ayaka Takahashi/Misaki Matsutomo (Jepang), dengan skor 21-15 dan 21-9.

Medali emas ganda putri dari Greysia/Nitya merupakan jawaban penantian panjang selama 36 tahun lamanya. Medali emas ganda putri terakhir kali direbut oleh pasangan Verawaty Fajrin/Imelda Wiguna pada Asian Games 1978.

“Kami bersyukur pada Tuhan, akhirnya kami berhasil setelah bertahun-tahun kami belajar bahwa sangatlah sulit mengalahkan mereka yang tidak mudah menyerah. Jadi, kami lebih tidak mudah menyerah lagi sampai kami mendapatkan tujuan kami,” ujar Greysia.

Cerita Kemenangan

Raut bahagia terpancar dari wajah dua pemain ganda putri Indonesia, Greysia Polii/Nitya Krishinda Maheswari. Ganda puti Indonesia itu pun menceritakan apa yang terjadi di partai final hingga memenangkan pertandingan.

“Kami tahu melawan pasangan Jepang ini tidak akan mudah, karena mereka punya pertahanan yang bagus, serangan berbahaya dan rajin mengambil bola. Tapi saat itu kami tahan-tahanin saja. Waktu berhasil mencapai poin 17, saya langsung berpikir bahwa ini adalah momentum buat kami. Selain itu lawan juga kelihatan dari wajahnya agak down,” kata Greysia.

Dalam komunikasi di lapangan, baik Nitya maupun Greysia mengatakan hanya senantiasa mengingatkan agar selalu siap dan tidak lengah.

“Biasa saja, kami hanya mengingatkan untuk selalu siap dan tidak boleh lengah,” ujar Nitya.

Saat itu saya sering ditegur wasit, kadang kalau memberi shuttlecock ke lawan agak kencang, atau teriak di depan lawan. Saya bilang sama wasit bahwa saya terlalu bersemangat. Makanya Nitya sering menepuk bahu saya dan mengingatkan saya untuk kontrol diri,” Greysia menambahkan.

Ketika menang, Greysia dan Nitya langsung berhamburan dan berpelukan dengan pelatih, ia pun mencoba memvisualisasikan kejadian yang terjadi saat itu.

“Saat itu, saya senang sekali, lalu hanya menangis bahagia, dan bilang Oh My God, saya tak bisa berkata-kata. Sementara pelatih bilang We did it! berulang-ulang kali,” kata Greysia.

“Saya juga tak dapat menahan air mata haru, saat itu saya langsung mengucapkan terima kasih kepada pelatih yang telah membawa kami jadi juara,” Nitya menambahkan

Namun ketika ditanya mengenai firasat yang dirasakan sebelum pertandingan, jawaban kedua pemain ini berbeda. Nitya mengatakan tidak punya, sementara Greysia mengaku tidak bisa tidur.

“Saya tidak punya firasat apa-apa karena saya memang tidak mau memikirkan kalau besok itu final atau semifinal dan lain-lain. Tapi saya hanya berpikir kalau besok main bagus saja,” kata Nitya.

“Kalau saya sempat tidak bisa tidur malam harinya, tidak tahu kenapa. Kalau makan sih terasa enak saja, karena banyak pilihan makanan di athlete dining hall,” ujar Greysia sambil tertawa.

Hitam Bukan Hoki

Ganda campuran Indonesia itupun menepis anggapan bahwa seragam hitam yang selalu mereka kenakan sejak partai perempat final membawa keberuntungan. Menurut mereka, selalu berhadapan dengan lawan yang rangkingnya lebih tinggi menjadi alasan mengalah dalam pilihan warna seragam.

“Kami sebetulnya sudah menyiapkan jersey warna merah dan hitam. Tapi sejak babak perempat final, kami selalu berhadapan dengan lawan yang rangkingnya lebih tinggi, jadi kami harus selalu mengalah soal pilihan warna kostum tanding,” tutur Nitya.

Saat melawan Reika Kakiiwa/Miyuki Maeda (Jepang) di perempat final, mereka pakai jersey warna merah muda, jadi kami tidak bisa pakai jersey yang warnanya mirip. Begitu juga saat melawan Tian Qing/Zhao Yunlei (Tiongkok), kami juga diminta ganti baju karena warnanya mirip,” ujar Greysia.

Saat tanding di final, lagi-lagi kami harus mengganti baju sebelum masuk lapangan karena kembali berhadapan dengan pemain Jepang. Nggak tahu juga ternyata jersey hitam ini membawa hoki buat kami,” Greysia menambahkan dengan tawa.

Saat berdiri di podium untuk menerima pengalungan medali emas Asian Games 2014, Greysia mengaku merasa capek, lelah, dan sedih. Sementara pasangannya, Nitya mengatakan terharu dan bangga sudah memberi hasil terbaik.

Rasa capek, lelah, tangis, latihan berat, semua pengorbanan terbayar sudah. Tapi seperti kata pelatih, kami tak boleh puas karena ini baru awal, masih banyak tugas kami selanjutnya,” kata Greysia.

“Yang pasti terharu dan bangga sudah memberikan yang terbaik dari kami. Saat itu saya berpikir bahwa hasil ini bukan cuma buat keluarga, tetapi juga buat rakyat Indonesia. Tanpa dukungan semua, kami tidak mungkin ada di posisi sekarang ini. Bahkan orang yang tidak kami kenal mungkin juga ikut mendoakan kami saat bertanding, jadi keberhasilan ini berkat semuanya,” Nitya menjelaskan.

Perbedaan Karakter

Dua pemain yang dipertemukan dalam satu tim ini memiliki perbedaan karakter. Greysia lebih ekspresif, sementara Nitya lebih kalem. Mereka pun menceritakan pengalaman yang telah dilalui selama bertahun-tahun menjadi pasangan.

Nitya memang diam-diam menghanyutkan. Kadang kalau sama Nitya harus ditanya dulu, baru deh mau bicara. Dia juga pilih-pilih orang kalau mau curhat (curahan hati),” kata Greysia sambil menyindir.

Sebagai pasangan dan teman, tentunya pernah bertengkar. Tapi kami baikan lagi karena kami punya tujuan dan komitmen bersama sebagai pasangan main. Selain itu, pelatih juga punya peran penting dalam hal ini. Bukan cuma sama kali, tapi atlet-atlet ganda putri lain. Koh Didi juga turun langsung soal non teknis seperti ini, maklum anak didiknya perempuan semua yang perasaannya lebih sensitif dari laki-laki,” Greysia menambahkan.

Partai Final

Penampilan Greysia/Nitya di partai final memang tidak sedramatis laga di semifinal saat melawan Tian Qing/Zhao Yunlei (Tiongkok). Karena Greysia/Nitya memang terlalu mendominasi jalannya pertandingan pada laga kontra Ayaka/Misaki yang merupakan unggulan pertama. Perolehan skor memang berlangsung ketat di awal game pertama hingga kedudukan 15-15 kedua pasangan tampak banyak bermain reli. Tak seperti laga sebelumnya, pertahanan Greysia/Nitya justru lebih rapat dibanding Ayaka/Misaki.

Pada game kedua, Greysia/Nitya bermain super agresif dan banyak menyerang pertahanan Ayaka/Misaki. Pasangan Jepang ini tampak kebingungan dan tak tahu mesti menerapkan permainan seperti apa, mereka tertinggal jauh hingga 7-16 dan sulit untuk mengejar. Sebaliknya, Greysia/Nitya semakin garang, Greysia terus menyambar di depan net, Nitya kerap melancarkan smash keras dari belakang lapangan. Keduanya pun menang telak sekaligus memastikan medali emas.

Rasa haru menyelimuti Greysia/Nitya yang langsung berpelukan di tengah lapangan bersama sang pelatih, Eng Hian. Mempersembahkan medali emas pertama bagi Indonesia merupakan sebuah prestasi yang sangat membanggakan, apalagi pada awalnya mereka ditargetkan meraih medali perunggu.

“Greysia/Nitya sangat kuat di babak final perorangan kali ini, sangat berbeda dengan pertemuan sebelumnya di nomor beregu. Kami ucapkan selamat kepada Greysia/Nitya atas kemenangan ini,” ujar Ayaka.

“Ayaka/Misaki tampil konsisten sejak Olimpiade London 2012 dan menjuarai turnamen super series, kami sangat senang bisa bertanding melawan Ayaka/Misaki,” kata Greysia memuji lawannya. 

Editor : Bayu Probo


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home