Loading...
RELIGI
Penulis: Diah Anggraeni Retnaningrum 15:51 WIB | Minggu, 28 Februari 2016

GBI Kalijodo: Pelayanan di Tengah Pelacuran

GBI Kalijodo: Pelayanan di Tengah Pelacuran
Gembala Sidang Jemaat GBI Kalijodo Pendeta Timotius Sutomo usai menyampaikan keterangan persnya setelah melayani jemaat untuk yang terakhir kalinya, hari Minggu (28/2). (Foto-foto: Diah A.R)
GBI Kalijodo: Pelayanan di Tengah Pelacuran
Wali Kota Jakarta Utara Rustam Efendi (baju biru) mengunjungi jemaat GBI Kalijodo, hari Minggu (28/2).
GBI Kalijodo: Pelayanan di Tengah Pelacuran
Surat Peringatan ketiga (SP 3) dari Pemkot Jakarta Utara ditempel di tembok GBI Kalijodo.

JAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Gedung Gereja Bethel Indonesia (GBI) di kawasan Kalijodo menyimpan keunikan tersendiri di antara bangunan lainnya. Jika bangunan yang lain sarat dengan bir, alkohol dan perempuan, bangunan ini tetap setia berdiri melayani umat Kristiani untuk beribadah setiap hari Minggu.

Bangunan seluas 600 meter persegi itu mampu menampung lebih dari 50 jemaat di pelayanan hari Minggu biasa. Bahkan gereja kecil ini sanggup menampung 100 orang di hari-hari besar seperti Natal dan Paskah. Rata-rata jemaat di situ adalah warga sekitar Jalan Kepanduan II Jakarta Utara bahkan beberapa di antara mereka adalah pekerja seks komersial (PSK) Kalijodo yang setiap malam mangkal.

“Mereka (PSK) datang dan pergi di gereja ini. Tidak ada yang menetap (beribadah). Biasanya mereka akan pergi beribadah di wilayah lain. Kadang-kadang ada PSK yang pakai kalung salib,” kata Gembala Sidang Jemaat GBI Kalijodo Pendeta Timotius Sutomo dalam keterangan persnya usai melayani jemaat di Jalan Kepanduan II Jakarta Utara, hari Minggu (28/2).

Timotius juga mengungkapkan gereja tersebut melayani konseling bagi mereka yang membutuhkan teman untuk berbagi. Sejauh ini, kata dia, pelayanan tersebut masih berupa penguatan rohani dan pelayanan kesehatan gratis.

Sebelumnya, Jalan Kepanduan II tidak ramai dengan bangunan-bangunan yang berisi PSK. Namun, setelah ada pembangunan tol bandara pada tahun 1990, lokalisasi tersebut pindah ke Jalan Kepanduan II. Timotius menjelaskan gereja ini ada sebelum wilayah tersebut ramai dengan cafe remang-remang.

Relasi dengan warga sekitar, mucikari hingga PSK pun terjalin dengan baik. Mereka bahkan menyegani gereja tersebut dan ikut datang meramaikan acara yang diselenggarakan oleh gereja seperti acara Natal, Paskah maupun perayaan kemerdekaan.

“Kami kalau ada ibadah malam suaranya campur baur dengan tetangga sebelah. Mereka pasang musik dangdut, kami bernyanyi memuji Tuhan. Tapi tetap suara kami kalah karena tetangga samping kanan dan kiri pasang musik keras-keras. Itulah suka-dukanya,” kata dia.

Hingga saat ini, Timotius mengaku belum ada pembicaraan resmi dengan pemerintah kota Jakarta Utara terkait relokasi gereja. Namun, untuk ibadah minggu depan, pihaknya akan meminjam tempat milik Asosiasi Pendeta di daerah Tubagus Angke Jakarta Utara.

 

Editor : Yan Chrisna Dwi Atmaja


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home