Loading...
BUDAYA
Penulis: Ignatius Dwiana 08:23 WIB | Selasa, 10 September 2013

Gerhana: Pertunjukan Teater Memetaforakan Pepaya

Pengamat seni teater Budi Sobar, sutradara dan penulis naskah Intan Sari Ramdhani, dan moderator Yanto. (Foto Ignatius Dwiana)

JAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Banyak persoalan di Indonesia yang tidak kunjung selesai. Misalnya, kasus Munir, tragedi Semanggi, tenaga kerja wanita yang meninggal di Arab Saudia yang sampai sekarang belum juga terungkap. Banyak kasus tidak tuntas. Pengamat seni teater Budi Sobar menyebut kasus tak tuntas ini hadir dalam metafora pohon pepaya. Metafora muncul dalam pentas teater berjudul Gerhana. Naskah teater ini merupakan adaptasi cerpen berjudul sama karya Mohammad Ali dan dipentaskan Teater A One di Sanggar Baru Pusat Kesenian Jakarta Taman Ismail Marzuki (PKJ TIM) Jakarta pada Senin malam (9/9).

Teater berdurasi 35 menit ini menceritakan orang miskin bernama Sali. Sali kokoh dalam pendirian, dan berjuang untuk mengungkap pelaku penebang pohon pepayanya. Dia pergi ke tetangganya, lapor ke lurah, camat, hingga polisi. Dia terus mencari keadilan ke mana pun supaya dapat menemukan pelakunya. Sampai akhirnya dia lelah mencari keadilan dan mati. Di akhir cerita baru terungkap bahwa pelakunya adalah istri Sali sendiri.

Budi Sobar, aktif juga di Teater Koma, mengatakan,”Mungkin pohon pepaya ini bagi seorang Sali adalah harga diri. Semacam belahan jiwa, anak kandung. Jadi pepaya itu adalah metafora. Itu adalah segi kehidupan lain dari kehidupan yang nyata. Kejadian-kejadian ini yang seharusnya ditangkap teaterawan. Kita di Jakarta khususnya harus menangkap persoalan-persoalan di sekeliling yang belum terungkap untuk ditangkap menjadi sebuah karya pertunjukan yang lengkap. Baik secara dialog, artistik, dan laku.”

Lanjutnya,“Persoalan di sekeliling kita banyak sekali. Persoalan metropolitan adalah persoalan urban. Banyak saudara kita di kolong jembatan yang bisa diangkat sebagai sebuah cerita. Melalui sebuah cerita, pengalaman, dan rekayasa berbaur menjadi sebuah karya seni di atas panggung. Tidak perlu menjadi sebuah cerita yang gamblang. Metafora ini yang harus diangkat. Angle saya bukan pepaya. Tetapi banyak peran lain yang dipangkas pejabat, oleh sekitar kita, baik di keluarga ataupun dari luar. Istri bisa saja sebagai simbol kekuasaan yang lain.”

Sutradara dan penulis naskah Intan Sari Ramdhani yang berasal dari Universitas Muhammadiyah Tangerang mengatakan alasan dia memilih cerpen Gerhana karya Muhammad Ali untuk dipentaskan. “Saya melihat keadaan sekitar. Jarang juga ada pementasan yang mengangkat keadaan orang-orang kecil seperti tokoh Sali tadi. Sekarang ini kebanyakan pejabat atau orang besar menganggap remeh orang-orang kecil. Mereka tidak menganggap orang-orang kecil. Ini relevan dengan kehidupan zaman sekarang. Dari kehidupan kita, keadilan itu sulit dicari.” Katanya.

Acara ini terselenggara hasil kerjasama Pusat Kesenian Jakarta Taman Ismail Marzuki (PKJ TIM) dan Lembaga Teater Jakarta.

Editor : Bayu Probo


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home