Loading...
INDONESIA
Penulis: Prasasta Widiadi 13:26 WIB | Jumat, 20 Januari 2017

Gestur Anies Saat Debat Seperti Mario Teguh

Ilustrasi. Calon Gubernur DKI Jakarta nomor urut tiga, Anies Rasyid Baswedan (tengah, kedua dari kiri) saat berada di Kantor Dewan Pimpinan Pusat Partai Keadilan Sejahtera, Jl. TB Simatupang, Jakarta Selatan beberapa waktu lalu. (Foto: Dok. satuharapan.com/Prasasta Widiadi)

JAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Sosiolog dan Ketua Yayasan Interseksi, Hikmat Budiman menilai  dari segi intonasi dan gaya bicara Calon Gubernur DKI Jakarta nomor urut tiga, Anies Rasyid Baswedan menyerupai motivator yang sempat terkemuka beberapa waktu lalu yaitu Mario Teguh

“Gaya beliau sudah baku seperti itu. Tetapi ada perbedaan antara gaya penampilan Anies antara saat debat sekarang dengan sewaktu beliau masih Mendikbud. Intonasinya maksud saya, lebih mirip Mario Teguh,” kata Hikmat dalam diskusi bertajuk “Dinamika Pilgub Pasca Debat Kandidat”, di Widya Graha Lantai 4, Kompleks Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Jakarta Selatan, hari Kamis (19/1).

Hikmat mengenal Anies sejak keduanya sama-sama masih kuliah. “Saya heran kenapa (Anies) harus bergaya seperti itu. Kalau bisa Anies harus menjadi diri sendiri, tidak perlu menjadi Mario Teguh,” kata dia.

Dia menilai apabila Anies menjadi diri sendiri dalam debat putaran dua dan tiga, maka hasilnya akan berbeda.

“Sehingga kita bisa melihat debat itu juga ada gunanya bukan saja momen saling serang, tetapi ada yang bisa diberikan kepada publik,” kata dia.

Sementara itu peneliti dari Pengurus Pusat Asosiasi Ilmu Politik Indonesia, Syamsuddin Haris menilai salah satu konsep yang didengung-dengungkan pasangan calon (paslon) nomor urut tiga Anies Rasyid Baswedan – Sandiaga Salahuddin Uno di Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) DKI Jakarta tahun 2017, tentang pembangunan manusia kurang konkret.

“Warga Jakarta adalah warga yang terdidik, lalu bagaimana kalau kita mau menilai pembangunan manusia (versi Anies-Sandiaga) itu seperti apa, karena tidak konkret,” kata Syamsuddin Haris.

Dia mengemukakan pembangunan manusia yang dikemukakan Anies dalam Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) DKI Jakarta tahun 2017 harus dijelaskan, agar tidak berhenti sebagai jargon politik saja.

Dia mengatakan Anies terlampau senang berteori dan itu yang – menurut Syamsuddin – harus dikurangi Anies.

“Kenapa saya katakan demikian, karena dia mengulang-ulang tentang pembangunan manusia itu tetapi tidak dia katakan contohnya macam apa, jadi pembangunan jangan hanya benda tetapi manusia,” kata Syamsuddin.

“Apa itu pembangunan manusia nah kalau orang awam yang baru pertama kali dengar ya setuju tentang itu (pembangunan manusia) tetapi ketika sampai kepada implementasi bagaimana,” kata dia.

Namun dia menilai dari gestur dan cara berbicara, Anies Baswedan dan Sandiaga Uno sangat baik dalam debat putaran pertama Pilkada versi Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi DKI Jakarta beberapa waktu yang lalu.

Harapan Pada Debat Berikutnya

Dia menginginkan dalam debat Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) DKI Jakarta tahun 2017 yang diselenggarakan Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi DKI Jakarta agar tiga pasangan calon (paslon) harus memanfaatkan momen debat dengan baik, karena sebagai calon pemimpin Jakarta berikutnya, ketiga paslon harus memikirkan langkah yang lebih baik dari yang ada saat ini. 

“Substansi debat putaran kedua harus lebih berorientasi kepada isu-isu utama kehidupan warga Jakarta tetapi jangan kehidupan privat,” kata dia.

Dalam kesempatan yang sama, Direktur Populi Center Usep S. Ahyar mengatakan debat Pilkada DKI Jakarta putaran kedua dan ketiga versi Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi DKI Jakarta, tiga paslon yang ada harus menghadirkan solusi konkret bagi Jakarta, dan solusi tersebut bisa dilakukan.

“Tema-tema seperti membangun manusia (versi Anies Baswedan) yang menjadikan warganya bahagia itu kan susah sekali, tetapi siapa tahu bisa diukur. Kan dulu waktu pak Anies jadi Mendikbud (Menteri Pendidikan dan Kebudayaan) kan pernah ada indeks kejujuran segala macam,” kata dia.

Dia mengemukakan yang terpenting adalah ketiga paslon harus dapat mengaplikasikan konsep- konsep besar dan abstrak dan tergolong adiluhung dalam debat tersebut yang hanya berurusan dengan nilai-nilai spiritual, moral harus terlihat konkret dan jelas.

“Nah, bagaimana kira-kira konsep-konsep itu kalau diterjemahkan dalam APBD (Anggaran Pendapatan Belanja Daerah), contohnya kalau orang mau membangun moralitas dengan apa, apakah dengan membangun banyak masjid bisa selesai (masalah moralitas) atau bagaimana,” kata Usep.

Dia menggarisbawahi bagi para paslon penantang, AHY-Sylvi dan Anies-Sandiaga seharusnya saat debat harus dapat menghasilkan kalimat-kalimat yang rasional, dan bukan sekadar menimbulkan decak kagum.

Editor : Diah Anggraeni Retnaningrum


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home