Loading...
FLORA & FAUNA
Penulis: Sabar Subekti 00:00 WIB | Sabtu, 08 Februari 2014

Gosong Maluku Unggas Berkaki Besar

Gosong Maluku. (Foto dari ibc.lynxeds.com)

SATUHARAPAN.COM - Gosong Maluku (Eulipoa wallacei) merupakan keluarga burung Australasia yang hidup di permukaan tanah. Keluarga ini biasa menggunakan kakinya yang kuat dan besar untuk mengais, dan mengupas bahan makanan. Kaki kuat dan besar itu yang menyebabkan burung ini masuk dalam keluarga megapoda atau berkaki besar.

Mereka juga menggali lubang dan tanggul untuk meletakkan telur. Telur tidak dierami induknya, tetapi diinkubasi secara pasif dengan kehangatan alami dari panas matahari dan panas bumi atau dari pembusukan daun mati. Ketika menetas, burung muda sudah berbulu dan dapat segera terbang.

Di Halmahera, Maluku Utara, burung ini biasa disebut sebagai Mamoa. Gosong Maluku diketahui hanya terdapat di pulau-pulau di Maluku Utara dan Tengah, serta di Pulau Misool dekat Irian Jaya. Akibat perburuan terhadap telor mamoa, diperkirakan burung ini

telah punah di Ternate dan Ambon.

Perburuan telor burung ini terus berlanjut hingga sekarang. Di Kecamatan Galela, Maluku Utara, misalnya setiap hari ada  

pemilik warung yang selalu menyediakan telor mamoa hasil perburuan. Telor ini ukurannya hampir dua kali lipat telor ayam

kampung, dan dijual ke masyarakat dengan harga yang terus naik.

Habitat

Mamoa menghuni kawasan hutan hujan yang selalu-hijau di dataran rendah sampai pada ketinggian 2.000 meter dari permukaan laut. Namun burung ini juga dijumpai pada hutan yang sedikit rusak dan semak pesisir yang digunakan untuk bersarang.

Telurnya diletakkan dan dikuburkan secara berkoloni pada malam hari, khususnya menjelang pagi. Menurut penduduk Galela yang beberapa kali mengambil telur mamoa, burung itu biasanya lemas setelah bertelor. Dan itu adalah saat yang kritis, karena para pencari telor bisa dengan mudah menangkap induknya. Peletakan telur dilakukan sepanjang tahun, tetapi Gosong Maluku lebih menyukai musim kemarau untuk bertelur.

Kini jumlahnya diperkirakan tinggal 10.000 ekor dan terus mengalami penurunan jumlah yang drastis. Kegiatan pemanenan telurnya (yang memiliki kandungan nutrisi tinggi) secara berlebihan merupakan penyebab penurunan jumlah populasinya, meskipun di beberapa tempat pemanenan telur telah dikelola dengan peraturan tradisional.

Selain itu adanya predator alami seperti biawak, ular dan burung pemangsa juga merupakan ancaman bagi koloni telur burung tersebut. Pengambilan pasir untuk pembuatan jalan dan projek-projek pembangunan berskala kecil juga merupakan ancaman yang

berpotensi bagi lokasi bersarangnya. Sedangkan kegiatan penebangan hutan dan pembukaan lahan perladangan baru dianggap

merupakan ancaman bagi habitat hutannya pada masa tidak berbiak. Statusnya kini rentan.

Burung gosong ini memiliki kekhususan antara lain tidak mengerami telurnya. Mereka memiliki semacam tanduk di kepalanya yang kemungkinan juga berfungsi untuk mengukur suhu pasir tempat akan meletakkan telor agar bisa menetas dengan baik.

Gosong Maluku merupakan burung endemik dan hanya ditemukan di Indonesia, dan seharusnya dijaga untuk mempertahankan kekayaan fauna asli. (dari berbagai sumber)


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home