Loading...
EKONOMI
Penulis: Prasasta Widiadi 18:36 WIB | Kamis, 18 Desember 2014

Guru Besar UGM: Pembangunan Infrastruktur Jangan Cuma Retorika

Guru Besar UGM: Pembangunan Infrastruktur Jangan Cuma Retorika
Danang Parikesit, (kedua dari kanan) bersama Menteri Keuangan, Bambang Brodjonegoro (tengah) pada Seminar Nasional Infrastruktur Untuk Rakyat, yang berlangsung Kamis (18/12) di UOB Plaza, Jakarta Pusat. (Foto-foto: Prasasta Widiadi).
Guru Besar UGM: Pembangunan Infrastruktur Jangan Cuma Retorika
Danang Parikesit (ketiga dari kiri) bersama Prof Budi Santoso Dip HE (Wakil Rektor UGM Bidang Pengelolaan Aset)

JAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Infrastruktur yang digunakan untuk kepentingan rakyat Indonesia saat ini dinilai berkualitas buruk. Ini terjadi karena tidak adanya perencanaan serta kerja sama yang baik antara pemerintah dan swasta.

“Infrastuktur indonesia saat ini jalan di tempat karena seringkali tidak matang dalam project preparation padahal ada beberapa syarat sebelum sebuah proyek infrastruktur berjalan, antara kerja sama pemerintah dan swasta yakni operation, construction, financial loss, transaction, dan project preparation,” kata Koordinator Sekretariat Tripartit Tiga Perguruan Tinggi, UI (Universitas Indonesia), ITB (Institut Teknologi Bandung), UGM (Universitas Gadjah Mada), Prof. Dr. Danang Parikesit pada Kamis (18/12) dalam Seminar Nasional Infrastruktur Untuk Rakyat, yang berlangsung Kamis (18/12) di UOB Plaza, Jakarta Pusat.

Danang menilai pemerintah seharusnya memperhatikan kualitas sarana infrastruktur, seperti transportasi, dan  tidak hanya menambah kereta api, atau bangunan. Ia menekankan perlu diperhatikan tidak hanya  bangunan dan fisik, tetapi juga kualitasnya.

“Infrastruktur saat ini tidak hanya berpikir tentang bentuk, tetapi harus yang bermanfaat dan berdisain baik dan bertahan lama, karena kalau kita lihat dengan baik seperti apa sih transportasi itu pasti hanya akan bertahan sebentar tetapi tidak mementingkan kualitasnya,” Danang menambahkan.

"Infrastruktur paling relevan dinilai dari kinerjanya, bukan dari aset fisik yang dibangun dan besar nilainya," kata Danang.

Perguruan tinggi dan akademisi, menurut Danang, berperan penting karena bisa memberikan saran bagi pemerintah yang sedang giat membangun berbagai infrastruktur seperti pembangunan tol laut, bendungan, saluran irigasi, pelabuhan, dan bandara guna meningkatkan perekonomian Indonesia secara nasional.

"Infrastruktur yang berkualitas dan berkeadilan jangan hanya jadi retorika politik yang tidak berdampak pada pencapaian kesejahteraan masyarakat," Danang menjelaskan.

“Pemerintah pusat memang memiliki kebijakan, setelah melihat masalah yang dihadapi masyarakat di lapangan, tetapi harus juga melakukan monitoring terhadap pemerintah lokal atas terlaksananya pembenahan infrastruktur dan mengawasi  proyek mana saja yang akan dan sedang dilaksanakan,” Danang berharap demikian.

Danang bersama tiga berguruan tinggi yang tergabung dalam tripartit ITB, UI, dan UGM menjadikan  beberapa peristiwa di daerah sebagai  patokan dalam manajemen kelola bidang sarana dan prasarana.

Kisah Sukses Terminal Giwangan

Ada delapan pokok bahasan yang dikemukakan Danang sehubungan dengan contoh koordinasi. Salah satunya adalah Terminal Giwangan di Jalan Raya Imogiri, Yogyakarta yang merupakan salah satu bentuk keberhasilan yang dilakukan seorang kepala daerah dalam mengelola infrastruktur bidang transportasi.

“Awal berdiri Terminal Giwangan ini adalah keberanian pak Herry Zudianto (Wali Kota Yogyakarta, kala itu) untuk membenahi transportasi publik. Dia tidak tahu mana terlebih dahulu yang ingin dibenahi dari pengadaan bus atau jalan raya atau terminalnya, nah ternyata dia menganggap lebih cepat dengan merombak terminal dengan standar tinggi, nah, untuk pelaksanaannya waktu itu dia mengajak kerja sama pihak swasta yang memasarkan tender pembenahan terminal tersebut, tetapi tender kerja yang disepakati antara pemerintah kota Yogyakarta dan swasta bukan berdasar nilai nominal, tetapi tender dalam hal kinerja,” kata salah satu peneliti Pusat Studi Transportasi dan Logistik (Pustral) UGM tersebut.

Contoh lain yang dibeberkan Danang sebagai bahan pertimbangan para pakar dari tiga perguruan tinggi tersebut yakni beberapa kasus antara lain akuisisi lahan jalan Tol Kanci, Pejagan, Jawa Barat, kemudian Pelabuhan Kalibaru, dan Pemprov DKI dan pihak swasta dalam pengelolaan Mass Rapid Transit, dan proyek monorail. Danang menggarisbawahi bahwa proyek Jakarta Monorail merupakan contoh proyek gagal.  

“Saat ini eksekusinya masih dipertanyakan, walau saat dimulai pemerintah provinsi DKI Jakarta meyakinkan warga bahwa proyek mereka adalah bermanfaat,” Danang mengakhiri penjelasannya.

Editor : Eben Ezer Siadari


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home