Loading...
OLAHRAGA
Penulis: Prasasta Widiadi 21:42 WIB | Kamis, 26 November 2015

Guru Besar UNJ Ragu Kemenpora Tuntaskan Masalah Sepak Bola Indonesia

Prof. Dr. H.R. Abdulkadir Ateng, Guru Besar Ilmu Olahraga Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Jakarta hari Kamis (26/11), di Gedung Pusat Pengembangan Keolahragaan Fakultas Ilmu Keolahragaan, Universitas Negeri Jakarta, Jl. Pemuda, Rawamangun, Jakarta Timur. (Foto: Prasasta Widiadi).

JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Prof. Dr. H.R. Abdulkadir Ateng, Guru Besar Ilmu Olahraga Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Jakarta (UNJ) meragukan Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora) mampu menuntaskan polemik akar masalah sepak bola di Indonesia, karena saat ini olahraga pada umumnya, dan sepak bola pada khususnya terimbas masalah politik yang meluas ke berbagai elemen.

“Sekarang itu kan Kemenpora katanya mau membereskan masalah sepakbola, termasuk membenahi PSSI (Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia, Red) tapi saya ragu Kemenpora mampu bereskan PSSI,” kata Abdulkadir Ateng kepada satuharapan.com beberapa saat setelah menjadi pemateri pada Seminar Pendidikan Jasmani dengan ‘Tema Pembenahan dan Pengembangan Pendidikan Jasmani dalam Rangka Mendukung Optimalisasi Prestasi Olahraga’, hari Kamis (26/11), di Gedung Pusat Pengembangan Keolahragaan Fakultas Ilmu Keolahragaan, Universitas Negeri Jakarta, Jl. Pemuda, Rawamangun, Jakarta Timur.

Ateng mengatakan saat ini banyak hal yang menjadi pertaruhan, tidak hanya reputasi namun dalam juga dalam masalah uang  yang melibatkan dana sangat banyak. “Karena yang dipertaruhkan itu banyak, dan ini semua seolah ada yang mengatur,” kata dia.

Ateng menjelaskan bahwa olahraga itu sudah menjadi politik, bisnis, dan sensasi. Olahraga tidak lagi dipandang sebagai suatu sportivitas karena sensasi mengaburkan segalanya demi  mendatangkan keuntungan.  “Makanya duit itu yang seolah menjadi berkuasa di olahraga, makanya kalau fair play itu  sulit ditegakkan kalau ada duit,” dia menambahkan.

Dia memberi contoh  perjudian dalam sepak bola bisa bermacam-macam, seperti yang terjadi di tingkat kecamatan di dekat kediamannya di Kemanggisan, Jakarta Barat. “ Di tempat saya di Kemanggisan ada lapangan bola biasanya ada pertandingan  antara (Kecamatan, Red) Kemanggisan lawan (Kecamatan, Red) Pesing,  dan di dekat penonton ada tukang taruhan yang pegang duit dan terang-terangan jadi bandar gitu,” kata Ateng.

Ateng menyebut masalah yang ada di Kemenpora dan PSSI saat ini sulit dan pelik untuk diselesaikan, karena keduanya tidak mau “akur”.

“Saya suka ketawa kalau PSSI mau menyelenggarakan sepakbola kelas dunia, iya betul itu  saya suka ketawa itu sebenarnya apa sih, itu mah akal-akalan PSSI mau minta duit ke pemerintah, itu mah bikin malu sepak bola kita mah kayak gitu. Mau nyelenggarakan tingkat dunia tapi yang tingkat kecamatan aja belum dikendalikan,” kata dia.

Kedatangan FIFA-AFC ke Indonesia Beberapa Pekan Lalu

Beberapa pekan lalu–seperti diberitakan satuharapan.com–Deputi Bidang Harmonisasi dan Kemitraan Kementerian Pemuda dan Olah Raga (Kemenpora), Gatot Dewa Broto, mengatakan pasca kedatangan tim gabungan Konfederasi Sepak Bola Asia dan Asosiasi Sepak Bola Dunia (AFC-FIFA) ke Jakarta saat ini pemerintah sesuai dengan arahan Presiden Joko Widodo membentuk Tim Kecil untuk penyelesaian masalah sepak bola dan melakukan restrukturisasi ulang persepak bolaan Indonesia,

Gatot menambahkan dua tim yang dibentuk pemerintah untuk mengurusi sepak bola di Indonesia tidak mengalami tumpang tindih.

“Tim Transisi tetap akan berjalan, karena Tim Kecil dan Tim Transisi tugas dan fungsinya berbeda. Jadi, tidak akan ada tumpang tindih dalam pelaksanaan tugasnya,” kata Gatot S. Dewa Broto,  hari Kamis (5/11) di Jakarta.

Pemerintah akan memiliki dua tim khusus yang mengurusi masalah sepakbola Indonesia. Pada pertengahan April 2015, pemerintah melalui Kementerian Pemuda dan Olah Raga (Kemenpora) telah membentuk Tim Transisi yang bertugas menggantikan fungsi dan peran PSSI. Tim Transisi dibentuk setelah Kemenpora memberikan sanksi administratif kepada PSSI per 17 April 2015.

Di sisi lain seperti diberitakan Antara Sekretaris Jenderal Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI) Azwan Karim, mengemukakan PSSI sudah mengirimkan beberapa nama calon penghuni tim Ad Hoc reformasi sepak bola Indonesia pada FIFA.

Azwan menjelaskan nantinya tim Ad Hoc akan terdiri atas berbagai elemen, mulai dari pemerintah, PSSI, pemain, pelatih, wasit, hingga kalangan media dan independen. Khusus kalangan independen akan ditunjuk langsung oleh FIFA.

Ikuti berita kami di Facebook

Editor : Bayu Probo


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home