Loading...
INSPIRASI
Penulis: Tjhia Yen Nie 01:00 WIB | Senin, 29 Mei 2017

Gusti Mboten Sare

Kebaikan, ketulusan, kejujuran, tidak akan pernah gagal bersinar walaupun orang-orang yang takut terhadap terang menimbuninya dengan sejuta hoaks.
Film Pele (foto: istimewa)

SATUHARAPAN.COM – Namanya Dico. Anak itu tertunduk setelah melakukan pertandingan sepakbola yang tidak seimbang.  Pihak lawan dengan postur tubuh yang lebih tegap, berseragam santun dan bersepatu bola.  Sedangkan Dico dan teman-temannya hanya menggunakan seragam dari kain sprei, yang akhirnya dilepas, dan tanpa sepatu.

Kesalahannya mengucapkan nama kiper favoritnya, Bile, dengan sebutan Pele, dijadikan bahan olok-olok oleh pihak lawan untuk menamai dirinya.  Namun, apa yang terjadi ketika Dico dan teman-temannya menegakkan kepalanya yang tertunduk? Tepuk tangan gegap gempita menyelamatinya, Pele, bukan pada sang peraih trofi.

Cuplikan film Pele, yang mengisahkan kehidupan nyata Edison Arantes do Nascimento—pemain sepak bola Brasil yang dikenal sebagai Pele—menunjukkan bahwa menjadi pemenang sejatinya bukan karena banyaknya gol yang berhasil dimasukkan dalam gawang lawan.

Dico, yang akhirnya bertransformasi menjadi Pele, menunjukkan walaupun dia bukan dilahirkan dari keluarga yang mampu untuk membeli sepatu, dia dapat mengantarkan Brasil tiga kali meraih piala dunia. Berkat keberhasilannya tersebut, Brasil berhak atas Piala Jules Rimet.

Saat ini aura pesimistis merasuki beberapa kawan yang terlahir sebagai minoritas di negara ini, melihat hukum yang tumpul sebelah, anak neraca keadilan yang beratnya tidak sama, pemaksaan kehendak dengan menggadaikan surga.  Tetapi, lihatlah Dico yang melatih dirinya bermain sepakbola menggunakan buah karena tidak mampu membeli bola, ketulusan dan tekad mengharumkan negaranya, menjadikan dia seorang legenda.

Jangan patah arang berbuat baik untuk Indonesia, walau ketidakadilan terasa nyata, realitas diputarbalikkan.  Sejarah mencatat Dico yang miskin dengan tekad sekuat baja bisa mengharumkan bangsanya.  Kita pun yang merasa diri sebagai minoritas bisa mengharumkan Indonesia dengan prestasi dan ketulusan.  Kebaikan, ketulusan, kejujuran, tidak akan pernah gagal bersinar walaupun orang-orang yang takut terhadap terang menimbuninya dengan sejuta hoaks. Gusti Mboten Sare.

 

Email: inspirasi@satuharapan.com

Editor : Yoel M Indrasmoro


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home