Loading...
EKONOMI
Penulis: Sabar Subekti 03:04 WIB | Minggu, 05 April 2020

Harga Minyak Rendah Meruntuhkan Ekonomi Timur Tengah

Sumur minyan. (Foto: dok. Ist)

SATUHARAPAN.COM-Harga minyak yang rendah di pasar global menyeret penurunan ekonomi pada negara-negara Timur Tengah sebagai penghasil minyak dan ekonominya bergantung pada produksi dan ekspor minyak mentah.

Pandemi virus corona baru (COVID-19) menurunkan konsumsi minyak global, dan akibat perang harga antara Arab Saudi dan Rusia, harga minyak mentah berfluktuasi di bawah US$ 30 per barel sejak 6 Maret. Negara-negara anggota OPEC dan non-OPEC gagal mencapai kesepakatan untuk pembatasan produksi.

Harga minyak mentah yang rendah secara serius mengancam sebagian besar negara penghasil minyak di Timur Tengah dan Afrika Utara (MENA) yang membutuhkan harga minyak yang lebih tinggi untuk menyeimbangkan anggaran mereka.

Jauh Di Bawah Harga Impas

Nigeria membutuhkan harga impas pada tingkat rata-rata US$ 144 per barel minyak mentah Brent untuk menyeimbangkan saldo pemerintah tahun ini. Sementara itu, Bahrain membutuhkan harga pada US$ 96 per barel, menurut data dari lembaga pemeringkat global Fitch Ratings.

Arab Saudi, pemain besar dari OPEC dan pengekspor minyak mentah terbesar di dunia membutuhkan titik impas pada US$ 91 per barel, sementara Oman membutuhkan US$ 82 per barel, Abu Dhabi membutuhkan US$ 65 per barel dan Qatar membutuhkan US$ 55 per barel, menurut data itu.

Sementara Aljazair membutuhkan harga pada US$ 109 per barel rata-rata minyak mentah Brent pada tahun 2020 untuk menyeimbangkan anggarannya, Angola memiliki harga titik impas sebesar US$ 55 per barel, dan Uni Emirat Arab (UEA) membutuhkan US$ 70 per barel, menurut data Dana Moneter Internasional (IMF).

Data itu juga menunjukkan bahwa Venezuela dan Libya masing-masing membutuhkan harga sekitar US$ 100 per barel untuk menyeimbangkan anggaran mereka tahun ini, sementara Irak pada level harga US$ 60 per barel, dan Iran dengan US$ 195 per barel.

Menekan Pertumbuhan Ekonomi

Untuk negara-negara non-OPEC seperti Rusia, Meksiko dan Kazakhstan, harga rata-rata minyak mentah Brent masing-masing pada US$ 42 per barel, US$ 49 per barel dan US$ 58 per barel yang diperlukan tahun ini untuk menyeimbangkan anggaran mereka.

Negara-negara penghasil minyak di kawasan MENA juga diprediksi menghadapi tingkat pertumbuhan ekonomi yang lebih rendah pada tahun 2020 karena harga minyak yang rendah, menurut International Institute of Finance (IIF).

Arab Saudi sekarang diperkirakan tumbuh sebesar 0,7% tahun ini, turun dari perkiraan sebelumnya sebesar 2%. Sementara ekspektasi pertumbuhan ekonomi Kuwait diturunkan menjadi 0,8%, dari 2,8%; UAE sekarang memiliki perkiraan pertumbuhan 0,6%, turun dari 1,9%.

Ekonomi Irak diperkirakan berkontraksi sebesar 0,3%, bukannya tumbuh sebesar 3,2%; dan ekonomi Iran diperkirakan menyusut 8,4% tahun ini, bukannya 5,1%.

Jika harga minyak rata-rata sekitar US$ 40 per barel tahun ini, IIF mengatakan pihaknya memperkirakan sembilan negara pengekspor minyak di kawasan MENA menghadapi penurunan pendapatan mereka dengan total US$ 192 miliar. (Anadolu)

Editor : Sabar Subekti


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home