Loading...
RELIGI
Penulis: Diah Anggraeni Retnaningrum 23:45 WIB | Jumat, 21 Oktober 2016

Hari Santri Momentum Hindari Sara Pilkada

Ilustrasi. Deputi Wakil Menteri Luar Negeri Amerika Serikat untuk Asia Tenggara W. Patrick Murphy (tengah) mengunjungi Pondok Pesantren (Ponpes) Progresif Bumi Shalawat, Lebo, Sidoarjo, Jawa Timur, Kamis (21/10). Kunjungan tersebut untuk melihat lebih dekat kegiatan para santri dan pembinaan di Pondok Pesantren. (Foto: Antara/Umarul Faruq)

JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Koordinator Relawan Nusantara (RelaNU) Muhammad Taufiq Damas mengajak masyarakat menjadikan peringatan Hari Santri Nasional yang jatuh pada 22 Oktober 2016 sebagai titik tolak menghindari isu SARA dalam Pilkada karena mengancam kebhinekaan.

"Agar Pilkada damai dan bermartabat tanpa isu SARA," kata Taufiq di Jakarta, hari Jumat (21/10.

Menurut dia, Hari Santri Nasional atau HSN diperingati dengan merujuk dari semangat jihad santri di masa perjuangan Indonesia mempertahankan kemerdekaan. Semangat jihad itu harus terus dimaknai dengan masa kekinian yang berkembang secara dinamis.

Jihad di masa kini, kata dia, bisa dilakukan dengan bersungguh-sungguh melakukan upaya mengisi kemerdekaan dan menghindari segala hal yang berpotensi memecah belah persatuan.

Salah satu hal yang memecah belah persatuan, kata dia, adalah terlalu menonjolkan isu-isu SARA dalam kontestasi Pilkada. Hal tersebut merupakan perihal yang tidak sehat bagi Indonesia yang dalam kesehariannya terdiri dari masyarakat yang beragam latar belakang.

Para santri, lanjut dia, adalah golongan yang menghormati Pancasila dan UUD 1945 sebagai dasar negara. Di dalamnya terdapat pesan agar masyarakat Indonesia menghormati perbedaan di tengah masyarakat.

Terkait Pilkada di Jakarta, dia mengatakan kalangan santri menginginkan agar ibu kota Indonesia tersebut dipimpin oleh orang yang benar, tegas, berani dan bersih dari korupsi.

"Kami menginginkan gubernur yang galak kepada koruptor tapi lembut kepada kami, memberi fasilitas publik yang baik, pendidikan, pro terhadap orang tidak mampu," kata dia.

Pilkada di Jakarta, kata dia, harus berlangsung secara damai, tidak ada keributan serta pertengkaran, tidak mengorbankan masa depan, jangan memicu caci maki dan mengajarkan cinta dan welas asih. (Ant)

Editor : Diah Anggraeni Retnaningrum


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home