Loading...
SAINS
Penulis: Dewasasri M Wardani 10:38 WIB | Senin, 01 Juni 2015

Hari Tanpa Tembakau Sedunia, Riset Merokok Kaum Muda

Ilustrasi. (Foto: indonesiabebasrokok.org)

JAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Tanggal 31 Mei setiap tahun diperingati sebagai Hari Tanpa Tembakau Sedunia, karena merokok sudah terbukti mengganggu kesehatan. Asap rokok yang mengandung sekitar 4.000 bahan kimia, dan berhubungan dengan setidaknya 25 penyakit di tubuh manusia. Demikian yang dipaparkan Prof. Tjandra Yoga Aditama kepala Balitbang Depkes, yang dikutip ;melalui rilisnya pada web litbang.depkes.go.id di jakarta  (29/5).

Hasil penelitian Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan pada Global Youth Tobacco Survey 2014, memiliki 3 keunggulan Pertama merupakan data terbaru kebiasaan merokok di Indonesia, Kedua dilakukan pada kaum muda. Banyak perhatian diberikan pada merokok pada kaum muda, karena sebagian besar perokok memulai kebiasaannya pada masa remaja, sehingga kalau mau dilakukan intervensi maka memang harus dilakukan pada masa remaja. Kaum muda pada tingkat tertentu masih mencari jati diri, dan bukan tidak mungkin menganggap kebiasaan merokok berhubungan dengan kematangan, kedewasaan dan kesan cantik  dan ganteng . Kalau seseorang mulai merokok sejak di bahwa 20 tahun, misalnya, maka pada saat mereka berumur 40 - 50 tahun, dimana sedang dalam puncak aktifitas kariernya maka mungkin akan sudah mengalami gangguan kesehatan akibat asap rokok. Ketiga hal ini bagian dari penelitian Internasional , yang juga dilakukan di 47 negara dengan metode yang  sama.

Global Youth Tobacco Survey (GYTS) tahun 2014, dilakukan pada pelajar tingkat SLTP berusia 13 - 15 tahun.

GYTS 2014 Indonesia mendapatkan, 18,3 persen pelajar kita sudah punya kebiasaan merokok, rincinya adalah 33,9 persen  laki dan 2,5 persen perempuan.

Data perokok rata-rata masyarakat Indonesia (usia 15 tahun ke atas), adalah sekitar 30 persen , artinya dengan bertambahnya umur maka persentase perokoknya terus meningkat. Artinya, bila kita dapat menekan kebiasaan merokok pada kaum muda / pelajar,  maka kita dapat juga mengharapkan angka perokok pada dewasa dapat dikendalikan lebih baik.

Dalam hal ini, program penanggulangan merokok di lingkungan sekolah punya peran cukup besar. Jangan ada guru dan murid yang merokok di lingkungan sekolah, jangan ada penjual rokok disekitar sekolah, dan juga ada pengetahuan tentang rokok yang diajarkan pada siswa sekolah.

Di sisi lain, data GYTS 2014, ini menunjukkan, sebagian besar perokok pelajar ini ,masih merokok kurang dari lima batang sehari. Tapi, ternyata 11,7 persen  perokok pelajar laki dan 9,5 persen  pelajar perempuan sudah mulai merokok sejak sebelum usia 7 tahun.

Hal ini harus ditanggulangi,  dengan ketahanan keluarga, di mana tentu tidak ada orang tua yang ingin anak kecil nya sudah mulai merokok.

Hasil penelitian menunjukkan,  hampir separuh (47,2 persen),  pelajar perokok kita ternyata sudah dalam status adiksi, atau ketagihan. Hal ini ditunjukkan dengan mereka biasanya sudah ingin merokok pada saat pertama bangun tidur. Angka ini tentu cukup memprihatinkan, karena mereka masih amat muda tapi sudah adiksi merokok.

Di sisi lain, hampir semua perokok pelajar yang diteliti GYTS 2014 (88,2 persen) sebenarnya ingin berhenti merokok, walaupun hanya seperempatnya (24 persen) yang pernah menerima bantuan program / profesiona,l untuk berhenti merokok.

Memang berhenti merokok dapat dilakukan sendiri denganniat yang kuat, walaupun tentu akan baik sekali bila makin luas, tersedia semacam klinik berhenti merokok atau pelayanan berhenti merokok di puskesmas dan juga konseling di sekolah.

Hampir semua pelajar pada penelitian ini setuju pelarangan merokok didalam ruangan di tempat umum (89,4 persen), dan 80,9 persen  juga setuju pelarangan merokok di luar ruang. Artinya, kesadaran untuk udara bersih sehat sebenarnya sudah cukup luas. Yang perlu di tingkatkan adalah peraturan Kawasan Bebas Asap Rokok, yang kini sudah ada aturan di lebih dari 100 kabupaten / kota. Hanya saja memang implementasinya perlu terus ditegakkan dengan ketat.

Peran kaum muda amat penting dalam pembangunan bangsa. Terwujudnya kaum muda yang terhindar dari bahaya buruk asap rokok akan menjadi modal penting untuk kesehatan bangsa, dan pada gilirannya berperan sentral dalam kesejahteraan bangsa kita. 

Editor : Bayu Probo


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home