Loading...
SAINS
Penulis: Bayu Probo 19:49 WIB | Selasa, 21 Oktober 2014

Hasil Otopsi Firaun Tutankhamun Ungkap Kematiannya

Hasil Otopsi Firaun Tutankhamun Ungkap Kematiannya
Topeng emas Firaun Tutankhamun (kiri) dan rekonstruksi wajah sang raja dari scan muminya. (Foto-foto: BBC)
Hasil Otopsi Firaun Tutankhamun Ungkap Kematiannya
Firaun Tutankhamun mengidap kelainan kaki akibat incest orangtuanya.
Hasil Otopsi Firaun Tutankhamun Ungkap Kematiannya
Peti mati emas Tutankhamun.
Hasil Otopsi Firaun Tutankhamun Ungkap Kematiannya
Di bagian luar makam, dekorasi menggambarkan Tutankhamun sebagai dewa bawah dunia, dewa Osiris, sementara lukisan dinding (foto) menunjukkan raja sedang dipeluk oleh dewa dunia bawah. Hal ini diyakini bahwa jika Tutankhamun digambarkan sebagai dewa ini membatalkan sebuah revolusi agama yang dilakukan ayahnya yang terjadi di 1320 sM.
Hasil Otopsi Firaun Tutankhamun Ungkap Kematiannya
Howard Carter saat menemukan makam Tutankhamun.

LONDON, SATUHARAPAN.COM – Penyebab kematian Firaun Tutankhamun terungkap. Dari hasil “otopsi virtual” anak Firaun era Nabi Musa ini ternyata ia mati muda karena mengidap penyakit turunan akibat incest orangtuanya, Daily Mail memberitakan pada Senin (20/10).

Dari analisis tersebut disimpulkan Tutankhamun memiliki pinggul seperti perempuan, kaki bengkok, dan gigi tonggos. Juga, terungkap orangtuanya adalah kakak dan adik kandung.

Dengan peti mati berbahan kayu mahal dan bersepuh emas dan muminya ditutup topeng, penguburan Tutankhamun menjadi lambang keindahan, kemegahan, dan kekuasaan seorang raja.

Tetapi di balik topeng itu, jenazahnya, raja Mesir yang juga populer disebut Tutankhamen ini punya gigi tonggos, kaki bengkok, dan pinggul seperti perempuan. Ini berdasarkan hasil pemeriksaan yang paling terperinci terhadap mumi Firaun Mesir kuno.

Dan, tidak seperti penggambaran populer selama ini bahwa raja laki-laki yang masih remaja ini sebagai penggemar balap kereta, Tutankhamun bergantung pada tongkat untuk berkeliling selama pemerintahannya di abad ke-14 SM, kata para peneliti.

“Otopsi virtual” terdiri dari lebih dari 2.000 scan komputer atas muminya yang dikombinasikan dengan analisis genetik dari kerabat Tutankhamun. Dari itu dapat disimpulkan bahwa orangtuanya adalah kakak dan adik. Perkawinan incest ini lazim dilakukan demi mencegah mahkota berpindah keluar dari garis keluarga mereka. Itu juga yang ditiru oleh keluarga Herodes yang memerintah di Israel pada zaman Yesus. Anak-anak Herodes Agung juga saling menikahi.

Para ilmuwan percaya bahwa perkawinan incest inilah yang mengakibatkan dia memiliki gangguan fisik. Cacat yang dipicu oleh ketidakseimbangan hormon. Dan, berdasarkan sejarah keluarganya penyakit turunan juga menyebabkan kematian dininya di akhir masa remaja.

Berbagai mitos menyarankan dia dibunuh atau terlibat dalam kecelakaan kereta setelah ditemukan tengkoraknya retak dan bagian lain dari kerangkanya patah. Sekarang para ilmuwan percaya ia mungkin telah meninggal karena penyakit warisan karena hanya satu tulang patah yang terjadi sebelum ia meninggal. Sementara, karena kakinya cacat, ia tidak mungkin mengendarai kereta balap.

Pada  1907, Lord Carnarvon George Herbert meminta arkeolog dan Egyptologist Inggris Howard Carter untuk mengawasi penggalian di Lembah Para Raja.

Pada  4 November 1922, kelompok Carter menemukan tangga menuju ke makam Tutankhamun dan menghabiskan beberapa bulan untuk melakukan katalogisasi ruang depan.

Mereka membuka ruang pemakaman dan menemukan sarkofagus pada Februari tahun berikutnya. Pembukaan kompleks pemakaman disiarkan dalam acara film dokumenter BBC One Tutankhamun: The Truth Uncovered.

DNA Kerajaan

Albert Zink, dari Institute for Mummies and Iceman di Italia, mengungkap kebenaran tentang orangtua Tutankhamun dengan mempelajari DNA keluarga kerajaan Mesir.

Ia menemukan bahwa Tut lahir dari ayahnya Firaun Akhenaten—dijuluki raja sesat—memiliki hubungan dengan adiknya. Incest tidak dipermasalahkan di antara orang Mesir kuno dan mereka tidak tahu apa pun tentang implikasi kesehatan bagi keturunan mereka.

Dalam bukunya yang diterbitkan pada 1939 Moses and Monotheism Sigmund Freud mempresentasikan gagasan bahwa Putra Mahkota Thutmose saudara h muda Akhenaten dikaitkan dengan karakter Alkitab, Musa. Idenya adalah baru-baru ini (1998) dipertimbangkan kembali oleh Egyptologist Jan Assmann dalam bukunya Moses the Egyptian.

Penyakit Keturunan

Hutan Ashrafian, dosen di bidang pembedahan tubuh di Imperial College London, mengatakan bahwa beberapa anggota keluarga tampaknya telah menderita penyakit yang dapat dijelaskan oleh ketidakseimbangan hormon. Dia berkata, “Banyak pendahulunya keluarganya mati di usia lanjut. Hanya keturunan langsungnya yang mati muda. Dan, mereka usia harapan hidup mereka makin rendah pada generasi selanjutnya.”

Radiologis Mesir Ashraf Selim mengungkapkan bahwa otopsi virtual menunjukkan jari-jari kaki mengalami kelainan. Dia akan menjadi sangat pincang. “Hanya ada satu lokasi yang kita dapat katakan terjadi patah tulang sebelum dia meninggal dan itu adalah lutut.” Bukti keterbatasan fisik Raja Tut juga didukung oleh 130 tongkat bantu jalan yang ditemukan di makamnya.

Pembawa acara BBC Dallas Campbell, mengatakan, “Mencoba  menavigasi spekulasi dan politik yang mengelilingi salah satu karakter paling terkenal dalam sejarah menakutkan dan menegangkan.”

“Bodoh mungkin! Tetapi menggunakan ilmu pengetahuan yang solid dan pendekatan yang benar-benar multi-disiplin kami akhirnya mampu membuang beberapa mitos dan ide-ide populer yang telah mengelilingi kehidupan dan kematiannya, dan mudah-mudahan menambah bab baru yang akan memastikan kisah Tutankhamun terus memesona.”

Ritual Aneh Pembalseman

Awal tahun ini, Egyptologist dari Universitas Amerika di Kairo menjelaskan beberapa ritual pemakaman aneh yang ditemukan di makam, termasuk fakta penis raja dibalsem pada sudut 90 derajat, seperti sedang ereksi—satu-satunya mumi telah pernah ditemukan dengan fitur ini.

Mereka mengklaim bahwa ini mungkin telah dilakukan dengan tujuan untuk membuat raja muncul seperti Osiris, dewa dunia bawah, dalam upaya untuk menakut-nakuti revolusioner agama.

Pada saat kematiannya pada tahun 1323 SM, ayah dari raja Mesir remaja ini dikatakan memimpin revolusi agama di negeri ini.

Hal ini diyakini Akhenaten ingin menghancurkan kepercayaan pada dewa-dewa Mesir dan bukan menyembah dewa matahari yang disebut Aten.

Tutankhamun berusaha untuk mengatasi revolusi ini ketika ia diyakini telah patah kakinya dan meninggal akibat infeksi pada luka. Analisis DNA pada tahun 2010 juga menemukan jejak malaria dalam sistem tubuhnya.

Selama mumifikasi keputusan dibuat untuk tidak hanya membalsem penis yang ereksi, tetapi juga untuk menutupi tubuh raja dalam cairan hitam—mirip warna pada kulit Osiris—dan membuang jantungnya.

Ritual ini, menurut Profesor Salima Ikram dari universitas, dilakukan dalam rangka untuk membuat orang berpikir Tutankhamun adalah dewa dunia bawah.

Tentang arkeologi di Mesir dapat Anda baca juga di:


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home