Loading...
BUDAYA
Penulis: Ignatius Dwiana 18:47 WIB | Minggu, 13 Oktober 2013

Hip Hop bagi Seorang Iwa K

Dari kiri ke kanan, Haris Azhar dari KontraS sebagai moderator, rapper Iwa K, seniman mural dan graffiti Raymond dari Kopi Keliling, Panca film maker King of Rock City, dan Ferri film maker Blackbook. (Foto Ignatius Dwiana)

JAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Musik rap merupakan bagian dari budaya Hip Hop yang berkembang dari kalangan kulit hitam Amerika. Ada musik rap dengan liriknya, graffiti dengan pesan visualnya, DJ dengan instrumennya, maupun BBoy atau breakdance dengan gerakan dance-nya. Masing-masing memiliki ekspresi tersendiri. Tetapi bagi seorang Iwa K, Hip Hop merupakan pengalaman natural yang dialaminya ketika menjalani hidupnya. Sebagai seorang rapper dia mengekspresikannya dalam lirik.

Musisi kelahiran Bandung ini menceritakan pengalaman mengenal rap dari trend breakdeance yang berkembang di Indonesia pada tahun ‘82-’83. Dari situ dia pun kemudian mengenali akarnya dan Hip Hop bukan hanya menjadi fashion.

Hip Hop bertujuan menyampaikan hati dan perasaannya melalui pelbagai media. “Apa yang gue rasain tentang penderitaan gue dari kacamata gue. Itulah hip hop.” Kata Iwa K ketika berbicara di diskusi ‘BIGGER than Hip Hop’ di kantor Kontras Jakarta pada Jumat (11/10).

Cara  menyampaikan hati dan perasaan dengan bentuk berbeda yang pada akhirnya membuat Hip Hop menjadi kaya.

Pengalaman Istimewa Bareng Benyamin S

Iwa K punya pengalaman istimewa bareng Benyamin Sueb atau yang lebih dikenal dengan Benyamin S. Bintang film, pelawak, sekaligus penyanyi Indonesia itu merupakan inspirasi bagi seorang Iwa K.

“Menurut gue, Benyamin itu sengaja atau gak tokoh rap Indonesia. Kalo urusan free style, beberapa cerita yang gue denger, ketika dia mau recording tiba-tiba lirik dibuang. Dia melakukan improvisasi.”

Iwa K bercerita sempat tampil bareng Benyamin S seminggu sebelum Benyamin S meninggal.

Perkembangan Hip Hop di Indonesia

Hip Hop di Indonesia berkembang dengan di Indonesia dengan konteks lokal pada akhirnya. “Misalkan kita mau bibit jeruk Kalifornia, kalau mau tanem sini ya tanah sini,” kata Iwa K menganalogikan.

Hip Hop di Indonesia tidak akan bisa tampil secara higenis. Kalau higenis berarti budaya itu tidak berdialog denga budaya lain.

“Budaya itu harus bergaul. Tetap harus ada ngobrol antarbudaya,” kata Iwa K.

Spirit Hip Hop menurutnya ada di tiap tempat. Cara berutur seperti pantun menurutnya juga sebuah cikal bakal Hip Hop. Hip Hop juga bukanlah aliran musik tetapi gaya bermusik. Karena itu banyak variannya, seperti Hip Rock, Hip Hop Jazz, dan lain-lain. Bondan Prakoso menampilkan varian lebih berbeda dengan mencampurkan Keroncong dengan Hip Hop sehingga menjadi Hip Hop Keroncong.

Editor : Bayu Probo


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home