Loading...
BUDAYA
Penulis: Francisca Christy Rosana 16:50 WIB | Kamis, 26 Maret 2015

Homo Reptilicus, Ketika Politikus Mereptilkan Diri

Homo Reptilicus, Ketika Politikus Mereptilkan Diri
Para pemain Teater Kosong, Homo Reptilicus di Taman Ismail Marzuki, Rabu (25/3) malam. (Foto-foto: Francisca Christy Rosana)
Homo Reptilicus, Ketika Politikus Mereptilkan Diri
Para pemain membisikkan sesuatu kepada Semoga, tokoh utama korban politik.
Homo Reptilicus, Ketika Politikus Mereptilkan Diri
Semoga dan istrinya terpenjara karena kaum elite.
Homo Reptilicus, Ketika Politikus Mereptilkan Diri
Olivia Zalianty tengah menggoda Presiden.
Homo Reptilicus, Ketika Politikus Mereptilkan Diri
Pemain memeragakan menjadi pekerja media massa.

JAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Panggung Teater Kecil Taman Ismail Marzuki Rabu (25/3) malam dipenuhi alat-alat pentas. Empat aktor duduk berhadapan, namun pandangannya hanya tertuju pada satu arah, pada satu pria bertubuh kurus, berparas tinggi, dan berambut putih. Sepasang telinganya dibisiki sesuatu.

Panggung berpenghuni itu terdengar sunyi, tak terdengar percakapan. Keempatnya seakan berbisik, membahasakan panggung, menimbulkan beragam persepsi penonton. Sesekali tangan ketiganya menepuk pundak pria  yang tampaknya tengah ditawan itu.

Di sisi panggung yang berbeda, perempuan separuh baya berjalan menuju tempat tidur. Diantar remang, pria bertubuh besar mendekatinya. Dicengkeramnya tubuh perempuan itu hingga tak lagi dapat memberontak. Panggung gelap, hanya terdengar suara jerit pilu perempuan yang tampaknya tengah disetubuhi paksa itu.

Begitulah gambaran panggung Drama Politik bertajuk “Homo Reptilicus” yang dipersembahkan teater Kosong gubahan sutradara Radhar Panca Dahana.

Dalam teater yang digelar tiga hari, yakni Selasa (24/3) hingga Kamis (26/3) malam, Radhar menggandeng tokoh-tokoh panggung senior seperti Toto Prawoto, Meritz Hindra, dan Eko D. Zenah mencitrakan manusia-manusia yang mereptilkan diri. Olivia Zalianty, aktris yang pernah membintangi beberapa sinetron pun turut digandeng mementaskan lakon politik dalam drama yang berlangsung kurang lebih 150 menit itu.

“Kenyataan hidup menunjukkan ternyata tidak hanya elit, tetapi juga kelas menengah bahkan bawah pada momen tertentu menunjukkan bengis dan purba reptilnya, membuat kegelisahan para pekerja Teater Kosong meningkat,” begitulah pernyataan singkat Radhar ketika menyinggung latar belakang diadakannya pentas berbau kerah putih ini.

Lelucon yang  terjadi di negeri yang keberadaan dan masa depannya dipertaruhkan oleh sebuah konspirasi ternyata telah menyimpan tindakan-tindakan kriminal dan amoral.

Dilema ini tentu sama dengan yang dirasakan Indonesia menghadapi kisruh politik yang sedemikian ‘berwarna’.

Ada konspirasi, pertarungan elite, jeritan kaum alit, hingga air mata darah anak kandung tersaji dalam panggung drama politik ini.

Sebagai klimaksnya, manusia yang mereptilkan diri ini ‘mati’ dalam jilatannya sendiri.

Panggung ini masih akan bercerita Kamis malam nanti, yang rencananya akan disaksikan oleh Wakil Gubernur DKI Jakarta Djarot Saiful Hidayat. 

Editor : Bayu Probo


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home