Loading...
EKONOMI
Penulis: Eben Ezer Siadari 19:33 WIB | Kamis, 19 Maret 2015

Hubungan Dagang RI-Israel Tidak Mungkin Dibendung

Sebuah delegasi Friends of Israel-Indonesia ketika mengunjungi kantor Keren Hayesod – United Israel Appeal, di Jerusalem (Foto:kh-uia.org.il)

JAKARTA, SATUHARAPAN.COMKemenangan Partai Likud dalam Pemilu Israel yang akan menobatkan Benjamin Netanyahu sebagai perdana menteri negara itu untuk keempat kalinya, dinilai tidak akan banyak mengubah arah politik luar negeri RI dalam hal hubungan Israel-Palestina.

Hal yang sama juga berlaku pada relasi dagang antara pengusaha Indonesia dan Israel yang selama ini sudah berlangsung di tengah tiadanya hubungan diplomatik kedua negara. Kemenangan Partai Likud diperkirakan tidak akan banyak mengubah inisiatif bisnis yang banyak dilakukan secara B to B. Selama saling menguntungkan relasi dagang tersebut akan terus berjalan, bahkan dapat menjadi titik persinggungan yang kontributif bagi peran Indonesia dalam urusan mediasi Palestina-Israel.

Hal ini disampaikan oleh pakar kajian Dinamika Timur Tengah pada Jurusan Hubungan Internasional Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Indonesia, Broto Wardoyo, dalam wawancara dengan satuharapan.com, hari ini (19/3).

“Tetap saja tidak akan ada perbedaan dari sebelumnya. Indonesia tetap akan konsisten pro-Palestina dan anti-penjajahan. Tetap juga akan disuarakan dalam berbagai kesempatan. Namun tetap juga tidak akan ada aksi nyata, misalnya memediasi Palestina dan Israel. Kita belum cukup berani untuk melakukan itu,” kata Broto tentang arah politik Indonesia pasca kemenangan Partai Likud.

Di sisi lain, adanya indikasi meningkatnya hubungan dagang antarkedua negara, menurut Broto, lebih disebabkan oleh kebutuhan ekspansi bisnis pengusaha di kedua negara, ketimbang oleh adanya insentif dari pemerintah.

“Logika bisnis kan beda dengan ideologi. B to B contact bisa menjadi alternatif manakala G to G contact tidak ada sama sekali. Lagipula B to B contact kan sulit juga untuk ditahan,” kata dia.

“Saya ragu pemerintah, misalnya, akan sanggup menerbitkan embargo dagang terhadap perusahaan yang terafiliasi dengan Israel seperti SALSRA-nya Amerika Serikat ke Suriah,” imbuh dia.

Broto mengatakan, relasi dagang Indonesia-Israel yang telah ada selama ini, lebih baik dibiarkan berkembang secara alamiah. Dengan demikian, akan jauh lebih kuat dan berguna, seiring dengan terbangunnya kontak antara individu.

“Fasilitasi bisnis oleh agensi informal juga mulai terbentuk. Namun peran formal negara tidak nampak. Sentimen publik tetap akan ada namun bisnis kan urusannya untung ketemu untung. Selama saling menguntungkan tentu akan terus jalan.”

“Yang penting, hubungan diplomatiknya tetap didasarkan pada  rekognisi Israel atas negara Palestina sesuai dengan batas-batas yang ditetapkan,” tutup dia.

Editor : Eben Ezer Siadari


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home