Loading...
INSPIRASI
Penulis: Yohanes Bosco Otto 08:19 WIB | Minggu, 25 Oktober 2020

Hukum Kasih

Ilustrasi. (Foto: infometrics.co.nz)

SATUHARAPAN.COM - Kita patut bersyukur bahwa pada hari ini Yesus memberikan kepada pengikut-Nya dan seluruh umat manusia hukum atau perintah utama dan pertama, yakni hukum kasih.

"Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu dan kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri”, sebagai hukum utama dan pertama. Bahkan pada kedua hukum ini dinyatakan tergantung hukum Taurat dan kitab Para Nabi. 

Kalau kita refleksikan secara mendalam, betapa sempurnanya hukum yang diberikan oleh Yesus kepada manusia. Dalam hukum ini tergambar relasi yang penuh, secara vertikal dan horizontal. Relasi vertikal adalah hubungan kasih antara manusia dengan Allah yang terwujud dalam totalitas hati, jiwa, akal budi yang dengan kata lain dengan seluruh jiwa dan raga. Artinya tak ada sisa unsur personalitas manusia yang terlibat dalam mengasihi Tuhan Allah.

Relasi horizontal adalah relasi kasih manusia dengan sesamanya seperti diri sendiri, juga mensyaratkan keterlibatan semua unsur personalitas. Manusia bahkan harus rela menyamakan kasih kepada sesama dengan kasih kepada diri sendiri, satu sikap dan tindakan yang dalam praksis tidak selalu mudah. 

Dalam kehidupan sehari-hari, “hukum kasih” menjadi sesuatu yang sangat mudah diucapkan namun tidak begitu mudah dilaksanakan. Butuh kesadaran dan komitmen yang tinggi untuk melibatkan seluruh jiwa raga. Namun, kita bersyukur bahwa Yesus sebagai Sang Pemberi Hukum ini telah mengajarkan sekaligus memberi teladan secara sempurna melalui hidup, sengsara, wafat, dan kebangkitan-Nya sebagai perwujudan kasih tanpa batas itu. 

Yesus telah mewujudkan kasih yang sempurna melalui sengsara/salib, yakni kasih kepada Bapa-Nya dan kasih kepada manusia dalam totalitas. Salib/sengsara Yesus Kristus menjadi pola hubungan kasih secara vertikal dan horizontal. 

Hukum kasih merupakan penyederhanaan yang sempurna dari hukum Taurat dan kitab Para Nabi. Tujuannya agar umat manusia mudah memahami, menghayati dan mengamalkannya. Namun, dalam hidup sehari-hari tidak semudah dan sesederhana yang kita bayangkan. Sering seseorang jatuh dalam godaan ekstrem berat sebelah. Kasih yang total kepada Allah sering tidak diimbangi kasih kepada sesama atau sering lupa akan kasih kepada sesama. Atau terlalu mengasihi sesama, sampai lupa atau mengabaikan kasih terhadap diri sendiri yang merupakan syarat untuk dapat mengasihi sesama. 

Nonsense, seseorang dengan seluruh kepribadiannya dapat mengasihi Tuhan yang tidak nampak, jika ia tidak terlebih dahulu mengasihi sesamanya yang nampak. Dan bagaimana mungkin seseorang dapat mengatakan bahwa ia sangat mengasihi sesamanya tanpa terlebih dahulu mengasihi dirinya sendiri. 

Yesus dengan sangat indah memformulasikan secara ringkas hukum Taurat dan kitab para Nabi dalam keseimbangannya. Maka, menjaga keseimbangan dan totalitas kasih kepada Allah dan kasih kepada sesama seperti diri sendiri menjadi tugas semua umat yang beriman kepada Sang Pemberi Hukum itu tidak hanya pada level pemahaman (kognitif) tetapi meningkat dan mendalam pada level penghayatan (internalisasi, afektif) dan pengamalan (psikomotoris, praksis). Tuhan memberkati. (Kemenag)

 


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home