Loading...
EKONOMI
Penulis: Sabar Subekti 07:19 WIB | Sabtu, 15 Agustus 2020

ILO: Kehilangan Pekerjaan Akibat Pandemi Membawa Efek Panjang di Kalangan Muda

Pekerja konstruksi. (Foto: dok. ILO)

SATUHARAPAN.COM-Kaum muda yang kehilangan pekerjaan atau sekolah selama pandemi COVID-19 berisiko membawa "efek bekas luka" sepanjang kehidupan kerja mereka, kecuali pemerintah memberikan dukungan segera, kata Organisasi Perburuhan Internasional (ILO).

Sebuah jajak pendapat oleh ILO terhadap 12.000 pemuda di 112 negara menunjukkan pada bulan Mei bahwa lebih dari satu dari enam orang berusaia di bawah 24 tahun telah berhenti bekerja selama pandemi. Sementara badan PBB tersebut mengatakan dalam laporan terbarunya bahwa lebih dari 70 persen siswa juga telah melihat penutupan sekolah, universitas dan pusat pelatihan.

Laporan yang dirilis di situs badan itu juga mendesak pemerintah untuk membantu mengintegrasikan kembali pemuda pengangguran ke pasar tenaga kerja, atau memberikan pelatihan pendidikan dan tunjangan asuransi pengangguran.

“Pandemi COVID-19 memiliki dampak sistematis, dalam, dan tidak proporsional pada kaum muda,” kata Sangheon Lee, direktur departemen kebijakan ketenagakerjaan ILO, hari Selasa (11/8).

“Efek Bekas Luka”

Bukti dari krisis sebelumnya menunjukkan bahwa kaum muda yang tidak memiliki akses ke peluang kerja saat memasuki pasar tenaga kerja menghadapi konsekuensi yang berkelanjutan sepanjang kehidupan kerja mereka, katanya. “Itulah yang kami sebut 'efek bekas luka'.”

Perempuan muda dan pemuda di negara berpenghasilan rendah termasuk yang paling terpukul, katanya. “Jika tidak ada tindakan segera diambil, kaum muda kemungkinan besar akan menderita dampak pandemi yang parah dan berkepanjangan. Kami percaya ada risiko asli dari “generasi penguncian” yang benar-benar akan terluka sepanjang masa kerja mereka," kata Lee.

Pandemi telah menyebabkan satu dari delapan siswa muda tanpa akses ke pendidikan atau pelatihan, meskipun mereka berada di negara kaya dan memiliki lebih banyak akses ke kelas online, kata Lee. “Penting untuk diingat bahwa risiko bukan hanya tentang hilangnya pekerjaan,” katanya.

“Bahkan bagi mereka yang tetap bekerja, setelah terjadinya pandemi, jam kerja mereka turun hampir seperempat dan dua dari lima orang muda melaporkan penurunan pendapatan mereka,” katanya.

Sekitar 17 persen anak muda dilaporkan menderita kecemasan dan depresi, hampir dua kali lipat dari tingkat mereka yang masih bekerja, kata Lee. “Tidak mengherankan jika kesehatan mental mereka banyak yang menderita,” katanya.

Editor : Sabar Subekti


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home