Loading...
BUDAYA
Penulis: Moh. Jauhar al-Hakimi 14:11 WIB | Rabu, 01 Februari 2017

Impressions of China, Mempertemukan Musik Timur-Barat

Legenda jazz Rene van Helsdingen: bring the music to the people
Impressions of China, Mempertemukan Musik Timur-Barat
Cover album Impressions of China - Rene van Helsdingen. (Foto: renevanhelsdingen.com)
Impressions of China, Mempertemukan Musik Timur-Barat
MP3trio perform: Rene van Helsdingen (piano), Kevin Yosua (bass), Benny Mustafa (drum) di Graha Strategic Seturan, Sleman - Yogyakarta, Minggu (27/9) dua tahun silam . (Foto: Moh. Jauhar al-Hakimi)

YOGYAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Mengelaborasi musik tradisional yang memiliki nada pentatonik dengan musik modern bernada diatonik dalam satu karya menjadi salah satu tantangan tersendiri bagi musisi.

Kita mengenal Tohpati, I Wayan Balawan, Vicky Sianipar, Dwiki Dharmawan, Sruti Respati, Henri Lamiri, yang adalah musisi dengan banyak bereksperimen dalam melakukan peleburan musik modern dengan musik tradisional/etnik. Pada perkembangan musik saat ini, skala pentatonis lebih banyak digunakan pada musik, jazz, blus, rock, juga musik-musik daerah.

Di Yogyakarta banyak musisi muda mencoba bereksperimen dalam meleburkan dua skala nada tersebut. Mantradisi, misalnya, mengeksplor tembang macapat dalam permainan dan iringan musik modern. Kelompok Jatiraga menggabungkan permainan musik jazz dengan perkusi dan alat tiup slompret Madura mengiringi suluk-suluk yang dibawakannya. Lumbung Artema ataupun Sharon groove yang menggabungkan permainan gamelan dengan alat musik modern. Jazz menjadi ranah paling banyak dilakukan musisi muda Yogyakarta dalam melakukan eksperimen world music.

Tiga puluh tahunan yang lalu, musisi jazz asal Belanda kelahiran Jakarta 59 tahun silam, Rene van Helsdingen, bersama pemain biola asal Yogyakarta Luluk Purwanto, kerap melakukan eksperimen serupa menggabungkan permainan musik modern dengan musik tradisional. Eksperimen tersebut seolah juga mempertemukan dunia Timur dan Barat dalam sebuah irama.

Rene van Helsdingen, Bring the Music to the People

Berbincang dengan satuharapan.com melalui e-mail, Senin (9/1), Rene menjelaskan perjalanan eksperimentalnya menggabungkan dua unsur nada pentatonik-diatonik. Perjalanan tersebut berawal saat salah seorang pamannya yang tinggal di Florida, AS memberitahukan bahwa pamannya itu mendapat pesan dari ayahnya yang meninggal pada tahun 1975 untuk memberikan titipan sebesar 20.000 dolar AS kepada Rene saat berusia 27 tahun. Pada tahun 1984 Rene berangkat ke Florida.

Berbekal uang yang ada, Rene membelanjakan 3.000 dolar untuk membeli tiket pesawat Pan Am dan Cathay Pacific dengan tujuan 40 kota besar. Seorang kawan, Ricky Shultz, yang merupakan produser sebuah rekaman besar memberikan daftar berisi nama dan alamat perusahaan rekaman di seluruh dunia dari Billboard. Berbekal kaset dengan beberapa rekaman asli, Rene memulai petualangan selama delapan bulan. Pada persinggahan di setiap kota, Rene menawarkan repertoar dari musisi jazz Belanda. Jika ada yang tertarik, pembicaraan awal dilakukan. Namun jika tidak, satu tiket penerbangan dihanguskan untuk menuju ke kota berikutnya.

Saat tiba di Hong Kong, Rene diundang oleh direktur Pacific Music yang mempunyai gagasan untuk mentransfer lagu-lagu tradisional Tiongkok dalam gaya musik Barat dengan aransemen yang clear dan tanpa mengubah melodi yang ada. Mengetahui jika Rene seorang musisi jazz yang terbiasa dengan improvisasi, direktur Pacific Music berpesan untuk tetap menjaga kesederhanaan musik dengan sesedikit mungkin adanya perubahan chord.

"Musik tradisional Tiongkok didasarkan pada skala nada pentatonik, dan itu berbeda dengan musik Barat pada umumnya," kata Rene.

Proyek awal tersebut adalah menyajikan alunan musik tradisional Tiongkok sederhana yang memungkinkan pendengar benar-benar dapat menikmati melodi sesuai aslinya. Sebuah kontrak disusun bersama, Rene meninggalkan Hong Kong dengan sekotak kaset yang berisi rekaman musik dari musisi Tiongkok. Dan Rene mencoba sebuah lompatan baru dalam bermusik jazz.

Setelah petualangan 40 kota, Rene kembali ke Belanda dan mulai memilah-milah semua materi dengan mendengar dan memahami materi rekaman musik tradisional Tiongkok yang dibawanya. Sebuah tantangan besar mengingat rekaman yang ada berupa konser maupun performance solo, dan dengan keterbatasan (keahlian dan pengetahuan tentang musik tradisional Tiongkok) yang dimilikinya dan tidak memungkinkan untuk mempelajarinya mengingat waktu yang terbatas. 

Rene harus memilih bagian penting mana yang harus diambil dan bagian mana yang harus dibuang. Dengan pertimbangan mempertahankan keaslian komposisi, tempo, dan melodi tersebut, Rene mengcopy, merekam ulang sesuai aslinya dengan memasukkan unsur musik Barat/jazz.

Dalam project pertamanya menggarap musik Oriental, Rene mengeluarkan album Impressions of China bersama Theo Balijon (engineer), Brian Batie (bass), dan Egbert van Gruythuyzen (drum) dalam komposisi (tempo-melodi) aslinya. Rene sendiri selain sebagai produser, sekaligus memainkan piano-keyboard.

Rekaman pertama kali dalam format long play dilanjutkan dengan merilis CD dengan judul yang sama, bekerja sama dengan label Virgin. Kontrak selama lima tahun ditandatangani dengan Pacific Music, Hong Kong. Kecuali lagu Jasmine Flower yang direkam di Farmsound Studio di Heelsum, Belanda dengan Wil Hesen selaku engineer, keseluruhan lagu direkam di Spitsbergen Studio, Zuidbroek, Belanda yang di-engineer-i Theo Balijon.

Impressions of China, Eksplorasi Musik Timur-Barat

Dalam lagu Autumn Moon in the Han Palace yang diperkenalkan pertama kali oleh Wu Wanqing (1847-1926) dengan permainan dominan lute (gitar khas Tiongkok), untuk pertama kalinya Rene merekam ulang dan mengcopy dengan memasukkan unsur perkusi drum. Kesulitannya adalah tempo permainan solo lute yang naik turun sehingga Egbert harus cermat dan berhati-hati mengikuti permainan lute. Pada beberapa kesempatan, Egbert bahkan harus mengubah gaya atau tipe irama.

"To somehow have a part where you are able to dance or tap your feet we created and inserted a loop (repeating bass line) based on one short melody line played by the lute," Rene menjelaskan. Dengan dibatasi untuk mempertahankan keaslian komposisi dan melodi, penggarapan album Impressions of China adalah sebuah lompatan baru bagi Rene yang terbiasa berimprovisasi dalam bermusik.

Adanya pengulangan-pengulangan tersebut memberi kesempatan pada Rene untuk menambahkan unsur synthesizer jazz secara solo meskipun perusahaan rekaman tidak begitu berkenan. Pada akhirnya lagu ini menjadi feature song yang dipromosikan dalam single terpisah yang keseluruhannya digarap secara analog dalam 24 track.

Lagu-lagu lain dalam album Impressions of China adalah lagu-lagu tradisional Tiongkok yang terkenal pada masanya semisal Jasmine Flower, sebuah folk song yang sudah dikenal sejak abad ke-18. Begitupun Reflections of the Moon on two Lakes yang dikomposisi oleh Huan Jun pada tahun 1950-an, Singing the Night among Fishing Boats (komposer Yu zhou chang wan).

Pada lagu Flower Song (Muo Lee Hwa), Rene sedikit mengubah lagu dalam tempo walz dengan chord musik modern/Barat yang dikomposisi bareng Brian Batie. Pada lagu inilah, Rene bisa melakukan sedikit improvisasi bersama Batie.

Lagu Dance of the Yao People yang merupakan garapan kolaborasi antara Liu Tie Shan dan Mao Yuan pada tahun 1952 adalah komposisi instrumen yang terkenal dan populer bagi masyarakat Tionghoa pada pertengahan abad ke-20. Lagu ini terinspirasi dari tarian genderang dari masyarakat Yao (Tiongkok Selatan). Kompleksnya komposisi, Rene membagi komposisi ulang Dance of the Yao People dalam tiga bagian secara berurutan dan berulang: pertama, melodi dimainkan dengan trio piano dalam tempo irama funky groove, kedua, permainan drum dalam alur yang cepat, ketiga, orkestra balad dengan memasukkan unsur synthesizer di dalamnya.

Komposisi lagu Yi Tribal Dance yang dibuat oleh Wang Huiran (1960) dimainkan dalam iringan pipa (gitar khas Tiongkok berbentuk buah pear dengan empat senar. Dalam komposisi lagu ini, Batie menambahkan unsur bass dalam tempo funky beat pada track pipa untuk mempertahankan harmoni dan keaslian nada pentatonik lagu tersebut.

Album Impressions of China yang dirilis oleh Pacific Music Hong Kong/Virgin pada tahun 1984 direkam dan diedarkan dalam format long play (LP) dan cakram padat (CD) masih menampilkan unsur asli lagu-lagu tradisional Tiongkok dengan sentuhan kecil musik Barat/jazz.

Jika pada wayang potehi dikenal lakon Sie Djin Koei Tjeng See yang bercerita tentang penyerangan Jenderal Sie Jin Koei selama tiga tahun ke wilayah Barat, dalam Impressions of China, seolah Rene van Helsdingen membalas kunjungan Jenderal Sie Jin Koei dengan sebuah pesan budaya dalam mengeksplorasi musik Timur-Barat dalam sebuah album awal Oriental jazz dan membaginya untuk masyarakat luas sebagaimana pesan dalam e-mailnya: "Re-arranging Chinese songs in a modern jazz version and then going on tour with the stage bus is like a dream. It is part of the concept to bring music, jazz to the people."

Editor : Sotyati


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home