Loading...
EKONOMI
Penulis: Bob H. Simbolon 20:35 WIB | Kamis, 20 Oktober 2016

Indef: Daya Saing Indonesia Mengalami Penurunan

Ilustrasi, Daya Saing (Foto: straitstimes.com)

JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Institute for Development of Economics and Finance (Indef) mencatat Indeks Daya Saing Global (CGI) selama dua tahun pemerintahan Presiden Joko Widodo terus menurun dari 34 pada tahun 2014-2015 menjadi 41 pada tahun 2016-2017.

"Beberapa pilar yang dinilai menurun antara lain institusi, kesehatan dan pendidikan, inefisiensi pasar, teknologi, serta inovasi," kata peneliti Indef, Eko Listiyanto kepada wartawan di Jakarta, pada hari Kamis (20/10).

Dia mengatakan India di bawah kepemimpinan Perdana Menteri Narendra Modi cukup jauh meninggalkan Indonesia karena hampir seluruh indikator CGI India versi Forum Ekonomi Dunia (WEF) menunjukkan hasil positif sehingga saat ini India menempati peringkat 39.

"Indonesia masih belum bisa memaksimalkan potensi tersebut karena investasi dan kegiatan ekonomi yang ingin didorong melalui penerbitan 13 paket kebijakan ekonomi implementasinya sangat minim," kata dia.

Indeks Kemudahan Berbisnis versi Bank Dunia menempatkan Indonesia pada posisi 109, sangat jauh dibandingkan Malaysia peringkat 18, Thailand peringkat 49, dan Vietnam peringkat 90.

Beberapa indikator yang menjadi rapor merah bagi Indonesia yakni aspek memulai usaha, pendaftaran properti, pembayaran pajak, dan penegakan kontrak.

"Ini menunjukkan bahwa persepsi investor terhadap kegiatan ekonomi di Indonesia belum berubah dari beberapa tahun lalu yaitu masih terkait korupsi, inefisiensi birokrasi, dan infrastruktur yang tidak cukup. Ini pekerjaan rumah paling penting yang harus diselesaikan Pemerintah kalau ingin memperbaiki ekonomi," kata dia.

Sementara dari segi industri, kontribusi sektor pengolahan atau manufaktur terhadap pertumbuhan ekonomi nasional cenderung melemah yakni berkisar 20 persen, padahal pada tahun 2001 sempat mencapai 29 persen.

Kondisi ini diperparah dengan implementasi hilirisasi industri yang masih minim sehingga ketergantungan atas hasil ekspor komoditas belum dapat teratasi dan menyebabkan nilai ekspor Indonesia sangat rentan terhadap gejolak perekonomian global.

Dengan rata-rata pertumbuhan ekonomi 5,5 persen pada tahun 2011-2015, ekspor manufaktur Indonesia menjadi yang terendah di ASEAN pada 2014 yakni 40 persen dari total komoditas ekspor, sementara Thailand tertinggi dengan 73 persen, disusul Vietnam 72 persen dan Malaysia 62 persen. 

"Jadi dalam aspek produktivitas dan peningkatan daya saing, rapor Indonesia masih merah," kata dia. (Ant)

Editor : Diah Anggraeni Retnaningrum


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home