Loading...
SAINS
Penulis: Dewasasri M Wardani 11:17 WIB | Kamis, 25 Januari 2018

Indonesia Miliki Masalah Gizi Kompleks

Ilustrasi. Anak-anak dari sebuah desa adat di Pulau Sumba, Nusa Tenggara Timur. (Foto: indonesiaunicef.blogspot.co.id)

SATUHARAPAN.COM – Dewasa ini, Indonesia menghadapi tantangan dalam permasalahan gizi. Data Global Nutrition Report (2014) menyebutkan, Indonesia termasuk negara yang memiliki masalah gizi yang kompleks. Hal ini ditunjukkan dengan tingginya prevalensi stunting, prevalensi wasting, dan permasalahan gizi lebih, demikian rilis pada Selasa (24/1) dilansir situs resmi sehatnegeriku.kemkes.go.id.

Mengutip data Riskesdas 2013, prevalensi gizi kurang pada balita (BB/U<-2SD) memberikan gambaran yang fluktuatif dari 18,4 persen (2007) menurun menjadi 17,9 persen (2010) dan kini meningkat lagi menjadi 19,6 persen (tahun 2013).

Obesitas sentral merupakan kondisi sebagai faktor risiko yang berkaitan erat dengan beberapa penyakit kronis. Dikatakan obesitas sentral apabila laki-laki memiliki lingkar perut >90 cm, atau perempuan dengan lingkar perut >80 cm. Secara nasional, prevalensi obesitas sentral adalah 26.6 persen, lebih tinggi dari prevalensi pada tahun 2007 (18,8%). Selanjutnya, masalah stunting atau pendek pada balita ditunjukkan dengan angka nasional 37,2 persen. Selain gizi buruk, kelebihan gizi yang berujung pada obesitas menjadikan pekerjaan rumah menjadi berlipat.

Peneliti Pusat Pengembangan Ilmu Pengetahuan Teknologi Pangan dan Pertanian Asia Tenggara Institut Pertanian Bogor, Prof Dr Ir Dodik Briawan, MCN, mengatakan, pola konsumsi anak Indonesia tidak seimbang. Makanan yang dikonsumi tak mencukupi dari total angka kecukupan energi

Studi Diet Total Kementerian Kesehatan pada tahun 2014 menyebutkan, rata-rata Angka Kecukupan Energi (AKE) anak usia 5-12 tahun sebesar 1.636 Kkal dari kebutuhan 1.913 Kkal. Perinciannya, 30 persen anak Indonesia mendapatkan asupan gizi kurang dari 70 persen AKE. Hal ini membuat anak stunting.

Kemudian, asupan 70-100 persen AKE hanya dirasakan 40,1 persen anak Indonesia. Selebihnya, 19,9 persen anak mendapatkan AKE 100-130 persen dan 10,2 persen di atas 130 persen AKE yang membuat anak menjadi obesitas.

“Masalah gizi ganda ini, kurang gizi, dan gizi berlebih perlu penanganan kita bersama supaya gizinya seimbang. Filosofi gizi adalah harmoni, yakni sesuai dengan kebutuhannya,” kata Dodik dalam diskusi peringatan Hari Gizi Nasional 2018 di kompleks Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Jakarta, Selasa (23/1), yang dikutip dari Kompas .com.

Selain itu, pola konsumsi sayur dan buah anak Indonesia masih memprihatinkan. Survei Konsumsi Makanan Individu (SKMI) Kemenkes 2014, menemukan bahwa rata-rata konsumsi sayur dan buah pada anak usia hingga 59 bulan hanya 65,8 gram per hari, sedangkan usia 5-12 tahun tak jauh berbeda dengan 81,9 gram per hari.

Masalah gizi memiliki dampak yang luas, tidak saja terhadap kesakitan, kecacatan, dan kematian, tetapi juga terhadap pembentukan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas dengan produktivitas optimal. Kualitas anak ditentukan sejak terjadinya konsepsi hingga masa balita. Kecukupan gizi ibu selama hamil hingga anak berusia di bawah 5 tahun serta pola pengasuhan yang tepat akan memberikan kontribusi nyata dalam mencetak generasi unggul.

Guna menanggulangi permasalahan gizi di Indonesia, diperlukan dukungan seluruh lapisan masyarakat dan lintas sektor. Hal ini dilatarbelakangi bahwa permasalahan gizi tidak berhubungan dengan kesehatan saja. Namun, lebih luas daripada itu, masalah gizi dipengaruhi oleh berbagai hal, seperti ekonomi, sosial, budaya, pola pengasuhan, pendidikan juga lingkungan.

Hal ini jelas menjadi tantangan besar, mengingat salah satu fokus utama Pemerintah adalah peningkatan sumber daya manusia Indonesia. Untuk itu, sejalan dengan upaya Pemerintah melalui Gerakan Nasional Percepatan Perbaikan Gizi sebagai wujud komitmen pemerintah untuk memerangi masalah gizi, sekaligus untuk menggalang kepedulian dan meningkatkan komitmen dari berbagai pihak, setiap tanggal 25 Januari setiap tahun diperingati sebagai Hari Gizi nasional. (HGN).

Tahun ini, HGN 2015 mengangkat tema Bersama Membangun Gizi Menuju Bangsa Sehat Berprestasi.

 

 

Editor : Sotyati


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home