Loading...
INDONESIA
Penulis: Ignatius Dwiana 04:40 WIB | Jumat, 02 Mei 2014

IndoStrategi: Jokowi Wakili Kelompok Marhaen

Direktur Eksekutif IndoStrategi Andar Nubowo. (Foto: Ignatius Dwiana)

JAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Direktur Eksekutif IndoStrategi Andar Nubowo mengemukakan calon Presiden (capres) PDI P Joko Widodo (Jokowi) mewakili kelompok Marhaen. Hal ini dinyatakan dalam diskusi ‘Membaca Peta Koalisi Pilpres 2014’ di Ma’arif Intistute Jakarta pada Kamis (1/5).

Disebutkannya, capres PDI P Jokowi  nanti akan berhadapan dengan capres partai Gerindra Prabowo pada pemilihan Presiden (Pilpres).  Sementara Prabowo sudah blusukan ke partai dan ormas radikal untuk membangun kekuatannya.

“Seminggu lalu misalnya Prabowo presentasi di organisasi Islam non mainstream NU dan Muhammadiyah. Dalam rangka apa? Dalam rangka persepsi publik Prabowo bahwa dia ini Islamic presidential daripada Jokowi misalnya.”

Andar Nubowo menyebutkan polarisasi kedua kekuatan ideologis antara Jokowi dengan Prabowo dikhawatirkan akan meningkatkan isu-isu SARA.

Andar Nubowo menilai di tingkat akar rumput sudah ada keinginan buruk untuk melampiaskan  kekalahannya. “Ini potensi. Maka kita yang lebih jernih harus mencegah SARA pada potensi politik.”

Dia memandang peta koalisi menuju pilpres terbagi atas sejarah khemis (historical chemistry) dan ideologi. Hubungan PDI P dengan Partai Demokrat yang kurang baik dipandangnya diakibatkan sejarah khemis masa lalu yang kurang baik.  “Dari historical chemistry kita akan melihat Nasdem dengan PDI P itu bisa kawin mawin. Nasdem ini mencuri start. Yang lain sedang pada bingung.” Sementara “PKB mendekat ke PDI P, karena tidak ada persoalan antara Muhaimin dengan Mengawati.”

Andar Nubowo menilai koalisi yang dibentuk berdasarkan ideologi berangkat dari empat aliran struktur politik Indonesia. “Pertama adalah Muslim. Kemudian Marhaen, ini mempresentasikan kekuatan politik nasionalis. Ketiga adalah kaum pemodal. Keempat, militer. Kita tidak bisa menegasikan kekuatan elemen tadi itu. Mereka masing-masing membawa ideologi.”

Persoalan politik aliran ini menurutnya pernah meledak waktu Pemilu 1955 dengan terbaginya ideologi nasionalisme dan islamisme waktu itu.

“Tampaknya Pemilu 2014 ini menghadirkan kembali politik aliran. Kita lewat media sosial, BBM, dan lain sebagainya itu sering mendapatkan sms yang sudah memprovokasi massa, kesadaran publik kita untuk terjebak pada pilihan politik berdasarkan aliran tadi. Maka pada Pilpres 2014 ini potensi politisasi isu-isu SARA sangat besar,” pungkasnya.

Editor : Yan Chrisna Dwi Atmaja


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home