Loading...
BUDAYA
Penulis: Reporter Satuharapan 20:23 WIB | Rabu, 29 Januari 2020

Industri Animasi Indonesia Mulai Dilirik Internasional

Serial Super Neli karya dari Ayena Animation Studio salah satu anggota Asosiasi Industri Animasi (dan Kreatif) Indonesia (Ainaki) (Foto: Antara/Instagram @super.neli)

JAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Industri animasi di Indonesia mulai dilirik oleh dunia internasional, bahkan studio lokal banyak yang sudah berkolaborasi dengan beberapa negara di ASEAN dan Eropa.

Sekretaris Jenderal Asosiasi Industri Animasi dan Kreatif Indonesia (Ainaki) Eka Chandra mengatakan studio animasi di Indonesia mulai bertumbuh. Oleh karena itu, pihaknya banyak melakukan kolaborasi untuk membuat peluang yang lebih besar.

“Secara industri kita memang baru mulai. Kalau perkembangannya dari data BPS dan Bekraf itu 10 persen growth-nya, dan kita dari Ainaki, cukup banyak berkolaborasi dari ASEAN, Malaysia, Singapura, kemudian teman-teman dari Eropa dan juga yang lain,” kata Eka kepada Antara dalam acara kolaborasi E-Motion Entertainment x Ainaki di Jakarta, Rabu (29/1).

Eka melanjutkan Ainaki memiliki tugas banyak dengan pertumbuhan tersebut mengingat permintaan akan konten yang kian bertambah.

Eka mengatakan sejak berdiri pada tahun 2004, Ainaki sudah memiliki 80 anggota yang terdiri atas studio, institusi pendidikan, professional, dan partner perusahaan. Ainaki juga memiliki katalog IP atau intellectual property lokal yang berjumlah lebih dari 70, bahkan IP yang diciptakan oleh anggota Ainaki menarik perhatian Disney Indonesia.

“Disney Indonesia kita juga kerja sama karena dia butuh buat konten kan, selain buat ide ceritanya mereka juga buat konten. Konten lokal itu sangat penting, Disney mulai lihat ada konten lokal yang harus dibangun,” kata Eka.

Namun, yang menjadi kendala adalah dana dalam membuat IP. Menurut Eka, dibutuhkan investasi yang cukup besar untuk membangun IP.

“Secara pengembangan IP, butuh biaya yang nggak kecil kalau animasi. Kita masih dalam proses ke arah sana, dibantu pemerintah termasuk E-Motion Entertainment,” Eka menjelaskan.

Produksi film animasi tidak murah, Eka mencontohkan film Si Juki The Movie menelan dana sekira Rp9 miliar, lebih mahal daripada film biasa.

“Makanya secara investasi pun tidak banyak investasi lokal yang ke sana,” kata Eka. (Ant)

 


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home