Loading...
EKONOMI
Penulis: Reporter Satuharapan 12:28 WIB | Jumat, 08 November 2019

Industri Kerajinan Tembaga Tumang Boyolali Mulai Bergairah

Sejumlah perajin seni ukir tembaga dan kuningan saat proses produksi di sentra industri Tumang di Desa Tumang Kecamatan Cepogo Kabupaten Boyolali, Jumat. (Foto: Antara/Bambang Dwi Marwoto)

BOYOLALI, SATUHARAPAN.COM – Kerajinan seni ukir tembaga dan kuningan di Desa Tumang, Kecamatan Cepogo, Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah, beberapa bulan terakhir ini, mulai bergairah dengan meningkatnya banyak pesanan baik dari lokal maupun mancanegara.

“Pesanan kerajinan tembaga meningkat cukup signifikan mencapai hampir 100 persen dibanding Pemilu 2019, yang sepi permintaan,” kata Sumanto, pemilik kerajinan tembaga dan kuningan PT Pamungkas Tumang, di Cepogo Boyolali, Jumat (8/11/2019).

Pesanan dari pasar lokal, menurut dia, antara lain datang dari Padang, Jambi, Sulawesi, Kalimantan, dan hampir semua kota di Pulau Jawa. Sementara pesanan dari mancanegara saat ini, datang dari Malaysia, Madinah-Arab Saudi, dan Australia.

Pesanan yang baru dikerjakan untuk memenuhi pelanggan pasar lokal, kata dia, antara lain memproduksi pintu-pintu nabawi, kubah masjid, lampu hias, dan lainnya. Harga lampu hias dan kubah dipatok mulai Rp20 juta per buah hingga Rp50 juta per buah.

Untuk pasar luar negeri, dia memproduksi kaligrafi, lampu gantung, merupakan pesanan dari Madinah, Arab Saudi. Dari Malaysia datang pesanan membuat tempat pewangi ruangan istana yang tingginya mencapai dua meter. Harga tempat pengharum ruangan itu, mencapai Rp27 juta per buah.

Membuat tempat pengharum ruangan membutuhkan waktu tiga minggu per buah. Sumanto dibantu 12 tenaga kerja untuk memenuhi pesanan pelanggannya.

“Saya awalnya mempunyai karyawan 45 orang, tetapi mereka kini sudah mandiri dengan membuka usaha baru kerajinan tembaga. Jumlah perajin logam Tumang Boyolali kini mencapai 300 orang,” kata Sumanto, yang mengaku menekuni bisnis kerajinan tembaga Tumang ini sejak 1994 hingga sekarang.

Pesanan Biola Raksasa

Dia menceritakan memulai bisnis kerajinannya dengan hanya membuat alat perkakas rumah tangga seperti panci, alat menanak nasi (dandang), alat merebus air (ceret), dan sebagainya.

Usahanya berkembang. Dengan inovasi dan ide kreatif, dia membuat kerajinan lain, seni ukir dari logam, seperti lampu hias, lampu gantung, wastafel, bak mandi, dan hiasan lain untuk keperluan di hotel-hotel.

“Produk kami sudah ke mana-mana, termasuk ekspor ke mancanegara, antara lain Malaysia, Singapura, Australia, Filipina, Amerika Serikat, Arab Saudi, Inggris dan negara Eropa," katanya.

Kini dia juga sedang mengerjakan pesanan sebuah biola raksasa dari bahan baku kuningan, dengan harga mencapai Rp60 juta. Biola raksasa itu, pesanan dari sekolah seni di Yogyakarta.

Mengenai bahan baku, kuningan dan tembaga, dia bersyukur, harga rata-rata masih stabil yakni mulai Rp1,5 juta hingga Rp1,8 juta per lembar di pasar di Surabaya. Bahan baku kuningan atau tembaga itu, menurut dia, masih harus mendatangkan dari luar.

“Bergairahnya bisnis kerajinan tembaga Tumang saat ini, mempengaruhi peningkatan omzet yang rata-rata mencapai Rp150 juta hingga Rp200 juta per bulan,” katanya. (Ant)

 


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home