Loading...
BUDAYA
Penulis: Ignatius Dwiana 19:55 WIB | Sabtu, 19 April 2014

Ine Febriyanti: Teater Itu Indikasi Negara Maju

Sha Ine Febriyanti dalam Dramatique Reading: Cut Nyak Dien. (Foto: Ignatius Dwiana)

JAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Sha Ine Febriyanti menyebutkan keberadaan teater merupakan suatu indikasi negara maju. Dia menyampaikan itu wawancara kepada media di Auditorium Galeri Indonesia Kaya Jakarta pada pekan lalu usai menampilkan ‘Dramatique Reading: Cut Nyak Dien’.

“Paling tidak kalau masyarakat suka teater itu adalah indikasi negara itu maju sebenarnya,” katanya.

Lanjutnya,“Saya pernah di Jepang tiga bulan untuk kolaborasi teater. Di Jepang kerjanya nonton terus. Di Jepang, auditorium itu ada ratusan dan semuanya full. Artinya orang mengapresiasi teater sedemikian. Artinya orang-orang Jepang maju.”

Model dan bintang sinetron ini juga berpendapat teater merupakan salah satu alternatif konsumsi anak muda di tengah tayangan televisi yang miris banget. Dia mengatakan itu tanpa bermaksud menggurui.

“Saya bukan menganggap diri lebih baik dari mereka. Tetapi tolong kasih pilihan yang lain buat bangsa ini. Mungkin tayangan yang baik,” katanya kepada awak pertelevisian.

Selain sibuk dalam dunia teater, Sha Ine Febriyanti sedang mempersiapkan riset untuk pembuatan film terbarunya. “Saya sedang mengumpulkan saja yang penting buat riset itu dan nanti akan diedit sebagai film dokumenter.”

Disebutkan sineas muda ini, targetnya film itu akan keluar tahun depan. “Mudah-mudahan fim saya tahun depan diputar di Busan,” kata perempuan yang mensutradarai film ‘Tuhan Pada Jam 10 Malam’ dan ‘Selamat Siang, Risa!’

Sebagai sosok perempuan, Sha Ine Febriyanti menuturkan bahwa semua perempuan pantas diteladani, tidak saja yang pahlawan.

“Semua perempuan hebat.  Seorang perempuan yang khusus untuk menjaga anak-anaknya sendiri saya salut.” Alasannya,”Mereka begitu ikhlasnya di rumah mengasuh anaknya.

Sementara sebagai seorang ibu dari anak-anaknya, Sha Ine Febriyanti mengirimkan anak-anaknya ke sebuah sekolah alam di Ciganjur.

“Mereka di rumah sudah steril banget. Rumahnya enak, kasurnya empuk,. Tetapi di sekolah mereka harus bergulat dengan cacing-cacing supaya mereka hidup. Artinya saya mengembalikan anak-anak kepada akarnya. Itu jauh lebih penting dibandingkan saya kasih wejangan.”

Editor : Bayu Probo


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home