Loading...
EKONOMI
Penulis: Prasasta Widiadi 12:33 WIB | Rabu, 06 Mei 2015

Investor Sepatu Keluhkan Wajib Setor ke Pemda Rp 1,29 Triliun

Harijanto (paling kiri), Kepala BKPM Franky Sibarani (tengah) dan pengamat ekonomi Indef, Enny Hartati (paling kanan) pada pada Dialog Investasi Mengefektifkan Kebijakan Insentif Untuk Menggerakkan Investasi yang diselenggarakan Rabu (6/5) di Gedung Suhartoyo, Badan Koordinasi Penanaman Modal, Jakarta. (Foto: Prasasta Widiadi)

JAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Industri sepatu di Indonesia sebenarnya dapat menjadi yang unggul di dunia, akan tetapi saat ini terkendala tiga hal yakni birokrasi, kepastian investasi, dan tenaga kerja.

“Sekarang ini sebenarnya kita berpotensi jadi negara yang besar di industri alas kaki, kita tidak unggul dibanding Vietnam, namun kita banyak masalah halangan birokrasi, kepastian investasi, dan masalah tenaga kerja,” kata  Ketua Asosiasi Persepatuan Indonesia (Aprisindo),  Harijanto pada Dialog Investasi Mengefektifkan Kebijakan Insentif Untuk Menggerakkan Investasi yang diselenggarakan Rabu (6/5) di Gedung Suhartoyo, Badan Koordinasi Penanaman Modal, Jakarta.

“Investor sulit, terutama investor asing dan tidak mau datang ke sini karena mereka harus memasukkan 100 juta dolar Amerika Serikat ke pemerintah setempat, itu contohnya,” Harijanto memberi contoh. Dengan asumsi kurs Rp 12.900 per dolar AS, berarti wajib setor itu Rp 1,29 triliun.

Harijanto memberi perbandingan dengan negara lain yang sukses dalam industri  sepatu yakni Tiongkok dan Vietnam.

Harijanto membeberkan dahulu Vietnam dan Tiongkok merupakan penghuni peringkat dua dan ketiga dalam klasemen industri sepatu, akan tetapi mulai 2014 Indonesia mulai terkejar bahkan tergeser oleh Tiongkok dan Vietnam.

“kita hanya menang dua kali lipat pada 2012, sementara Vietnam sekarang hampir 2 kali lipat unggul dari kita, saya kira ini hal yang menggelitik kita karena untuk kenyamanan investasi sebenarnya kita unggul, dan kita negara demokrasi, tetapi ya itu tadi karena iklim investasi di Indonesia tidak dapat 100 persen diandalkan,” kata Harijanto.

Harijanto memaparkan saat ini industri sepatu adalah industri padat karya dan padat modal, dan saat ini belum ada otomatisasi dalam industri sepatu sehingga masih akan sulit bersaing dengan Vietnam dan Tiongkok.

Editor : Eben Ezer Siadari


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home